BeritaKeluarga Dua Tapol Papua Berterima Kasih Kepada Pengacara Gustaf Kawer

Keluarga Dua Tapol Papua Berterima Kasih Kepada Pengacara Gustaf Kawer

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Keluarga dua Tahanan Politik (Tapol) Papua, Jemmy Magai Yogi dan Demianus Magai Yogi, menyampaikan terima kasih kepada koordinator Penasehat Hukum dan Perkumpulan Advokat/Pengacara HAM Untuk Papua, Gustaf Rudolf Kawer beserta dua stafnya.

Hal ini diungkapkan Papuana Yogi, kakak kandung dari kedua terdakwa, kepada suarapapua.com, melalui telepon seluler, Minggu (23/4/2017), menanggapi putusan Pengadilan Negeri (PN) Nabire tak terlepas dari kerja keras tim penasehat hukum mengadvokasi kasus tersebut selama persidangan.

“Terima kasih banyak karena mereka telah setia mendampingi kedua terdakwa dari sidang pertama (30/1/2017) digelar hingga sidang terakhir (12/4/2017),” katanya.

Selain itu, menurut Papuana, ucapan terimakasih itu disampaikan juga karena putusan hukuman pidana yang dijatuhkan Hakim Ketua pada Rabu (12/4/2017) di Pengadilan Negeri Nabire terhadap kedua saudaranya selama 15 bulan terhitung semenjak ditahan tahun lalu, sangat memuaskan.

Baca Juga:  Sikap Mahasiswa Papua Terhadap Kasus Penyiksaan dan Berbagai Kasus Kekerasaan Aparat Keamanan

“Hanya ucapan terimakasih yang kami bisa ucapkan kepada saudara Gustaf dan dua stafnya, karena awalnya kami keluarga pikir hukuman yang akan dijatuhkan kepada kedua saudara kami berat. Tetapi rupanya tidak, mereka akan bebas bulan Desember mendatang. Ini hasil kerja keras mereka,” tuturnya.

Luar biasanya lagi, menurut dia, karena mereka telah mempertaruhkan nyawa serta mengorbankan seluruh tenaga, waktu dan pikiran hanya untuk membela kedua saudaranya.

“Sekali lagi hanya Tuhan dan alam Papua memberkati mereka dalam setiap pekerjaan mereka selanjutnya,” ucap Papuana.

Tinus Pigai, tokoh pemuda Paniai, menyampaikan hal yang sama. Kata Tinus, sejak awal mendampingi kedua terdakwa secara mental mereka sudah merada dalam tekanan, namun tak gentar. Ini luar biasa.

“Sebagai manusia biasa tentu mental terganggu walaupun itu pekerjaan mereka. Untuk itu, kami berterima kasih sekali,” ucapnya.

Baca Juga:  HRM Rilis Laporan Tahunan 2023 Tentang HAM dan Konflik di Tanah Papua

Diceritakan pengalaman selama persidangan berlangsung dari awal hingga selesai, kedua pengacara, Fera Mersy dan Andreas, yang mewakili Gustaf Kawer mengaku sering diancam dan diteror oknum tertentu.

“Saya bilang mereka luar biasa karena pernah mereka cerita bahwa mereka sering diintai oleh orang tak dikenal saat berada di rumah ataupun saat di jalan,” tutur Tinus.

Di lain kesempatan, salah satu anggota dari kedua terdakwa yang namanya tak mau disebutkan, menyampaikan ucapan yang sama kepada tim penasehat hukum.

“Dari kami tidak ada kata apa-apa yang bisa kami sampaikan kepada pengacara Gustaf Kawer dan kawan-kawannya. Bapa Yesus berkati mereka,” katanya ketika ditemui media ini.

Diberitakan sebelumnya, kedua terdakwa ditangkap Timsus Polda Papua di pelataran Bandar Udara Sentani, Kabupaten Jayapura, pada 13 November 2016 lalu. Ditangkap bersama dua terdakwa lainnya, Aloysius Kayame dan Jonah Wenda. Menjalani masa tahanan kurang lebih satu bulan di tahanan Polda Papua, tiga diantaranya dipindahkan ke Polres Nabire dan disidangkan di PN Nabire.

Baca Juga:  KKB Minta Komisi Tinggi HAM Investigasi Kasus Penyiksaan OAP

Setelah sidang pertama Senin (30/1/2017), sidang berikut ditunda karena tak didampingi pengacara. Sidang ketiga, Senin (13/2/2017), juga ditunda lantaran saksi kedua terdakwa tak hadir.

Jemmy dan Demianus pada sidang putusan, Rabu (12/4/2017), divonis penjara 1 tahun 3 bulan terhitung sejak ditahan. Sisa masa kurungan 8 bulan. Hakim ketua membacakan putusan, dakwaan pelapor tak dapat dibuktikan di hadapan hukum. Putusan ini mengabulkan nota pembelaan terdakwa pada sidang hari Senin (10/4/2017), dan lebih rendah dari tuntutan jaksa di persidangan.

Pewarta: Stevanus Yogi

 

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pasukan Keamanan Prancis di Nouméa Menjelang Dua Aksi yang Berlawanan

0
"Tidak ada wabah yang akan ditoleransi" dan jika hal ini tidak terjadi, maka "reaksi akan tegas dan mereka yang bertanggung jawab akan ditangkap", ia memperingatkan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.