Jelang 1 Mei, Aparat Bertindak Represif Terhadap Orang Papua

0
2899

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Jelang persiapan memperingati hari Aneksasi Papua 1 Mei 1963, yang selalu dirayakan orang Papua tiap tahun diwarnai tindakan represif dan teror berlebihan dari aparat keamanan.

Tindakan berlebihan aparat itu terjadi di beberapa tempat, antara lain di sekretariat KNPB Wilayah Sentani, Kampus USTJ Jayapura dan di Asrama Paniai Jakarta.

Di sekertariat KNPB Wilayah Sentani, dilaporkan, pada pukul 03:50 waktu Papua, aparat keamanan dari Polres Jayapura datang tanpa kompromi membongkar panggung yang sudah dibangun sebelumnya.

Menurut Agus Kosay, Wakil Ketua KNPB Pusat, Polisi Indonesia membongkar panggung untuk mau memaksa orang papua tidak menolak sejarah 1 Mei 1963 sebagai Aneksasi melainkan mengakui 1 mei 1963 sebagai hari Integrasi West Papua ke dalam NKRI.

Baca Juga:  Sikap Mahasiswa Papua Terhadap Kasus Penyiksaan dan Berbagai Kasus Kekerasaan Aparat Keamanan

“Polisi Indonosia datang langsung bongkar panggung. Lalu mereka larang keras KNPB Wilayah Sentani untuk tidak peringati hari sejarah Aneksasi Papua kedalam Bingkai NKRI itu dan juga melarang mereka melakukan kegiatan apapun lainnya dimuka umum,” kata Kossay pada Minggu (30/5/2017).

ads

Sebelumnya, tindakan berlebihan aparat terjadi juga di Kampus USTJ Jayapura yang diungkap Nelius Wenda, Presiden Mahasiswa USTJ.

Nelius mengatakan aparat telah mengintervensi ijin penggunaan aula Kampus USTJ yang rencananya dipakai untuk kegiatan diskusi Publik dalam rangka peringati 1 Mei 1963.

“Saya lihat aparat sudah masuk intervensi dunia kampus karena sampai sekarang belum ada ijin penggunaan aula yang dikeluarkan pihak kampus,” kata dia, minggu (30/4/2017).

Baca Juga:  Hilangnya Keadilan di PTTUN, Suku Awyu Kasasi ke MA

Menurut dia, kegiatan tersebut sifatnya ilmiah, aparat seharusnya mendukung bukan menghalangi. “Bila perlu aparat juga bisa hadir. Mau jadi peserta atau pembicara tidak apa, yang penting bicaradari presfektif masing-masing negara bukan membatasi dengan interfensi otonomi kampus,” ucap dia.

Terpisah, di Asrama Paniai, Jakarta, pada Minggu (30/4/2017) malam, sekitar pukul 10.00 – 11.00 waktu setempat, juga terjadi hal yang sama.

Frans Nawipa, Ketua AMP Komite Kota (KK) Jakarta, mengatakan aparat keamanan dari Polres Tebet Jakarta Selatan masuk ke Asrama Paniai tanpa ijin menginterogasi salah satu penghuni asrama.

Baca Juga:  Soal Pembentukan Koops Habema, Usman: Pemerintah Perlu Konsisten Pada Ucapan dan Pilihan Kebijakan

“Ada dua polisi yang masuk tanpa negosiasi dengan penghuni asrama. Setelah masuk, mereka dua duduk dan tanya beberapa pertanyaan ke kawan Andre. Yang ditanya itu, aksi May Day 01 Mei 2017 besok bagimana?, kawan-kawan pengghuni yang lain dimana?, Kulia di Kampus mana saja? Disini sekret AMP?  Frans Nawipa dan Surya Anta tinggal Dimana?,” kata Frans,

Lanjut Frans, aparat yang datang berjumlah 7 orang, 5 orang polisi menggunakan satu mobil patroli dan 2 orang intel menggunakan satu motor.

 

Pewarta: Stevanus Yogi

Artikel sebelumnyaManison Kobak Bebas dari LP Wamena, KNPB Yahukimo Eksis
Artikel berikutnyaDPMK Paniai Diminta Tidak Potong Dana Desa 2017