BeritaBanyak Pasien ISPA, Dogiyai Tak Ada Obat

Banyak Pasien ISPA, Dogiyai Tak Ada Obat

DOGIYAI, SUARAPAPUA.com — Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dominan diderita warga masyarakat di Kabupaten Dogiyai, Papua. Sayangnya, tak ada obat dan fasilitas medis.

Geradus Waine, kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dogiyai, saat ditemui suarapapua.com di ruang kerjanya, mengatakan, jenis penyakit yang paling banyak diderita masyarakat Dogiyai adalah ISPA.

“Paling banyak pasien ISPA, akibat asap dapur dan juga pengaruh debu kendaraan di jalan raya,” jelas Waine, Kamis (11/5/2017) di ruang kerjanya.

Baca Juga:  Gawat! Di Mimika, 2.500 Ekor Babi Mati Terserang Virus ASF

Faktor kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar diduga kuat sebagai penyebab utama penyakit ini. Terjadi infeksi bakteri atau virus dalam tubuh terutama saluran pernafasan bagian atas atau hidung dan saluran pernafasan bagian bawah atau dalam paru-paru.

Hanya saja, kata dia, sejauh ini belum ada obat dan fasilitas yang memadai untuk melayani pasien ISPA di puskesmas maupun rumah sakit Moanemani.

“Pasien selama ini lebih banyak dirujuk ke RSUD Madi Kabupaten Paniai, karena kita di sini belum ada alat untuk melayaninya,” jelas Waine.

Baca Juga:  PWI Pusat Awali Pra UKW, 30 Wartawan di Papua Tengah Siap Mengikuti UKW

Tak hanya obat dan fasilitas bagi penderita ISPA, ia mengaku, untuk jenis penyakit yang lain juga sama. Sebab, kata dia, secara umum ketersediaan obat-obatan di Kabupaten Dogiyai saat ini kosong.

Hal tersebut dibenarkan Meli Dogomo, staf honorer yang bertugas di laboratorium rumah sakit Dogiyai. Kata Meli, selain penyakit ISPA, pasien dengan gejala HIV juga tak bisa dilayani.

Baca Juga:  Panglima TNI dan Negara Diminta Bertanggung Jawab Atas Penembakan Dua Anak di Intan Jaya

Persoalannya bukan hanya ketersediaan obat dan fasilitas saja. Menurut Meli, data penderita HIV yang ada selama ini juga tak diketahui. “Datanya hilang dimana kurang tahu,” ujarnya.

Lanjut Meli, “Di sini kami belum punya alat medis untuk ISPA dan HIV. Jadi, biasa sewa dari RSUD Paniai.”

 

Pewarta: Agustinus Dogomo

 

Terkini

Populer Minggu Ini:

HRM Releases 2023 Annual Report On Human Rights and Conflict In...

0
HRM revealed that the human rights situation in West Papua strongly differs from that in other regions in Indonesia. The decades-old and unresolved armed conflict has intensified since December 2018, leading to a spike in extrajudicial killings, enforced disappearances, and torture by security forces, especially in the highlands.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.