Mimbar Gereja Turut Terlibat dalam Pemusnahan Etnis Bangsa West Papua

0
2830

Oleh: Dr. Socratez S. Yoman)*

1. Pendahuluan

Tidak rahasia umum bahwa sejak 1963 hingga sekarang, kita tahu melalui berbagai fakta bahwa pembunuhan dan pemusnahan bangsa West Papua dilakukan aparat keamanan Indonesia, TNI/Polri. Ini yang disebut kekerasan dan kejahatan negara secara terstruktur, sistematis dan masif. Itu misi bangsa kolonial sudah berlangsung 5 dekade.

Fakta kejahatan negara terbaru pada 1 Agustus 2017 di Deiyai, Brimob yang melindungi Perusahaan PT Dewa/Modern, menembak mati Yulianus Pigai (27 tahun) siswa SMA Negeri Waghete. Pada 9 Agustus 2017 anggota TNI melindungi pedagang orang pendatang dan menembak mati Theo Kamtar dan patahkan tangan kanan Rudi Kokoput di Pomako, Timika, West Papua.

Itu bukti nyata dan sangat kuat tidak bisa dibantah dengan alasan apapun. Pembunuhan manusia dengan alasan keamanan nasional dan demi NKRI adalah pelanggaran berat HAM dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

ads

Kejahatan Negara lewat aparat keamanan itu tidak bisa dibantah. Karena perlakuan yang tidak adil terhadap rakyat dan bangsa West Papua sudah melewati batas-batas nilai kemanusiaan, nilai moral dan etika. Perbuatan, perilaku biadab dan brutal ini tidak bisa ditoleransi. Kejahatan negara ini direduksi kriminal biasa. Sangat kejam dan tidak manusiawi perilaku aparat keamanan Indonesia.

Wiranto Menko Polhukam RI meremehkan pembunuhan manusia dengan alat negara.

“Yang terjadi di Deiyai Paniai bukan pelanggaran HAM berat, padahal itu kriminal, tindak pidana biasa, yang nembak itu dihukum, selesai sebenarnya” (Sumber: CNN Indonesia, Jumat, 11/8/2017).

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

2. Pemusnahan Bangsa West Papua Melalui Mimbar Gereja

Para pembaca bisa terkejut dengan topik bagian nomor dua ini. Koq, dalam gereja bisa ada pemusnahan umat Tuhan yang seharusnya umat digembalakan? Apakah tidak terbalik? Apakah Dr. Yoman sudah gila atau sudah menjadi orang aneh? Mari kita lihat bukti berikut:

2.1. Gereja Negara

Gereja Negara selalu menggunakan ayat Firman Tuhan Roma 13 yang menyatakan pemerintah adalah hamba Allah. Ayat ini dijadikan pijakan tunggal oleh para pendeta/gembala dan disampaikan kepada anggota gereja dari mimbar.

“Hai, warga gereja, dengarlah baik-baik, jangan kamu melawan pemerintah karena pemerintah wakil Allah/hamba Allah di bumi ini”.

Anggota Gereja merasa terintimidasi, takut dan kekuatan iman dan keberanian moral dilemahkan dan dihancurkan dari mimbar-mimbar gereja pada saat mendengar khotbah para pendeta/seperti ini. Ditambah dan diperkuat lagi dengan doa-doa para pendeta/gembala dari mimbar-mimbar gereja.

“Oh, Tuhan, kami minta kepadamu memberkati dan memberikan hikmat kepada pemerintah kami dari bapak presiden, para menteri, para gubernur, para bupati/walikota, sampai pemerintahan terkecil di kampung-kampung”.

Doa seperti ini tidak salah, itu sangat penting dan pemerintah harus didukung dalam doa supaya mereka melayani rakyat dengan baik.

Masalahnya adalah dalam doa itu tidak pernah mendoakan umat Tuhan yang sedang mencari keadilan dan berjuang untuk mendapat hak politik mereka, yaitu: OPM, KNPB, ULMWP.

Baca Juga:  Freeport dan Kejahatan Ekosida di Wilayah Suku Amungme dan Suku Mimikawee (Bagian 4)

Gereja Negara dari mimbar berdoa: “Oh, Tuhan, hancurkan OPM, KNPB, ULMWP sebagai orang-orang separatis yang melawan pemerintahan kami sebagai wakil Allah”.

Para warga Gereja yang mendengar khotbah dan doa seperti ini Anda menjadi anggota Gereja yang menyembah kepada pemerintah duniawi. Gereja yang tidak berpusat pada Yesus Kristus, realitas keselamatan umat manusia.

Fakta lain Gereja terlibat dlm pemusnahan etnis bangsa West Papua, pada tahun 1970an, pemerintah menyusupkan program Keluarga Berencana dalam gereja. Beberapa hamba Tuhan dari Gereja Baptis dioperasi kandungan istri mereka dan para suami juga turut dioperasi.

Saya hanya menulis satu contoh saja. Pdt. Yunus Kogoya dengan istrinya Dortea Wakerkwa dioperasi dokter misionaris sebagai bagian program Keluarga Berencana. Mereka hanya mempunyai satu anak laki-laki sebelum dioperasi.

2.2. Gereja Dengan Teologi Gereja

Yang dimaksud dengan teologi Gereja adalah gereja yang berpusat pada Injil, peraturan-peraturan Gereja dan Gereja ini memang menggalang dana dan mendukung pekabaran Injil dan membuat berbagai bentuk peraturan formal yang harus dipatuhi.

Gereja ini juga mempunyai hubungan baik dengan pemerintah. Tapi Gereja ini mengabaikan dan tidak peka pada realitas disekitar hidup dan apa yang dialami oleh umat Tuhan.

Gereja ini selalu menekankan bahwa di surga ada harapan dan hidup kekal jadi penderitaan di bumi ini kita hadapi saja, kita jalani saja dengan ucapan syukur. Kita harus lihat surga saja dan jangan lihat-hal duniawi.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Gereja yang menganut teologi gereja berpandangan bahwa kematian itu kehendak Allah, umat Tuhan yang dibantai oleh negara dengan kekuatan senjata itu tidak masalah karena OPM itu politik dan melawan pemerintah. Itu orang-orang berdosa, Iblis.

Gereja yang berfaham teologi gereja bahwa yang penting sudah sudah menjadi anggota gereja. Artinya gereja ini hampir sama dengan Gereja Negara/Teologi Negara. (Para pembaca yang mulia: Saya akan pertajam topik ini pada saat terbitkan buku).

2.3. Gereja Profetis

Yang dimaksud Gereja profetis adalah gereja yang melihat secara utuh dan terpadu dan terintegrasi tentang Tuhan, manusia dan alam. Gereja ini selalu mengatakan: Roh Tuhan ada padaku….

Gereja Profetis adalah yg menghadirkan Injil dalam dunia realitas manusia. Gereja ini selalu hidup dan berpihak pada umat Tuhan yang tertindas dan teraniaya. Gereja ini selalu hadir dalam kehidupan dan keberadaan rakyat kecil yang sedang mencari keadilan.

Gereja ini selalu menjadi terang utk umat Tuhan yang tertindas dan sedang mencari keadilan, kebenaran, kedamaian dan kesamaan derajat.

Konteks rakyat dan bangsa West Papua yang sedang mengalami dan menghadapi kekerasan, kekejaman, kejahatan dan pembunuhan terstruktur serta sistematis yang dilakukan negara Gereja ini hadir dengan suara kenabianya. Gereja ini menjadi mama dan sahabat rakyat yang tertindas.

 

*) Penulis adalah ketua Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua.

Artikel sebelumnyaUntil the Ninth Day, Indonesian Apparatus Bullets Still Embedded in Victim’s Body
Artikel berikutnyaIni Penyebab Jaringan Telkomsel Gangguan di Kota Jayapura