BeritaFestival Budaya Yahukimo Tidak Ada Menang dan Kalah

Festival Budaya Yahukimo Tidak Ada Menang dan Kalah

YAHUKIMO, SUARAPAPUA.com — Pelaksanaan kegiatan Festival Budaya Yahukimo di lapangan kantor Bupati lama, Dekai, hari Senin (14/8/2017), dalam rangka menyambut hari proklamasi 17 Agustus, tidak ada yang kalah dan tidak ada menang bagi 12 suku.

Hal ini ditegaskan Isak Yembise, ketua panitia yang juga kepala bidang kebudayaan pada Dinas Kesenian dan Pariwisata kabupaten Yahukimo, usai menyerahkan hadiah kepada para peserta festival.

Yembise menjelaskan, kegiatan festival budaya yang ditampilkan oleh 12 suku di kabupaten Yahukimo itu sudah dibagikan hadiahnya baik yang tampilkan budaya lokal maupun tarian campuran.

“Setelah upacara di kantor bupati baru, panitia sudah kasih hadiah dalam bentuk uang pembinaan dan piala kepada 12 suku lokal dan sekitar 19 tarian dari luar Yahukimo yang ditampilkan di festival ini,” jelasnya.

Ia merincikan hadiah yang diberikan, uang pembinaan senilai 20 juta rupiah. Bagi 19 suku luar Yahukimo, tampilkan yosim pancar tari pergaulan Papua yang dibakukan dengan budaya luar, maka mereka diberi 3 juta rupiah.

Baca Juga:  Penolakan Memori Banding, Gobay: Majelis Hakim PTTUN Manado Tidak Mengerti Konteks Papua

“Ini pun ada kelas anak dan remaja Jadi, tarian kolaborasi macam tarian yosim pancar dari Biak, Serui, Sentani, dengan Toraja, Jawa, NTT, itu dikasih hadiah berupa piala kepada kelas anak dan remaja. Sedangkan uang pembinaan kepada tarian yosim pancar antara anak Papua,” ungkapnya.

Menurut Yembise, tarian yosim pancar karena sudah masuk di level nasional, maka ada penilaian khusus yang tentukan dari dewan juri berdasarkan buku panduan yang telah panitia siapkan, dari 19 tim itu ada kelas anak dan remaja.

“Kami berani beri SK kepada ketiga dewan juri dalam penampilan tarian yosim pancar dari 19 tim itu karena namanya yosim pancar itu sudah masuk dalam tingkat nasional. Sedangkan budaya, memang sudah level nasional juga cuma 12 suku yang tampil semuanya sama,” jelas Yembise.

Baca Juga:  Pertamina Pastikan Stok Avtur Tersedia Selama Arus Balik Lebaran 2024

Pembagian hadiahnya, imbuh dia, ada dua kategori, ada piala umum dan piala bergilir. Untuk kategori umum memperebutkan piala bergilir bupati, sedangkan anak dan remaja rebut piala kepala dinas.

“Di dalamnya ada beberapa penilaian yang kami ambil untuk juara 1, 2, 3, harapan 1, 2 dan 3. Juga ada penari terbaik,” katanya.

Lanjut Yembise, “Dalam menentukan penari yang terbaik, panitia dan dewan juri ambil selang seling, kalau satunya dari gunung berarti dua lainnya teman-teman kita dari luar Yahukimo. Ini supaya ada rasa kebersamaan.”

Pada tahun 2018, pihaknya akan adakan festival besar dengan mengundang peserta dari kabupaten tetangga. Untuk itu, ia berharap agar pemerintah dalam pembahasan anggaran 2018 bisa alokasikan lebih dari cukup supaya rencana tersebut terlaksana dengan baik.

Baca Juga:  Jelang Idul Fitri, Pertamina Monitor Kesiapan Layanan Avtur di Terminal Sentani

“Tahun ini kami dapat undangan untuk tampil di festival Sentani dan Wamena, hanya tidak ada uang, jadi kita tidak berangkat. Harap kedepan kita yang siapkan uang dan undang daerah lain,” tutup Yembise.

Terpisah, Niko Bayage, kepala Dinas Kesenian dan Pariwisata Yahukimo, mengungkapkan rasa puasnya selenggarakan festival tersebut.

“Kegiatan yang diadakan oleh dinas kesenian dan pariwisata ini guna menyongsong hari kemerdekaan RI, sudah terselenggara dengan baik. Pembagian hadiah juga sudah, disaksikan bapak Bupati,” jelasnya kepada suarapapua.com usai upacara penurunan bendera.

Niko juga berharap, tahun depan bisa menggelar pentas budaya atau festival yang lebih meriah.

Untuk itu, ia minta kepada yang sudah mendapatkan hadiah agar dapat tampil di event tertentu baik dari instansi yang dipimpinnya maupun dinas terkait yang ada di kabupaten Yahukimo.

 

Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Arnold Belau

1 KOMENTAR

Terkini

Populer Minggu Ini:

Atasi Konflik Papua, JDP Desak Pemerintah Buka Ruang Dialog

0
“JDP menyerukan kepada pemerintah agar konflik bersenjata di Tanah Papua harus dapat diakhiri dengan mengedepankan cara-cara damai yakni melalui dialog,” kata Warinussy.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.