Peringati Hari Pangan Dunia, Uskup Timika Ajak Masyarakat Tolak Beras Raskin

0
2421

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Uskup Keuskupan Timika, Mgr. John Philip Saklil, Pr mengajak masyarakat untuk tolak beras orang miskin atau beras raskin dari Papua.

“Mari kita tolak beras raskin. Raskin bisa naik kapal dan pesawat sampai ke kampungmu menggantikan ubi sagu keladi singkong milik dusunmu sendiri,” tegas uskup Timika dalam pernyataan yang diterima suarapapua.com pada Senin (15/10/2017) dari Timika.

Uskup Saklil menegaskan agar untuk orang Papua kembali mencintai makanan lokal berupa sagu, keladi, petatas dan singkong dan hentikan ketergantungan pada beras yang notabene produk dan makanan khas orang lain.

Baca Juga:  Kemenparekraf Ajak Seluruh Pelaku Usaha Kreatif di Indonesia Ikut AKI 2024

Hal itu dikatakan uskup pada pembukaan Hari Pangan Sedunia (HPS) Hari senin jam 16.00 di lapangan Gelael oleh Uskup. Kegiatan pembukaan dilakukan dengan kegiatan berupa bazar 1001 aneka olahan pangan lokal, berupa sagu, keladi, petatas, singkong.

Ia mengajak untuk harus lakukan Gerakan Mencintai Makanan Lokal. Gerakan itu adalah gerakan mencintai hasil dusun sendiri dan gerakan mencintai makanan yang telah menghidupkan leluhur yang telah mewariskan hidup bagi kita.

ads
Baca Juga:  FAO Bareng Masyarakat Yoboi Tanam dan Kelola Sagu Sebagai Pangan Lokal

“Mengapa kita makan makanan orang lain dan menghabiskan uang untuk membeli makanan mereka . Kita jadi miskin karena bergantung pada hasil dusun mereka. Lebih sedih lagi kita jual dusun kita dan kita tidak punya lagi makanan lokal,” kata uskup.

Uskup melihat saat ini semua masyarakat semakin bergantung pada makanan dari luar dusun kita. Padahal makanan dari dusun kita di Papua adalah makanan yang kaya dan tidak mengandung unsur kimia apa pun.

Baca Juga:  Upaya Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Jaga Pasokan BBM Saat Lebaran

“Hai anak negeri , cintailah makananmu sendiri berarti anda mencintai dusunmu. Jangan jual dusun sagu untuk jadi dusun kelapa sawit. Jangan jual dusun ubi, singkong, keladi untuk beli nasi dari dusun sawa orang lain,” tegasnya.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaPelanggaran HAM di Papua Tidak Bisa Diselesaikan dengan Adat dan Bakar Batu
Artikel berikutnyaPerang Sudara Orang Papua di Kawasan Pasifik