MAYBRAT, SUARAPAPUA.com— Komunitas Diskusi Noken Ilmu dibentuk di di kota Sorong. Kelompok itu dibentuk untuk saling berbagi informasi dan cerita antara teman pekerja sosial di wilayah Sorong raya antara lain, perkumpulan Belantara Papua, Akawuon, Geropa, SKPKC-OSA dan lingkaran belajar perempuan Papua.
Agustinus Kambuaya, koordinator diskusi publik kelompok studi noken ilmu, menegaskan keberadaan orang asli Papua di tanah Papua dikatakan terpinggir, termarginalisasi dan minoritas di tanah sendiri diberbagai bidang kehidupan.
“Kemerosotan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lainnya walaupun kebijakan pemerintah terus dilakukan tetapi keidupan orang asli Papua tetap seperti itu,” kata Agustinus, Sabtu, (21/10/2017) kemarin.
Diskusi yang dilakukan, kata Kambuaya, pihaknya jadwalkan 10 hari dalam satu bulan, sedangkan isu yang didiskusikan itu beragam, yaitu tentang pendidikan, kesehatan, ekologi, sosial, ekonomi, politik, hukum dan Ham.
“Teman-teman pekerja sosial yang konsentrasi di bidangnya, melalui diskusi ini mereka mendapat informasi baru untuk mendukung proses kerja itu,” jelasnya.
Kambuaya menjelaskan, teman-teman ini adalah pekerja sosial murni, tidak ada funding atau donatur tetapi mereka bekerja dengan cara dan gaya mereka masing-masing. Apakah bentuk sumbangan wajib maupun sukarela untuk mendukung pekerjaan itu.
“Kami bentuk komunitas ini, awal bulan September 2017 untuk diskusi dan mendapat pengetahuan baru dalam tugas dan pelayanan yang ada. Diskusi yang dilakukan terbuka bagi siapa saja yang berkompeten dibidang tertentu, kami bisa mengajak untuk membaginya,” terangnya.
Dia minta kepada seluruh masyarakat yang peduli kepada kehidupan dan keberadaan orang asli Papua di Sorong raya agar membagikan informasi dan siraman ilmu bagi teman-teman pekerja sosial yang berkumpul dalam komunitas untuk mendukung tugas-tugas mereka dilapangan.
Pewarta: Engel Semunya
Editor: Arnold Belau