Pater Neles Tebay: JDP Konsisten Sebagai Fasilitator Dialog

0
2959

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Koordinator Jariangan Damai Papua (JDP) Pater Dr. Neles Tebay menegaskan, hingga saat ini JDP masih konsisten sebagai fasilitas dialog.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyebut nama Pater Neles Tebay – yang adalah Koordinator Jaringan Damai  Papua (JDP) –,Teten Masduki, dan Jend (purn) Wiranto, pada pertemuan 15/8 di Istana Negara, Jakarta, untuk mengurus dialog-dialog sektoral Papua.

Pater Neles menjelaskan, penunjukan Pater Neles dan munculnya gagasan dialog sektoral telah menimbulkan reaksi dan tanggapan dari berbagai pihak. Isi tanggapannya pun beragam. Maka, JDP merasa perlu menegaskan beberapa hal.

Dalam surat elektronik yang diterima suarapapua.com, Rabu (8/11/2017) dijelaskan, Pertama, JDP memberikan apresiasi yang tinggi kepada semua pihak yang telah memberikan reaksi dan tanggapan terhadap pribadi Pater NelesTebay, JDP, dan dialog sektoral. JDP menghormati semua pandangan, entah apa pun isi tanggapannya, yang telah disampaikan baik secara lisan maupun secara tertulis, baik melalui media cetak dan digital maupun media sosial.

JDP menerima semua tanggapan tersebut sebagai masukan yang konstruktif untuk memperbaharui dan menyesuaikan cara kerjanya sesuai dengan perkembangan. JDP juga memandang tanggapan-tanggapan tersebut sebagai bentuk dukungan dari berbagai pihak agar JDP tetap konsisten dalam memperjuangkan tujuan yang luhur yakni perdamaian melalui dialog.

ads

“Maka JDP berterimakasih kepada semua pihak atas reaksi dan tanggapannya yang berharga,” ucapnya.

Kedua, JDP dari awal pembentukannya tahun 2010 telah menentukan peranannya sebagai fasilitator. Dia tidak berperan sebagai aktor. JDP mengakui ada pihak-pihak lain yang berperan sebagai aktor. JDP menghormati para aktor dan tidak mewakili mereka.

Baca Juga:  Pilot Philip Mehrtens Akan Dibebaskan TPNPB Setelah Disandera Setahun

“Hingga kini JDP tidak mempuyai niat sedikit pun untuk mengambilalih peranan para aktor,” tegas Pater Neles.

Sebagai fasilitator, kata Pater, JDP bertugas untuk memfasilitasi para aktor agar bisabertemu, berdiskusi, berdialog, antar mereka. JDP mencari dan mempersiapkan ruangan, meja, dan kursi bagi para aktor dalam dialog. JDP bukan hanya memfasilitasi tetapi juga berupaya menciptakan kesempatan bagi berbagai pihak untuk bertemu dan berdialog.

“Maka sejak pembentukannya, JDP telah memfasilitasi banyak pertemuan seperti konsultasi publik, lokakarya, diskusi terbatas, diskusi publik, diskusi dan peluncuran buku, pertemuan eksploratif, talkshow di Televisi dan Radio, dan lain-lain,” ungkap Pater.

Ketiga, peranannya sebagai fasilitator menuntut JDP membangun komunikasi dengan berbagai pihak atau aktor, baik para pihak yang bertikai maupun pihak-pihak lain yang secara tidak langsung terkait dengan konflik. Maka JDP mengambil inisiatif untuk menemui banyak pihak yang berperan sebagai aktor, baik di Jakarta maupun di Tanah Papua.

Kata dia, JDP sangat menyadari bahwa ketika JDP bertemu dengan satu pihak maka pihak lain dapat menafsirkan pertemuan tersebut sebagai bentuk dukungan dan keberpihakan JDP terhadap pihak tersebut. Akibatnya, JDP dipandang dapat sebagai musuh dan anggota JDP dicurigai, difitnah, dicacimaki, dituduh macam-macam, dan diancaman secara fisik dan psikis oleh berbagai pihak.

“JDP sangat menyadari dari awal pembentukannya akan kemungkinan munculnya berbagai macam tanggapan seperti ini. JDP memahami bahwa semua tanggapan itu muncul karena memainkan peranannya sebagai fasilitator. JDP menghormati tanggapan-tanggapan tersebut sebagai sesuatu yang konstruktif dan sekaligus dukungan agar JDP tetap konsisten untuk berperan sebagai fasilitator,” urainya.

Baca Juga:  Lima Wartawan Bocor Alus Raih Penghargaan Oktovianus Pogau

Keempat, mendengar kabar bahwa Presiden Jokowi menyebut nama Pater  Neles Tebay sebagai salah satu orang yang mempersiapkan dialog-dialog sektoral untuk Papua, muncul banyak reaksi. Ada pihak yang mempertanyakan mandat dari Pater Neles Tebay. Apakah Pater Neles mempunyai mandat untuk bekerja demi dialog? Kalau ada mandatnya, Siapa yang memberikan mandat kepada dia? Perlu diakui secara jujur bahwa Pater Neles Tebay melibatkan diri dalam mendorong dialog demi perdamaian bukan atas dasar mandat. Dia (Pater Neles Tebay) tidak pernah mendapatkan mandat dari orang siapapun dan atau lembaga apapun.Tidak ada pihak tertentu, entah orang Papua, atau Pemerintah Indonesia, atau Gereja Katolik, yang memberikan mandat kepadanya. Maka dia memang tidak mempunyai mandat.

Karena tidak ada pihak tertentu yang memberikan mandat kepadanya, maka tidak ada pihak juga yang berhak mencabut mandat dari dia untuk menghentikansemuapekerjaan yang dilakukannya dalam mendorong dialog sejak tahun 2009 hingga kini. Tidak ada pihak yang mengangkat dia, sehingga tidak ada pihak juga yang dapat menghentikannya. Dia tidak menunggu mandat atau mencari mandat agar dapat bekerja demi perdamaian. Dia secara sadar melibatkan diri dalam pekerjaan ini berdasarkan panggilan hati nurani. Dia terlibat secara pribadi, bukan mewakili kelompok aktor tertentu, atau lembaga tertentu, atau agama tertentu, atau pihak tertentu.

“Hal ini berlaku juga untuk semua anggota JDP. Mereka bergabung dalam JDP untuk mendorong dialog bukan atas dasar mandat yang diperolehnya melainkan atas dasar panggilan hati nuraninya. Semuanya bergabung secara pribadi, bukan mewakili lembaga tertentu. Mereka berkomitmen untuk bekerja secara sukarela. Mereka bekerja demi perdamaian tanpa mandat dan gaji. Mereka juga tidak pernah menuntut mandat untuk bekerja demi perdamaian di tanah Papua,” jelas Pater Neles yang juga ketua STFT Fajar Timur Abepura ini.

Baca Juga:  Komisi HAM PBB Minta Indonesia Izinkan Akses Kemanusiaan Kepada Pengungsi Internal di Papua

Kelima, satu-satunya hal yang diperjuangkan oleh seluruh anggota JDP adalah bahwa masalah-masalah di tanah Papua diselesaikan bukan melalui kekerasan dan pemaksaan kehendak melainkan melalui dialog. JDP yakin bahwa perdamaian tidak bisa dicapai melalui tindakan kekerasan atau pemaksaan kehendak. Karena itu JDP secara tegas menolak penyelesaian masalah melalui aksi kekerasan. JDP juga tidak menerima pemaksaan kehendak dari satu pihak terhadap pihak lain.

JDP mengajak semua pihak untuk menyelesaikan masalah secara damai melalui dialog. “Mari kitong dialog” menjadi tema yang diusung JDP dalam mendorong dialog yang melibatkan para aktor.

“Apabila dialog terjadi, maka anggota JDP bukanlah peserta dialog. Para pihak yang berperan sebagai aktor inilah yang merupakan peserta dalam dialog,” tegas Pater menjelaskan.

Sebagai akhir kata, menurut Pater, JDP konsisten untuk berperan sebagai fasilitator dan terus mendorong dialog sebagai sarana terbaik bagi para pihak yang berperan sebagai aktor untuk mencari dan menetapkan solusi secara bersama guna menyelesaikan berbagai permasalahan di Tanah Papua secara damai.

“Dengan demikian, Papua dapat menjadi tanah Damai,” pungkas Pater.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaUpaya Belanda Membangun Kesehatan Papua (bagian 3)
Artikel berikutnyaKPUD Yahukimo Diminta Umumkan Hasil Tes PPD