Pemimpin West Papua Merasa Aman di Vanuatu

0
4105

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Sejumlah Pemimpin Papua Barat ketika menghadiri Pertemuan Gerakan Pembebasan Persatuan (ULMWP) pertama mereka di Port Vila minggu ini mengakui merasa aman di sini, tetapi mengklaim jika mereka kembali ke West Papua kemungkinan besar mereka akan ditangkap atau dibunuh oleh militer Indonesia.

“Jika Anda menaikkan Bendera Bintang Kejora di West Papua, anda berisiko di penjara selama 15-25 tahun. Saya sendiri menaikkan bendera tersebut menjadi 2.000 orang dan dipenjara selama 25 tahun. “

Baca Juga:  Lima Wartawan Bocor Alus Raih Penghargaan Oktovianus Pogau

Pernyataan tersebut disampaikan Benny Wenda, juru kampanye global orang West Papua yang berbasis di London Inggris.

Wenda mengatakan bahwa dia perna menghabiskan satu tahun di penjara sebelum membuat sejarah orang West Papua pertama yang melarikan diri ke luar negeri.

Sebelumnya dia mengatakan, banyak pemimpin West Papua dibunuh termasuk Kepala Suku, Theys Eluay pada tahun 2001.

ads
Baca Juga:  Warga Vanuatu Minta Perlakuan Adil Saat Dirawat di VCH

“Pada tahun 2002, mereka menangkap saya dan menyiksa saya untuk pertama kalinya dalam sejarah West Papua untuk orang Melanesia. Saya berhasil lolos dan melintasi perbatasan ke Papua Nugini dan menuju Inggris,” tutunya mengingat kembali.

Ketika ditanya apa yang akan terjadi jika dia kembali ke negaranya, dia menjawab, “Jika saya kembali, saya akan dibunuh.” Sesederhana itu.

Baca Juga:  Dua Hari GCC, PM Rabuka: Jadilah Pemimpin Adat Bagi Semua Warga Fiji

“Bahkan jika saya di Inggris, mereka masih memburu saya dan bukan hanya saya, setiap pemimpin West Papua yang sedang di luar batas Negara ditargetkan oleh aparat Indonesia.

“Ketika kita sampai di Vanuatu, kita tahu bahwa kita selamat.” Bendera Bintang Kejora akan diangkat di Port Vila pada 1 Desember sebagai tanda harapan, perlawanan terhadap kolonialisme dan kebebasan, kata pemimpin Papua Barat itu.

Sumber: dailypost.vu

Artikel sebelumnyaPara Diplomat Pembebasan Papua Barat Kumpul di Vanuatu  
Artikel berikutnyaWest Papuan Leaders Feel Safe