David Saweri, ‘Orang Gila’ yang Menggilakan Orang Lain

0
3909

JAYAPURA, JERATPAPUA/SUARAPAPUA.com — Kabupaten Sarmi adalah 1 dari 28 kabupaten di Provinsi Papua dan mempunyai julukan “Kota Ombak” karena letaknya berada di pesisir bagian utara Pulau Papua.

David Saweri, seorang pemuda Suku Isirawa dari Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Pria dengan wajah penuh brewok dan rambut gimbal, bila jumpa di awal tentu akan terlihat sangar. Namun, saat ditemui dan diajak berdiskusi, David Saweri adalah seorang pemuda yang ramah.

David menceritakan pengalamannya sebagai aktivis lingkungan. Pada tahun 2003 mulai dengan munculnya rasa kepedulian terhadap kondisi masyarakat adat dan juga lingkungan. Dimana masyarakat adat dari pengamatannya adalah mulai meninggalkan kebiasaan adat istiadat.

Sementara dari sisi lingkungan, ketika itu ia merasa sangat prihatin dengan adanya penebangan hutan mangrove serta abrasi yang mulai terlihat. Sehingga David berinisiatif  belajar mengkoker mangrove dan melakukan penanaman di sepanjang bibir pantai Kampung Sarmo, Distrik Sarmi Kota.

Baca Juga:  24 Tahun Kasus Abepura Berdarah Dilupakan Pemerintah

Hal yang dilakukan ini pada awalnya mendapatkan cemooh, bahkan makian. Hingga dianggap sebagai orang gila.

ads

“Saya dikatakan sebagai orang gila dan dimaki. Tetapi justru itu membuat saya tidak patah semangat, bahkan menjadikan pengalaman itu sebagai motto hidup saya, yakni “orang gila yang menggilakan orang lain,” ungkapnya.

Hal itu, kata David, karena dirinya ingin membangun kesadaran masyarakat adat untuk membangun kepedulian terhadap lingkungan.

Pada tahun 2013, ia bersama beberapa kawan-kawannya mendirikan Komunitas Insani Peduli Sarmi (KIPAS) yang berfokus kepada isu pemenuhan hak-hak masyarakat adat dan kelestarian lingkungan.

Baca Juga:  PSN di Merauke Merampas Hak Hidup dan Meningkatkan Krisis Lingkungan

David yang sempat kuliah di Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) menjelaskan bahwa di awal pendirian KIPAS, ia juga membangun komunikasi dengan pihak pihak pemerintah, seperti Dinas Lingkungan Hidup. Namun tidak mendapatkan respon.

Walaupun mendapatkan tantangan, dirinya bersama teman-teman di KIPAS tidak putus asa dan tetap bekerja. Beberapa tahun kemudian, ketika pemerintah telah melihat kerja-kerja KIPAS dan hasilnya serta dampak yang ada, maka kini telah terjalin kerjasama yang baik.

Beberapa kampung yang telah dilakukan penanaman mangrove, diantaranya Kampung Karfisia dan Maseb, Distrik Apawer Hilir; Kampung Armopa, Distrik Armopa; dan Pulau Liki, Distrik Sarmi Kota.

Bahkan salah satu hutan Manggrove di Sarmo, Distrik Sarmi Kota, kini mulai dikenal masyarakat dan mereka mulai berwisata di Hutan Manggrove yang diprakarsai oleh David Saweri.

Baca Juga:  “Hutan Adat Kami dalam Bahaya!”; Kesaksian Tiga Anak Muda Papua dari Grime Nawa

“Banyak masyarakat yang sekarang bersantai melepas lelah di hutan mangrove di tepi pantai,” kata David.

Bahkan kedepan ia akan belajar membuat olahan dari buah mangrove dijadikan kue, jus dan lainnya. Untuk itu, saat ini ia sedang membangun komunikasi di Chef Jungle Papua, Charles Toto untuk bekerja sama.

Menurut David, keberhasilannya selama ini tidak terlepas dari dukungan istrinya, Dominggas Sepa serta kawan-kawannya antara lain Frengky Mauri, Anderson Ramandey, dan masih banyak lagi.

David berharap kedepan semakin banyak masyarakat adat yang peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Sarmi.

Sumber: JeratPapua

Artikel sebelumnyaIbu Kota Kabupaten Tolikara Direkomendasikan Pindah ke Distrik Wari atau Taive
Artikel berikutnyaMewujudkan Dogiyai Bahagia: Manusia dan Tanahnya