Orang West Papua Minta Bantuan Amerika di Pertengahan 1960-an

0
2657

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Dalam sebuah dokumen berasal dari Amerika Serikat yang baru saja dibuka ke publik ditemukan bahwa Orang Papua sempat meminta Washington di pertengahan 1960-an untuk membantu mereka memerangi pengambilalihan tanah air mereka oleh Indonesia.

Associated Press (AP) melaporkan bahwa para pemimpin Papua saat itu mencari dukungan uang dan senjata, seperti yang terekam dalam telegram di pertengahan 1960-an antara Departemen Dalam Negeri dan Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta.

Baca Juga:  TETAP BERLAWAN: Catatan Akhir Tahun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat 2023

Pada April 1966 sebuah telegram mencatat “intensif dan fasihnya” Markus Kaisepo, pemimpin Papua yang sedang eksil, berbicara dengan seorang pejabat senior AS tentang “keputusasaan orang Papua di bawah pemerintahan Indonesia”.

Kaisepo mengatakan, orang Papua bersikeras untuk merdeka, namun sama sekali tidak memiliki sumber daya finansial dan peralatan militer yang dibutuhkan untuk “bangkit melawan opresor Indonesia”.

Permintaan tersebut ditolak, sama seperti Nicolaas Jouwe, seorang pemimpin Papua yang lain, yang juga meminta dukungan kepada AS di tahun 1965 dan juga kepada Australia.

ads
Baca Juga:  Dua Hari GCC, PM Rabuka: Jadilah Pemimpin Adat Bagi Semua Warga Fiji

AS sendiri memfasilitasi Perjanjian New York yang kontroversial di tahun 1962 yang membuka jalan bagi pengambilalihan Indonesia atas Papua.

Orang-orang Papua, yang tidak dilibatkan dalam konsultasi perjanjian tersebut, memulai perlawanan terhadap Indonesia di beberapa tempat yang berlangsung beberapa tahun.

Sebagai balasan, pihak militer Indonesia melancarkan serangkaian operasi brutal untuk menghancurkan perlawanan Papua.

Beberapa dokumen menggambarkan “pembantaian” orang-orang Papua, dan mencatat bahwa ribuan orang Papua tewas akibat serangan bom oleh Indonesia.

Baca Juga:  PNG Rentan Terhadap Peningkatan Pesat Kejahatan Transnasional

Peristiwa tersebut terjadi beberapa tahun menuju Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) yang kontroversial, sebuah referendum di tahun 1969 yang memastikan masuknya Papua ke dalam wilayah Indonesia.

Namun, yang disebut dengan referendum tersebut diikuti kurang dari 0.2% orang Papua dan secara umum dianggap sebagai sebuah proses yang telah dimanipulasi.

Pewarta: Andre

Sumber: Radio New Zealand

Artikel sebelumnyaPemimpin Baru Tapi Agenda Tetap untuk Pembebasan Papua Barat
Artikel berikutnyaGereja Asia Angkat Bicara Setelah Kunjungan ke Papua