Jelang Liga 1 2018, Persipura Krisis Kiper

0
7191

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Selepas kiper Yoo Jae Hoon berkostum Mitra Kukar sejak 14 Januari 2018, tim Persipura Jayapura hanya punya satu kiper, Dede Sulaiman. Dalam beberapa hari terakhir puluhan pemain junior dan senior diseleksi pelatih Peter Butler, tetapi tidak ada yang berposisi kiper.

Krisis kiper bagi tim berjuluk Mutiara Hitam sangat terasa jelang kompetisi Liga 1 Indonesia musim 2018 yang akan segera digulirkan.

Menurut Alan Haviludin, pelatih kiper Persipura, sebuah tim sepakbola minimal punya tiga kiper. Sedangkan, tim kebanggaan masyarakat Papua ini menyisakan satu kiper saja.

Solusinya, ia sedang pantau beberapa pemain muda Papua yang berposisi sebagai penjaga gawang.

“Harapan kami, ada kiper asli Papua bisa perkuat Persipura tahun ini. Tetapi kalau tidak ada, ya terpaksa kita ambil dari luar untuk dampingi Dede Sulaiman,” kata Alan menjawab pertanyaan wartawan di stadion Mandala, Kota Jayapura.

ads
Baca Juga:  Hajar Semen Padang 3-0, PSBS Biak Kunci Juara Liga 2

Alan akui ada dua kiper muda sedang diseleksi. Keduanya dari dua klub lokal di Jayapura. Meski masih berusia muda, ia berharap nantinya diproyeksikan untuk kiper masa depan tim Mutiara Hitam.

Publik sempat bertanya-tanya, kemanakah salah satu kiper muda Papua yang pada musim kompetisi lalu direkrut Persipura? Menurut Alan, Piere Florenco Kahol kini tidak bersama Boaz Solossa Dkk sejak kompetisi Liga 1 tahun 2017 berakhir.

“Sebenarnya Piere sangat berpotensi untuk perkuat Persipura. Kita siapkan dia sebagai kiper masa depan Persipura. Hanya saja dia tidak mampu kontrol pola makan, sehingga berat badannya over dan itu kesalahannya sendiri,” tuturnya.

Selain pantau dua kiper muda, Alan akui sedang jalin komunikasi untuk segera datangkan kiper dari luar Papua.

Persipura dalam kiprahnya di kompetisi elit Indonesia, mengandalkan talenta lokal. Kecuali sektor pengawal gawang. Bisa dihitung nama kiper asli Papua yang sempat memperkuat Persipura. Sebut saja, Yohanis Bonay, Fison Merauje, Selsius Gebze, dan beberapa lainnya yang hanya menjadi “camat” (cadangan mati) karena tidak pernah dimainkan, antara lain Eneko Bahabol, Philipus Basikbasik, atau pada dua dekade lalu ada nama Timotius Mote, Celsius Hendambo, dan Verminus Kotouki.

Baca Juga:  KPU Tambrauw Resmi Tutup Pleno Tingkat Kabupaten

Selebihnya, kiper asing dan non-Papua. Itu terjadi cukup lama. Anak Papua seperti tidak tertarik dengan posisi kiper.

Tim sekelas Persipura sulit mengorbitkan kiper asli Papua. Meski Benhur Tomi Mano berkomitmen untuk itu, tetapi hingga kini belum dibuktikan.

Yoo Jae Hoon pernah bicara ke pers bahwa suatu saat setelah pensiun dari Persipura, ia akan siapkan kiper tangguh dari Papua untuk menggantikan posisinya.

Kini, Yoo tidak bersama Persipura. Ia sudah dikontrak Mitra Kukar untuk bermain di Piala Presiden dan Liga 1 tahun 2018.

Kiper asal Korea Selatan ini ke Jayapura sejak 2010. Lima tahun kemudian gabung dengan Bali United selama setahun, hingga akhirnya kembali ke Persipura lagi.

Baca Juga:  Peringati Hari Pers Nasional, Pegiat Literasi dan Jurnalis PBD Gelar Deklarasi Pemilu Damai

“Saya berutang budi pada Persipura. Saya ingin menjadi pelatih kiper di sini jika nanti pensiun. Saya ingin membantu Papua memiliki kiper hebat. Papua jarang sekali memiliki kiper,” kata Yoo, dilansir juara.net edisi Sabtu (7/1/2017) lalu.

Meski sudah tidak berkostum Persipura, Yoo mendoakan tim Mutiara Hitam agar tampil yang terbaik di pentas sepakbola nasional.

“Doa saya tetap ada, itu keluarga saya. Saya tetap doakan yang terbaik untuk Persipura,” ucapnya seperti diwartakan bolasport.com, Kamis (1/2/2018).

Kiper berusia 34 tahun itu tidak banyak berkomentar tentang kepindahannya ke tim baru. Baginya, hal ini sensitif untuk diungkap ke publik. Ia sepertinya menjaga perasaan tim lama. Itu berarti suatu saat akan kembali? Entahlah, yang pasti Yoo tidak lupakan semua kenangan suka dan duka bersama Persipura.

 

REDAKSI

Artikel sebelumnyaKNPB Sosialisasikan Referendum di Pomako Timika
Artikel berikutnyaSAYA SIAP MATI UNTUK PAPUA: Revitalisasi Perjuangan Uskup Muninghoff dalam Advokasi HAM di Tanah Papua (Bagian Pertama)