Seni & BudayaSeniMargaretha Erthyn Wene Lanny Raih Juara Tiga Model Cover Kids Indonesia

Margaretha Erthyn Wene Lanny Raih Juara Tiga Model Cover Kids Indonesia

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Model cilik dari Tanah Papua, Margaretha Erthyn Wene Lanny, meraih juara tiga Model Indonesia kategori Cover Kids 2018, setelah pada hari Sabtu 3 Maret 2018 tampil apik di panggung pusat perbelanjaan Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan.

Erthyn Lanny tampil mewakili Provinsi Papua. Ia tampil dalam perlombaan model cilik yang diikuti 60 peserta dari seluruh Indonesia yang sebelumnya lolos seleksi tingkat provinsi di masing-masing provinsi.

Hasil tersebut tentu saja membuat bangga Bonny Lanny, ayah dari bocah cilik itu.

Bonny akui anaknya memiliki bakat alami dalam hal menari. Juga sering percaya diri dalam bergaya dan bergoyang di rumah layaknya model. Ini membuat orang tua tidak menyia-nyiakan karunia Tuhan untuk mengikutsertakan dalam lomba model cilik tingkat kabupaten Puncak Papua. Wene setelah meraih juara satu, lolos ikut dalam lomba model Indonesia se-Indonesia. Di Jakarta, ia berhasil mengalahkan 58 kontestan model cilik se-Indonesia.

“Anak kami ini memang punya bakat alami, suka dance, bernyanyi, dan dia orangnya percaya diri saat bergaya. Kami berusaha mendorong bakat alaminya ini untuk tampil dalam lomba dan Wene berhasil juara satu di Kabupaten Puncak. Selanjutnya dia ikut audisi di provinsi dan dapat juara dua, sehingga berhasil mendapat tiket grand final di Jakarta dan anak kami berhasil meraih juara tiga Model Indonesia kategori Cover Kids,” tutur Bonny, Minggu (11/3/2018).

Meski tanpa sponsor karena menggunakan dana sendiri dari awal hingga di Jakarta, kata Bonny, juara ini dipersembahkan bagi provinsi Papua. “Anak saya persembahkan untuk Tanah Papua karena di Jakarta yang dibawa bukan nama pribadi, golongan atau nama kampung, tetapi Tanah Papua tercinta,” ucapnya.

Lanjut dia, nama Papua disebut-sebut dengan keikutsertaan Wene bahkan setelah meraih juara tiga. Dan dengan bangga, penghargaan tersebut dipersembahkan untuk Papua.

“Kami mau kasih ke Pemprov, tetapi mereka tidak bantu, biar sudah, piala ini kami taruh di rumah saja,” kata Bonny.

Ia menyayangkan tiadanya kepedulian pemerintah daerah, padahal banyak potensi dari anak-anak Papua yang punya bakat seperti Wene Lanny.

“Sampai saat ini belum melirik model atau fashion, mungkin Pemda utamakan bidang-bidang lain saja. Seharusnya juga melihat hal ini. Sayang sekali karena tidak ada perhatian sama sekali dan itu kami alami sendiri,” tuturnya.

Bonny sebenarnya sudah buat beberapa proposal untuk minta dukungan ke pemerintah daerah dan pemerintah provinsi. “Tetapi belum terjawab sampai saat ini untuk mendukung kami. Padahal selama perlombaan di Jakarta, yang dibangga-banggakan adalah Papua,” kata salah satu musisi dari wilayah pegunungan Papua ini.

Bonny menjelaskan, yang menjadi keunggulan anak-anak Papua saat lomba adalah keunikan warna hitam kulit dan rambut keriting. “Ikut lomba di sana itu berbeda dari teman-teman lain. Apalagi Wene ini tampilnya tidak terlalu mencolok dan lebih alami dengan warna kulitnya, itu menjadi menarik diantara peserta lain dan semua puji dia, karena dia unik diantara yang lain. Juri paling suka yang unik dan itu keunggulan kami orang Papua. Tetapi sayangnya Pemda tidak melihat peluang ini,” tuturnya.

Usai meraih juara tiga, Bonny akui bahwa Wene sudah ditawarkan untuk terjun ke dunia entertainment dengan berbagai tawaran baik foto model dan seni peran untuk artis cilik oleh beberapa stasiun TV swasta nasional.

“Ini sebenarnya jembatan untuk menjadi artis bagi kami anak-anak Papua. Ya, kita sebenarnya bisa menjadi artis dan ini peluang orang Papua bisa menjadi pemain film,” ucap Bonny.

Ia berharap para orang tua di Papua agar tidak membatasi talenta alami anak-anak, tetapi terus dikembangkan sesuai kemauannya karena setiap tahun ada audisi.

“Pemda juga mesti memperhatikan hal ini,” harapnya.

Pewarta: CR-4/SP
Editor: Arnold Belau

Terkini

Populer Minggu Ini:

Ini Situasi Paniai Sejak Jasad Dandramil Agadide Ditemukan

0
"Jangan [gelar aksi] tiba-tiba - itu saja. Kalau mau melakukan pengejaran, aparat harus sampaikan ke pemerintah supaya diumumkan ke masyarakat. Maksudnya selama pengejaran masyarakat harus tinggal di mana seperti itu, supaya aman. Ini saya sampaikan salah satu solusi terbaik supaya tidak ada masyarakat yang dikorbankan," tukasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.