BeritaLingkunganRatusan Orang akan Hadiri ICBE 2018 di Manokwari

Ratusan Orang akan Hadiri ICBE 2018 di Manokwari

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Memberikan peran dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Papua dalam kegiatan pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam di Tanah Papua, maka pada awal Oktober mendatang akan diadakan “International Conference on Biodiversity, Ecotourism, and Creative Economy (ICBE) di Manokwari, provinsi Papua Barat.

Sebagai persiapan telah dilakukan sosialisasi yang disampaikan oleh Tim Kerja ICBE 2018 dan peluncuran website resmi ICBE 2018 www.papuabarat-ICBE2018.org, serta arahan dari Gubernur Papua Barat pada 6 Maret 2018.

Prof. Dr. Charlie D Heatubun, ketua tim kerja ICBE 2018, mengatakan, ICBE 2018 merupakan kegiatan terobosan dari pelaksanaan Agenda 2030 Pembangunan Berkelanjutan (Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development) oleh Perserikatan Bangsa-bangsa yang berisi 17 tujuan dan 169 sasaran, dimana keanekaragaman hayati mendapat perhatian serius terutama pada tujuan 14 dan 15.

“Sebagai bagian dari masyarakat global yang telah bersama-sama berkomitmen untuk mengelola dan melestarikan keanekaragaman hayati demi kesejahteraan umat manusia,” jelasnya siaran pers yang dikirim ke media ini.

Tindak lanjut rekomendasi dari hasil ICBE 2016 yang diadakan di Jayapura, pihaknya menganggap sangat penting untuk menyelenggarakan pertemuan yang sama dengan mengemukakan prioritas pembangunan dan pelestarian keanekaragaman hayati untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Papua Barat, dan Tanah Papua umumnya.

Baca Juga:  Bangun RS Tak Harus Korbankan Warga Sekitar Sakit Akibat Banjir dan Kehilangan Tempat Tinggal

Diharapkan keputusan pembangunan di Papua Barat, berkontribusi bagi kepentingan nasional Indonesia dan secara global bagi keselamatan umat manusia.

“ICBE 2018 memiliki arti strategis tidak hanya bagi Papua Barat, tapi juga Tanah Papua, Indonesia dan dunia, karena dengan penyelenggaraan ICBE akan menghasilkan suatu warisan tak ternilai bagi generasi masa depan, dimana alam dan lingkungan akan tetap terjaga sebagaimana kondisinya saat ini.”

Lanjut Charlie, hal ini tentunya dengan pencapaian dalam peninjauan kembali RTRW Provinsi Papua Barat yang mengakomodir ciri khas provinsi konservasi dan ruang kelola masyarakat adat, pencadangan yang lebih besar terhadap kawasan lindung, peluang insentif fiskal dan skema pendanaan berkelanjutan, serta inisiatif kemitraan global dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.

Tanah Papua dikenal sebagai pulau terbesar kedua di dunia, diberkahi kekayaan alam dan keanekaragaman ekosistem yang luar biasa melimpah, diantaranya hutan, pantai, terumbu karang, danau dan sungai, serta gletser tropis. Keanekaragaman hayati Tanah Papua adalah setengah dari total jumlah keanekaragaman hayati Indonesia, secara khusus flora dan fauna endemik yang hanya dijumpai di negeri emas ini.

Baca Juga:  Ratusan Mahasiswa Papua di Sulut Datangi PTUN Manado Serahkan Petisi Dukungan Perjuangan Masyarakat Adat Awyu

Tanah Papua juga kaya akan sumberdaya alam berupa bahan tambang beragaman gas dan mineral serta budaya adat istiadatnya. Tercatat sekitar 265 bahasa lokal yang melambangkan suku-suku yang ada dengan kearifan lokalnya.

Meskipun Tanah Papua begitu kaya, tingkat kemiskinan justru tertinggi di Indonesia. Pengembangan ekonomi di Tanah Papua sedang dan terus akan dipacu untuk meningkatkan perekonomian dan membiayai kegiatan pembangunan dengan harapan bahwa melalui kegiatan ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan harapan hidup masyarakat di Tanah Papua. Terbatasnya atau belum berkembangnya sektor jasa dan sektor lainnya, mendorong pemerintah memanfaatkan sumberdaya alam sebagai modal utama pengembangan ekonomi.

Diharapkan, setiap usaha peningkatan perekonomian yang memanfaatkan sumberdaya alam harus berdasarkan asas berkelanjutan untuk menghindari kerusakan dan pencemaran lingkungan, Untuk itu diperlukan suatu usaha bersama dan menyeluruh untuk menentukan berbagai rencana demi mewujudkan Tanah Papua menjadi aman, sejahtera dan bermartabat yang dapat memberikan perlindungan bagi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan secara bijaksana sumberdaya alam.

Baca Juga:  Festival Angkat Sampah di Lembah Emereuw, Bentuk Kritik Terhadap Pemerintah

Rencana ICBE 2018 disambut hangat Dominggus Mandacan, gubernur provinsi Papua Barat.

Mandacan menyatakan bahwa ICBE 2018 adalah sebuah terobosan yang dapat menghubungkan semua capaian misi pembangunan Provinsi Papua Barat di dalam kerangka inisiatif provinsi konservasi dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

Gubernur berharap, suksesnya perhelatan ICBE juga menjadi tolak ukur sejauh mana Papua Barat mengikuti perkembangan dan mengalami kemajuan di dalam pembangunan, serta berkontribusi dalam pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan kesejahteraan baik di Tanah Papua, Indonesia dan global.

Atas kerja sama Pemprov Papua Barat dengan mitra pembangunan, ICBE yang akan dilaksanakan itu dalam bentuk seminar ilmiah maupun penyampaian poster, pameran dan festival budaya serta kuliner menu makanan asli Papua.

Kegiatan ICBE akan dilaksanakan pada tanggal 7-10 Oktober 2018 dengan target peserta berjumlah 750 orang dari Indonesia dan manca negara (Amerika Serikat, Norwegia, Swedia, Inggris, Brazil, Spanyol, Australia, Jepang, China, Korea, dan Papua Nugini).

Rencananya, pembicara utama dan narasumber adalah pejabat pemerintah pusat dan pemerintah daerah, peneliti/ahli dan lembaga penelitian, lembaga swadaya masyarakat, praktisi, serta masyarakat adat dan gereja.

REDAKSI

Terkini

Populer Minggu Ini:

Upaya Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Jaga Pasokan BBM Saat...

0
“Terkait lonjakan kebutuhan bahan bakar, kami sudah prediksi akan terjadi, sehingga upaya yang kami lakukan adalah dengan memastikan ketahanan stok BBM harus dalam kondisi yang mencukupi untuk melayani kebutuhan masyarakat di masa RAFI ini,” kata Sunardi.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.