Oleh: Markus Haluk)*
Hari ini (1 Mei 2018) genap 55 tahun Kolonialisme Baru namanya Indonesia dan Imperialis baru itu menancapkan kuku kakinya di West Papua – Melanesia.
Genap pula 55 tahun, Ir. Soekarno Cs menjadikan hari Buru Internasional sebagai momentum menancapkan Tiang Bendera Nasional Indonesia : Merah Putih pada West Papua.
55 tahun pula lamanya atas nama pembebasan Kaum Buruh Internasional (Nasional) dari Kapitalisme memperbudak Bangsa Papua.
Lima puluh lima tahun juga hukum dan kebijakanmu secara masif, sistematis dan terstruktur menjajah dan memperbudak Rakyat dan bangsa Papua, Melanesia.
Dalam kurun waktu yang sama pula, engkau membunuh bangsa Papua dengan sikap dan perilaku yang sama persis dengan memperlakukan para budak.
Martabat dan harga diri bangsaku engkau lecehkan. Engkau terus membunuh rakyat dan bangsa Papua dengan bahasa dan sikap tidak beradap selayaknya manusia tidak berbudaya.
Sejarah kelam 55 tahun itu dimulai 1 Mei. Yaaa…kami ingat pada 1 Mei 1963 di lapangan Gelora Bung Karno dihadapan ratusan ribu rakyat Indonesia Ir. Soekarno Presiden I RI berpidato
“1 Mei adalah hari bersejarah. Hari pembebasan Internasional. 1 mei 1963 Irian Barat Kembali Kedalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.”
Hari ini telah terwujud kata-kata ambisiusmu Pak. 55 tahun ini, Manusia Papua sedang menuju pada Kematian. Semua lini hidupku engkau telah porakporandakan.
Kekayaan rahim Tanah Papua engkau sudah kuasai dan gadaikan kepada Kapitalis, Amerika dan Eropa. Engkau jadikan Papua masa depanmu anak cucumu. Hari ini di atas tanah luluhur, kami sudah minoritas.
Ketika kami masih kecil, orangtua kami menceritakan kata-kata dari salah satu Jendral ambisiusmu “kami tidak butuhkan manusia. Jika kamu mau merdeka, pergi saja ke pacifik atau meminta kepada AS supaya bisa merdeka di planet.”
Kami masih catat, kata-kata guru TRIKORA yang engkau kirim untuk meng-indonesia-kan kami. ” De kami ini datang membantu kamu saja. Indonesia itu Negara tetangga. Kami punya pengalaman di jajah oleh orang Belanda. Mereka itu kolonial dan menindas bangsa Indonesia. Sasaran kami mengusir Belanda itu. Sebagai Negara Tetangga kami datang membantu kamu.”
Kelompok yang sama membisukan orang tuaku, “Kami datang membantu kamu utk bersekolah dan menjadi pintar. Kami hanya didik kamu 25 tahun. Kalo kamu sudah mandiri, kami pasti pulang. Di sana (Indonesia) kami ada rumah, ada sawah, ada ternak, ada pacar, ada istri ada anak.” Begitu bujuk rayamu.
25 tahun yang engkau janjikan sudah lewat. Hari ini sudah 55 tahun. Apakah ini yang dimaksudkan dengan pendidik?
Orangtuaku masih menyaksikan pada saat engkau membawa perabot rumah, peralatan rumah sakit dan militer dengan kapal-kapal perangmu.
Kapal yang membawamu datang ke West Papua, pulang penuh dengan hasil jarahanmu. Rumah-rumah peninggalan Belanda pun engkau jarah dengan bahasa rayuan manismu bahkan dengan timah senjata.
 Seakan semua yang terjadi kami tidak percaya. Begitukah engkau serakahnya?
55 tahun, engkau masih di sini. 55 tahun engkau masih membunuhku, masih menyamakanku dengan bangsa hewan. Engkau masih mencuri dan masih berdusta.
Maaf pak, Apakah itu budayamu? Apakah itu yang menjadi landasan hidup bangsamu? Apakah ini juga ajaran imanmu?
Hari ini 55 tahun, susahkah berkata jujur? Pandanglah ke Kedepan, sambut Bintang Fajar Keemasan esok pagi.
Sobat, kata-kata Gurumu benar, kita pasti hidup sebagai 2 Negara Tetangga. Disaat itulah Engkau pasti akan mengerti arti Merdeka dan Berdaulat sebagai penggenapan Proklamasih17-08-1945: Dari Aceh-Amboina.
Disaat itu pula engkau akan sadar tentang arti 1 Mei sebagai hari BURUH. Selamat Merayakan Kawan Buruh. Engkaulah Revolusi Sejati bagi kaum tertindas!! Waaaa…
)* Penulis adalah kepala kantor Kordinasi ULMWP di West Papua