Seni & BudayaBudayaInilah Warisanmu (6); Kuatkan Akar

Inilah Warisanmu (6); Kuatkan Akar

Oleh: Mikael Tekege)*

Pegang erat budaya sebagai dasar hidup agar mampu bertahan menghadapi badai kehidupan.

Kuatkan Akar

Perhatikanlah pohon yang berdiri kuat menjulang tinggi, menahan terpaan badai yang begitu dahsyat. Apakah kamu tahu, mengapa pohon ini berdiri begitu kuat menahan badai? Anakku, karena pohon itu memiliki akar yang kuat. Berdasarkan akar itu pula ia mampu bertahan hidup lebih lama.

Dan, perhatikan benalu di sebuah pohon yang menggantungkan seluruh hidupnya. Mati dan hidupnya sebuah benalu ditentukan oleh pohon yang menghidupinya. Karena, benalu tak memiliki tempat untuk berakar selain di pohon.

Andaikan hidup kita bagaikan sebuah pohon yang berakar, pasti kita akan kuat menghadapi badai kehidupan seberat apapun. Tak mudah terjatuh dalam doktrin apapun yang berusaha mengarahkan kita pada ambang kehancuran.

Baca Juga:  Pemkab Sorong Gelar Rakor Refleksi Perda MHA Suku Moi

Tetapi apalah daya untuk memperkuat akar ini, karena perkembangan dan kemajuan memaksa kita untuk mengutuk dan mencabut akar ini, karena kita telah terpengaruh dan merasa milik orang lain itu lebih tinggi derajatnya.

Anakku, sebenarnya kita harus menata hidup atas dasar fondasi atau akar yang kuat, tetapi akar itulah yang dibenci oleh penguasa, bahkan kita sendiri, sehingga melupakan semuanya. Anakku, dia berusaha mendekati pada hidupmu hanya untuk mengetahui titik kelemahan demi menghancurkan akar hidupmu.

Anakku, akar hidup itu adalah budaya dan aturan hukum adat yang telah diwariskan kepada kita sejak perkembangan peradaban suku bangsamu. Semua itu membuat kamu kuat dalam menata hidup yang lebih baik, supaya tidak mudah dikendalikan oleh orang yang memiliki kepentingan di negeri ini.

Baca Juga:  Pemkab Sorong Gelar Rakor Refleksi Perda MHA Suku Moi

Anakku, dalam budaya itu tiada yang kurang, segala-galanya telah diatur, baik segi ekonomi, politik, sosial budaya. Tugas kamu, dia dan mereka adalah memperbaharui semua itu sesuai dengan perkembangan jaman untuk mencapai etika dan keteraturan baru. Bukan meninggalkan dan membenci semua yang kita miliki!.

Anakku, kita menolak dan membenci keberadaan mereka yang mengacaukan hidup kita, tetapi sebenarnya tidak, karena cara atau budaya mereka tetap kita pertahankan. Itu artinya mereka semakin berakar dalam kehidupan kita, sementara hidupmu bagaikan sebuah benalu karena akarmu telah engkau benci sendiri, kemudian menggantungkan hidupmu pada penguasa negeri.

Anakku, hidup bagaikan benalu di sebuah pohon tidak akan pernah membuat kamu kuat. Karena benalu itu hidupnya tergantung sama pohon itu, mati dan hidupnya sebuah benalu ditentukan oleh pohon yang digantungi hidupnya. Karena itulah, jika budaya tidak dilestarikan, hidupmu ditentukan oleh dia yang punya kepentingan di negeri ini. Atas dasar budaya (akar) itulah kamu akan melihat dan membedakan antara baik dan buruk serta benar dan salah.

Baca Juga:  Pemkab Sorong Gelar Rakor Refleksi Perda MHA Suku Moi

Anakku, aku tahu bahwa sebagai generasi muda harus memiliki pandangan lebih jauh kedepan, tetapi keadaan saat ini memaksa kamu untuk melihat ke belakang dan itu sengaja dibuat demikian agar kamu bingung dan dikendalikan demi kepentingan ekonomi politik.

Anakku, kembalilah ke belakang untuk menguatkan akar hidupmu dan itu dijadikan sebagai dasar bagi hidup anak cucumu kedepan. []

Bersambung ke bagian ketujuh – Kamu dan Leluhur

)* Penulis adalah salah satu penulis buku “Anomali Negara, Kawin Paksa Burung Cenderawasih dan Garuda”

Terkini

Populer Minggu Ini:

Desak Pelaku Diadili, PMKRI Sorong Minta Panglima TNI Copot Pangdam Cenderawasih

0
“Beberapa waktu lalu terjadi kasus penangkapan, kekerasaan dan penyiksaan terhadap dua pelajar di kabupaten Yahukimo. Kemudian terjadi lagi hal sama yang dilakukan oleh oknum anggota TNI di kabupaten Puncak. Kekerasan dan penyiksaan terhadap OAP sangat tidak manusiawi. Orang Papua seolah-olah dijadikan seperti binatang di atas Tanah Papua,” ujarnya saat ditemui suarapapua.com di Sorong, Papua Barat Daya, Rabu (27/3/2024).

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.