Semakin Banyak Mahasiswa Papua Pakai Koteka ke Kampus

2
16807

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Setelah dimulai oleh Devio Tekege pada hari Senin lalu, jumlah mahasiswa Papua di Jayapura yang mengenakan busana daerah berupa koteka ke kampus bertambah. Tercatat, empat mahasiswa lagi pada hari Rabu (29/05) mengikuti jejak Devio melakukan hal yang sama.

Keempat  mahasiswa itu adalah Albertus Yatipai, mahasiswa Fakultas Ekonomi, Sastra dan Sosial Politik Universitas Sains dan Teknologi (USTJ), Yan Elopere, mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan di universitas yang sama, Hoseri Edowai dan Ideweriknak Arabo, keduanya mahasiswa Fakultas Hukum STIH UMEL Mandiri.

Menurut laporan kronologis aksi mereka yang diterima suarapapua.com dari Kris Dogopia, aksi keempat mahasiswa tersebut mengundang perhatian dari masyarakat umum mau pun masyarakat kampus yang menyaksikannya. Umumnya mereka heran tetapi berusaha untuk memahami.

“Ini merupakan contoh untuk mengajak teman-teman, mari kita pake pakaian adat sama-sama bukan hanya dari pegunungan saja, tetapi semua mahasiswa Papua, harus tampil dengan busana adat,” kata Albertus, yang sehari-hari adalah penghuni Asrama Katolik Tauboria, Jayapura.

“Kami sebagai contoh buat teman-teman. Saya melihat bahwa budaya itu sangat penting, maka saya berharap mereka juga dapat mengikuti kami,” kata Yan Elopere, yang pada hari itu mengikuti ujian proposal.

ads
Baca Juga:  Peringatan IWD Menjadi Alarm Pergerakan Perempuan Kawal Segala Bentuk Diskriminasi Gender

Sementara itu, Hoseri dan Ideweriknak yang merupakan penghuni Asrama Mimika Padang Bulan, mengatakan, langkah mereka mengenakan koteka ke kampus adalah dalam upaya membangkitkan budaya Papua agar tidak ditinggalkan, terutama setelah masuknya budaya luar.

“Kami mengambil contoh dari teman Devio Tekege, sehingga ini menjadi semangat buat teman-teman untuk dapat mengikuti busana adat Papua,” kata Idewerinak.

Albertus dan Yan diterima oleh mahasiswi penghuni Asrama Putri Katolik Nurjaya. (IST – SP)

Menolak untuk Selfie

Walaupun Koteka merupakan busana adat Papua, tampaknya banyak yang memandang busana itu unik bahkan aneh. Tak mengherankan banyak di antara mahasiswa dan dosen yang meminta berfoto bersama mereka.

Atas permintaan tersebut, keempat mahasiswa ini secara terpisah menyatakan penolakan untuk difoto. Menurut Albert, dirinya mengenakan pakaian adat ke kampus bukan untuk difoto. Meskipun demikian, Whens Tebay, aktivis ELSHAM Papua, sempat juga mengambil gambarnya.

Di kampus USTJ, menurut laporan yang diterima suarapapua.com, ada sekitar 70an mahasiswa-mahasiswi USTJ meminta foto. Lagi-lagi Albertus menolak.

“Hari ini saya mau ajar ke semua, bahwa pake pakaian adat itu bukan momen untuk foto-foto. Ada waktu untuk pake pakaian adat untuk foto. Hari ini tidak ada motivasi untuk foto. Saya pake pakaian ini seperti teman-teman pake pakaian,” kata dia.

Baca Juga:  KPU Yahukimo Gelar Acara Pelepasan Logistik untuk Didistribusikan Ke 51 Distrik

Hal yang sama dikatakan oleh Hoseri. Ketika salah seorang dosen mereka, Waluyo, SH, MH, meminta berfoto, ia dengan diplomatis mengatakan bahwa ia mengenakan Koteka bukan untuk tujuan fashion show.

Demikian juga ketika seorang dosen perempuan, Herniati, mengajukan permintaan serupa, mereka juga menolak.

Dosen perempuan ini bahkan sempat penasaran. Lalu sekali lagi membujuk mereka dan mengeluarkan ponselnya untuk mengambil gambar mereka. Herniati heran mengapa mereka berbusana demikian bila tidak untuk difoto. “Lalu kenapa kamu pakai adat kayak begini?” tanya Herniati.

“Ibu, kita ini ikut kita pu budaya. Budaya seperti kita pu orang tua dulu sejak dong masih sekolah jadi kita ikut sampai sekarang,” kata Hoseri.

Kuliah Seperti Biasa

Dengan busana tradisional tersebut keempat mahasiswa ini dapat mengikuti perkuliahan seperti biasa. Bahkan ada yang sedang menghadapi ujian. Mereka mengatakan dapat mengikuti kuliah secara normal. Dosen bahkan mempersilakan mereka duduk paling depan

Setelah ujian Yan bahkan bersama Albert seorang senior mereka, Adolus masih sempat singgah di Asrama Mahasiswi Katolik Nurjaya (Astri Nurjaya). Di sana mereka menyampaikan ajakan untuk bergabung dalam aksi selanjutnya di hari Minggu mendatang ke gereja memakai busana adat.

Baca Juga:  LME Digugat Ke Pengadilan Tinggi Inggris Karena Memperdagangkan 'Logam Kotor' Dari Grasberg

Ketua Astri Nurjaya bersama sekitar 10-an orang penghuni, menerima tawaran bahwa hari minggu bersama-sama pakai busana ke gereja.

Dosen-dosen Terkejut

Sejumlah dosen yang melihat aksi mereka sempat terkejut. Ada yang memberi nasihat bahwa sebaiknya memakai busana adat seperti Koteka harus disesuaikan dengan waktu maupun kegiatan. Bahkan ada dosen yang menegur Albertus agar tidak mengenakan Koteka lagi di masa mendatang.

Seorang dosen bernama Syamsudin Usman, SE, MKP, berkata, “Albertus besok ko tidak boleh pake pakaian begini lagi”.

Namun, Albertus bertanya balik. “Bapa kalau saya pakai busana adat trus kalau teman-teman pake pakaian batik itu beda kah?”

Kemudian dosen bersangkutan menanggapinya, “Menurut Bapa tidak apa-apa, cuma momen dan tempatnya itu dimana, bapa sebagai orang tua, bapa sampaikan begitu”.

Albertus menjawab, “Ah Bapa, menurut saya itu sama saja, itu busana.” Kemudian Albertus menyalami dosen tersebut dan keluar dari ruang kuliah.

Pewarta: Redaksi

Artikel sebelumnyaKapolda Minta Polemik Penjabat Bupati Paniai Diselesaikan di Jayapura
Artikel berikutnyaMassa Aksi Pecahkan Kaca Mobil Polisi di Kantor KPU Yahukimo