WONDAMA, SUARAPAPUA.com— Warga kampung sobey di gegerkan dengan penemuan satu ekor ikan paus yang mati dan terdampar di bibir pantai (03/06/2018 ).
Dua hari kemudian warga langsung melakukan evakuasi bangkai ikan paus tersebut dengan menguburnya di bibir pantai.
Sekitar pukul 06:00 pagi pada minggu 3 Juni lalu, warga sobey kampung distrik Teluk Duairi, kabupaten Teluk Wondama sempat dikagetkan dengan penemuan mayat paus oleh salah satu warga.
Setelah ditinggal beberapa hari warga bersama kepala distrik Duairi, perwakilan dari polres Wondama,WWF dan Balai Taman Nasional langsung mengevakuasi bangkai ikan paus dari laut dengan menggunakan eksavator dan menguburnya di pinggir pantai Sobey Kampung.
Informasi yang di himpun suarapapua.com, ikan paus ini masih terbilang cukup muda dan berjenis kelamin jantan, berukuran panjang kurang lebih 4 hingga 5 meter. Pihak WWF di kabupaten Wondama belum bisa memastikan penyebab matinya ikan tersebut.
Kepala Distrik Teluk Duairi, Alexandra Mambor mengungkapkan, pihaknya bersama WWF, Kapospol Sobey, beserta warga telah merasa nyaman setelah melakukan evakuasi ikan paus yang mati terdampar di pantai Sobey kampung dengan mengubur.
“Kami melakukan ini ini untuk penyelamatan kawasan agar masyarakat aman, karena mata pencaharian warga adalah melaut. Selain itu daerah tersebut merupakan daerah wisata,” jelasnya.
Lihat juga: Foto: Seekor Ikan Paus Ditemukan Mati di Kampung Sobey, Papua Barat
Ia menambahkan, pantai tersebut akan diberi nama pantai Taman Paus karena ikan paus tersebut mati dan terdampar di pantai. Ia mengaku, pihaknya menerima informasi dari masyarakat pada minggu 3 mei 2018 sekitar pukul 06:00 pagi sehingga pihaknya langsung bersama WWF dan Balai Taman Nasional mengambil tindakan.
“Tempat ini akan kami namakan taman paus karena ikan ini datang dan mati di sini. Kami dapat informasi dari masyarakat dan langsung ke tempat kejadian untuk menguburnya,” imbuhnya.
Dari informasi yang diterima, sebelum mengubur ikan paus yang mati terdampar tersebut, warga di kampung Sobey terlebih dahulu melakukan prosesi adat dengan menguburnya menggunakan adat setempat berupa piring sebagai tanda penghormatan agar tidak terjadi hal-hak yang diinginkan.
Pewarta : Martinus Mayor
Editor: Suara Papua