Warga Sebut Korban Meninggal Bentrok di Wamena Terkena Peluru Aparat

0
12408
Warga sedang mendengarkan arahan aparat (ist)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Warga di lokasi kejadian bentrok antara masyarakat Woma dan Welesi di Wamena menyebut, korban meninggal dunia dari salah satu kelompok pada tanggal 6 Juni 2018 diakibatkan karena tembakan aparat keamanan.

“Saya dengan korban ada di barisan depan – berdekatan sekali. Saya lihat dia jatuh kena tembakan aparat,” ungkap salah satu warga berinisial AL, kemarin.

AL menyebut, korban dan dirinya dari satu kelompok yang bertikai. Menurutnya, informasih yang beredar bahwa polisi mengeluarkan tembakan karena ada serangan masyarakat itu perlu dipertanyakan, karena yang sebenarnya masyarakat serang polisi setelah satu rekannya ditembak jatuh.

Baca Juga:  Penyebutan Rumput Mei Dalam Festival di Wamena Mendapat Tanggapan Negatif

“Saya juga hampir kena tembak. Polisi buang asap tebal itu dan saya punya mata sempat kabur tidak bisa lihat,” tutur AL yang tidak mau menyebutkan namanya.

Ia menjelaskan, bentrok terjadi pada pagi hari setelah malamnya sekelompok orang yang diduga dari Woma dalam pengaruh alkohol menghadang dan memukul satu warga Welesi yang hendak pulang mengendarai motor.

ads

Pagi itu polisi datang mengamankan sehingga pihaknya memberikan kesempatan kepada polisi agar sampai sore pelaku yang diduga dari Woma ditangkap. Namun hingga sore polisi belum juga menangkap sehingga keluarga korban marah dan terjadi bentrok.

Dominikus Sorabut, Ketua Dewan Adat Papua (DAP) secara terpisah mengatakan kesaksian masyarakat di lapangan membenarkan korban meninggal dalam bentrokan tersebut karena tembakan peluru polisi, bukan kena panah saat bentrokan. Ia juga mengaku tahu hal itu karena bentrokan itu terjadi didepan honai adat suku Lanitipo yang juga ikut dibakar massa.

Baca Juga:  PT Eya Aviation Indonesia Layani Penerbangan Subsidi Wamena-Tolikara

“Bentrokan terjadi pas depan kantor Dewan Adat Lanitipo, anggota kami tahu bahwa korban Murib itu meninggal bukan karena panah atau lemparan masyarakat melainkan tembakan aparat polisi,” ungkap Surabut sebagaimana dilansir dari tabloidjubi.com.

Selain itu, kata Dominikus Surabut, masyarakat juga melaporkan bahwa, polisi buang gas air mata hingga dalam gereja tempat masyarakat berlindung.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

“Kami punya saksi yang laporkan itu,” ujar Surabut.

Sebelumnya, Kapolres Jayawijaya, AKBP.Yan Pieter Reba sebagaimana diberitakan tabloidjubi.com mengatakan bahwa salah satu korban meninggal dunia bukan terkena peluruh aparat, melainkan terkena panah dan lemparan batu.

“Korban jiwa dari salah satu kelompok yang merupakan salah satu warga dari kabupaten pemekaran. Dari hasil visum bagian luar yang dilakukan, korban meninggal dikarenakan kena panah dan lemparan batu bukan terkena amunisi atau tembakan yang aparat TNI-Polri pada saat warga melakukan perlawanan kepada aparat,“ kata Kapolres Jayawijaya.

REDAKSI

Artikel sebelumnyaAmankan Idul Fitri, Satkem Gelar Apel Bersama di Polres Jayahukimo
Artikel berikutnyaDua TK YPPK di Paniai Wisudakan 92 Siswa