Surat Gembala Sinode Gereja KINGMI Papua Hadapi Pilkada 2018

0
5421

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com – Badan Pengurus Sinode Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua hari ini (25/06) menerbitkan surat pastoral kepada jemaatnya sebagai seruan dan panduan menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada 2018). Surat pastoral dengan judul Surat Gembala Menghadapi Pilkada 2018 ditandatangani oleh Ketua BP Sinode Gereja KINGMI, Pdt. Dr. Benny Giay.

Surat tersebut antara lain mengajak warga jemaat, pengerja Gereja dan masyarakat untuk berkomitmen mendukung agar Pilgub dan Pilkada berjalan dengan baik sebagai bagian dari keterlibatan menjaga semangat dan impian Papua Tanah Damai. Sebaliknya, surat itu juga meminta kepada warga jemaat, pengerja dan masyarakat untuk menolak segala macam sistem dan program yang mengobrak-abrik keutuhan dan kebersamaan di Tanah Papua.

Diakui bahwa Tanah Papua sampai saat ini masih terus ‘mendidih,’ diwarnai oleh praktik-praktik-praktik yang berpotensi menciptakan konflik bahkan menghancurkan Orang Papua sendiri. Namun, Surat Gembala menekankan agar warga jemaat, pengerja Gereja dan masyrakat tetap memupuk harapan, memberi diri diserapi oleh semangat perdamaian dan kasih.

Berikut ini selengkapnya Surat Gembala dimaksud.

SURAT GEMBALA MENGHADAPI PILKADA 2018

ads

“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu tergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua.” (Roma 12:8).

Lepas dari hiruk-pikuk dan dinamika sosial politik HAM yang terus terjadi di Tanah Papua, kita menaikkan puji syukur bahwa Gereja kita baik warga jemaat, pengerja dan masyarakatnya masih disertai Tuhan: Imanuel. Dalam kerangka iman seperti itu, dua hari lagi (27 Juni 2018) kita sebagai warga sedang dalam ada dalam sistem negara Indonesia ini, akan menyaksikan/mengambil bagian Pilgub/Pilkada.

Baca Juga:  Seorang Fotografer Asal Rusia Ditangkap Apkam di Paniai

Oleh karena itu menghadapi peristiwa itu kami sampaikan:
1. Warga jemaat, para pengerja Gereja dan masyarakat, mari kita memastikan agar Pilgub dan Pilkada ini bisa berjalan dengan baik mendukung komitmen teman-teman dari gereja lain di Tanah Papua yang sudah sepakat Pilkada damai sebagai bagian dari keterlibatan kita untuk menjaga semangat dan impian Papua Tanah Damai yang dalam kenyataan terus-menerus diobrak-abrik oleh pihak.

2. Dalam nama Tuhan Kristus Gembala kita, izinkan kami gunakan kesempatan ini mengingat kesepakatan kita 19 April 2018 di jemaat KINGMI Antiokia Enarotali bahwa kewajiban kami sebagai warga dari sistem Indonesia ini ialah:
a. Melakukan pemilihan terhadap calon dengan memasukkan surat suara, setelah itu menyerahkan proses selanjutnya kepada sistem negara ini.

b. Tidak memberikan diri dipengaruhi oleh para calon bupati atau tim; sebaliknya mendorong agar para pihak yang berkonflik pergi menyelesaikan masalah surat dll di ibukota provinsi sesuai dengan mekanisme hukum dari sistem ini.

Baca Juga:  Akomodir Aspirasi OAP Melalui John NR Gobai, Jokowi Revisi PP 96/2021

3. Butir kedua di atas ini, kami tekankan khususnya di daerah yang rawan konflik, seperti Paniai dan Jayawijaya agar dalam program Pilkada/Pilpres seperti ini tidak ada lagi (a) mendatangkan korban kematian warga sipil lagi di pihak warga sipil Papua,  (b) dan juga tidak memberi lagi kesempatan kepada para pihak untuk naik pangkat, cari uang tambahan. Ingat, sejarah penderitaan kita di Tanah Papua adalah saksi dari pihak yang menggunakan kaki dan tangan, mulut orang Papua untuk saling bunuh, saling baku perang untuk kepentingan pihak dari sana. Mari bertindak bijak.

4. Khusus Pilkada Paniai, kami mencurigai para penyelenggara sistem ini, yang pada akhirnya bahwa calon bupati Paniai adalah dua orang. Mengapa tidak ditegaskan dari awal, misalnya, dua atau tiga bulan lalu. Pengumuman peserta Pilkada pada “Menit terakhir” bisa berpotensi menimbulkan konflik. Ini kami sampaikan walaupun, kami percaya warga jemaat, pengerja Gereja dan masyarakat lainnya ini tidak akan bertindak sebodoh itu dalam memicu konflik.

5. Paniai dan Jayawijaya adalah tempat-tempat yang secara historis fundasi pembangunan peradabannya dimulai dengan Injil Perdamaian dan Kasih Allah. Oleh karena itu kami mengajak semua pihak agar memberi diri diserapi oleh semangat perdamaian dan kasih karena program Pilkada seperti ini juga akan kita jalani pada lima tahun yang berikut.

Baca Juga:  Satgas ODC Tembak Dua Pasukan Elit TPNPB di Yahukimo

Ini bukan akhir dari sejarah. Ini kami tegaskan khusus kepada pihak-pihak yang terakomodir tahun ini; intinya masih ada hari esok.

Oleh karena itu para calon kepala daerah dan tim suksesnya baik yang ikut Pilkada tahun ini maupun yang belum harap menahan diri memaknai catatan kami tadi bahwa peradaban di Tanah Papua dimulai dengan pesan Injil Perdamaian; yang menolak segala macam sistem dan programnya mengobrak-abrik keutuhan dan kebersamaan di Tanah ini yang tengah-tengah dan terus mendidih dengan praktik-praktik penghancuran yang dilakukan oleh orang Papua sendiri lantaran pengkondisian-pengkondisian maupun oleh pihak lain secara langsung.

Akhirnya Gereja kita yang sedang memasuki 50 tahun gereja dari kita, kami mengajak warga gereja dan pengerja untuk tetap tidak emosional belajar berdialog, tidak emosional menanggapi soal, hargai pendapat orang sebagai wujud dari nilai-nilai yang kita yakini.

Kami mengucapkan selamat memilih.

Jayapura, 25 Juni 2018.
Badan Pengurus Sinode Gereja Kemah Injil KINGMI di Tanah Papua,
Pdt. Dr. Benny Giay (Ketua)

Pewarta: Wim Geissler

Artikel sebelumnyaAgama dan Pembebasan
Artikel berikutnyaDari Cenderawasih Kembali ke Mambruk: Budaya Antagonisme Politik di Indonesia (Antropologi Politik Bagian IV)