Ratusan Pendulang Emas Ilegal Hancurkan Hutan Korowai Batu

0
6207
Helikopter terbang dari lokasi pendulangan (IST - SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Aktivitas pendulangan emas yang makin liar di daerah Korowai Batu sejak Desember 2017 membawa bencana besar bagi masyarakat pemilik dusun. Hamparan hutan dibabat, air minum tercemar, kesehatan penduduk setempat buruk, bahkan tercatat sudah lima orang meninggal dunia.

Data lapangan yang dilaporkan Penginjil GIDI, di daerah Korowai Batu kini sudah dikuasai ratusan orang baru. Tercatat 3000 orang non-Papua ada di sana. Mereka ada yang dari Nabire, Yahukimo, dan Boven Digoel. Dari luar Papua jumlahnya banyak. Antara lain dari Jawa, Makassar, Sanger, Bugis, Toraja, dan NTT. Tujuannya hanya satu, mencari emas.

Selain itu, beberapa diantaranya membuka usaha kios di lokasi pendulangan. Barang-barang yang dijualnya pun dipatok dengan harga sangat mahal.

Para pendulang, pembeli emas dan pedagang ke Korowai Batu dengan jasa penerbangan helikopter. Mereka terbang dari bandar udara Nop Goliat Yahukimo, Danowage maupun Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel, dan naik ke Sungai Deiram Hitam.

Hutan Rusak

ads

Selama delapan bulan terakhir, aktivitas pendulangan secara liar makin meningkat. Sesuai laporan, hal itu karena setiap hari ada penerbangan ke Korowai Batu dengan jasa tiga unit helikopter.

Baca Juga:  Dua Anak Diterjang Peluru, Satu Tewas, Satu Kritis Dalam Konflik di Intan Jaya
Pohon ditebang untuk buka lokasi dulang emas di Korowai Batu. (IST – SP)

Ada 10 tempat helipat dibuka di sana. Tiap hari helikopter terbang dari bandara Danowage dan Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel. Juga dari bandara Dekai Yahukimo.

Kehadiran para pendulang hampir setiap hari mencari lokasi baru. Tentu harus menebang kayu besar maupun kecil. Ini mengakibatkan hutan di sana rusak.

Hutan yang sebelumnya masih utuh, kini rusak seiring hadirnya warga baru melakukan aktivitas pendulangan di kawasan Korowai Batu.

Tingkat kerusakan hutan diprediksi akan meningkat seiring makin gencarnya penambangan emas secara liar pada setiap hari.

Kesehatan Buruk

Sejak aktivitas penambangan emas ilegal dimulai bulan Desember 2018, tidak sedikit warga setempat mulai sakit-sakitan. Warga menceritakan kepada Penginjil GIDI, mereka sakit karena mengkonsumsi air kotor.

Hingga bulan Juli lalu, sudah lima orang meninggal dunia. Yaitu kepala suku Niko Yarik, anak tuan dusun, istri Niko Yarik, Karolina Yarik, Yeremias Tembub.

Baca Juga:  Warga Tiom Ollo Duduki Kantor Bupati Lanny Jaya Minta Atasi Bencana Longsor
Air sungai Deiram tampak berubah warnanya akibat aktivitas pendulangan emas di Korowai Batu. (IST – SP)

Pantauan terhadap keadaan air kali Deiram pun berubah warnanya. Ini menyebabkan warga yang tinggal di pinggiran kali Deiram, tidak dapat melajukan pencaharian nafkah sehari hari yakni mencari ikan dan udang.

Karena warna airnya berubah, mereka lebih banyak gunakan kaca molo untuk mencari ikan dan udang dari pada mancing. Kecewa karena hasilnya tidak seperti sebelumnya. Aktivitas pendulangan benar-benar membawa bencana bagi warga setempat. Air kali yang dulunya jernih, kini sudah berubah menjadi kabur sepanjang hari.

Banyak diantaranya yang mengeluh sakit batuk, tetapi sejauh ini mereka sulit mendapat layanan kesehatan. Pemilik perusahaan yang sedang menambang emas belum perhatikan mereka. Perumahan layak huni yang dijanjikan pun tidak ditepati.

Harga Barang

Orang maupun barang diangkut dengan heli dari Boven Digoel dan Yahukimo. Pendulang dan pedagang tersebar di seluruh titik pendulangan. Semuanya orang non Papua, sekitar 95%. Hanya 5% orang asli Papua.

Ada sekitar 15 bos pembeli emas di 10 lokasi Helipad. Mereka dari Nabire, ada yang dari luar Papua, ada pula dari Yahukimo dan Boven Digoel.

Baca Juga:  Masyarakat Tolak Pj Bupati Tambrauw Maju Dalam Pilkada 2024
Helikopter terbang dari lokasi pendulangan (IST – SP)

Soal harga barang jangan tanya. Harganya sungguh menakjubkan jika dibandingkan dengan di Bayabiru dan beberapa lokasi pendulangan emas yang ada di sepanjang Kali Degeuwo, Kabupaten Paniai.

Harga barang di Korowai Batu tergolong sangat mahal. Semua bunyinya jutaan rupiah. Contohnya, satu sak beras 25 kg dijual Rp6.000.000. Satu sak beras 20 kg seharga Rp5.000.000. Supermie Rp2.000.000 per karton.

Semua barang jualan dengan harga jutaan itu tentu saja dianggap wajar karena pedagang memperhitungkan biaya angkut melalui helikopter. Meski begitu, hal tersebut membuat masyarakat setempat kesulitan membelinya. Sementara, bos-bos di lokasi pendulangan untung besar.

Pos Keamanan

Pos keamanan di lokasi pendulangan emas. (IST – SP)

Seperti di kawasan penambangan emas sepanjang Kali Degeuwo, di lokasi pendulangan Korowai Batu juga terdapat satu barak untuk pos keamanan. Pos tersebut ditempati beberapa oknum petugas keamanan dari kesatuan tertentu.

Dari data lapangan yang diterima suarapapua.com, pos keamanan tersebut diduga milik anggota Kopassus.

Pewarta: Mary Monireng

Artikel sebelumnyaDeiyai, Gunung Pencipta Klaim
Artikel berikutnyaPilkada Paniai Usai, Masyarakat Diminta Kembali ke Aktivitas Utama