JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Ikatan Pelajar Mahasiswa Distrik Pasema (IPM-DP) dan Ikatan Pelajar Mahasiswa Distrik Samenage (IPM-DS) kota studi Jayapura menggelar acara syukuran wisuda pada hari Kamis (30/8/2018) di Organda Padang Bulan Jayapura.
Ibadah syukuran dibawah sorotan tema “Mengucap syukur kepada Allah” (Filemon 1:47), dipimpin Ev. Yordan Haluk.
Haluk dalam khotbahnya mengatakan, sesuai dengan tema, mahasiswa berhasil studinya karena hikmat dari Tuhan semenjak kecil hingga masuk sekolah dan menyelesaikan perkuliahan di Perguruan Tinggi.
“Paulus paling jahat, tetapi Tuhan memanggil dia untuk melayani dan mengabarkan Injil. Itu semua karena Tuhan memberikan hikmat kepada Paulus untuk melayani dan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan. Dan sama seperti para wisudawan juga, Tuhan memberikan hikmat dan kemampuan, sehingga bisa menyelesaikan pendidikannya dan sekarang mereka mengenakan toga,” tutur Haluk.
Di tempat yang sama, Geradus Wetapo, mantan kepala distrik Pasema mewakili Pemerintah Kabupaten Yahukimo mengajak agar dapat mensyukuri hasil dari perjuangan panjang di bangku perkuliahan yang hari ini dirayakan bersama.
Ia juga mengapresiasi kepada kedua ikatan distrik yang ada dalam satu asrama karena ada kekompakan dan kerjasama yang sangat baik.
“Kekompakan dan persatuan perlu dijaga dengan baik. Hanya dengan kekompakan dan persatuan, masalah yang besar bisa diselesaikan,” kata Wetapo.
Wetapo berharap, mahasiswa-mahasiswi yang sedang berstudi di Jayapura agar mengikuti kuliah dengan sungguh-sungguh dan tetap mengandalkan Tuhan.
“Pertama harus takut akan Tuhan dan harus aktif di organisasi gereja, kampus, distrik maupun kegiatan kemahasiswaan,” pesannya.
Sementara itu, Uranus Lokon, panitia pengucapan syukur para wisudawan menyampaikan, panitia dibentuk 6 Agustus 2018 dan mengumpulkan dana sebanyak Rp5.100.000 yang digunakan untuk menyukseskan ibadah syukuran atas wisudanya dua mahasiswa.
Senat terbuka Universitas Terbuka Unit Program Belajar Jarak Jauh (UT UPBJJ) Jayapura mewisudakan 370 mahasiswa-mahasiswi. Dari sekian banyak itu, hanya 3 orang putra asli Papua yang diwisudakan.
Pewarta: Ruland Kabak
Editor: Mary Monireng
