Uskup Timika: OAP Tidak Bisa Hidup Tanpa Tanah

0
11778

DEIYAI, SUARAPAPUA.com — Orang Asli Papua (OAP) tidak bisa hidup tanpa tanah dan akan miskin pada saat tidak memiliki tanah di negerinya sendiri.

Hal tersebut disampaikan Uskup Keuskupan Timika, Mgr. John Philip Saklil, Pr., saat meresmikian pembentukan Dekenat Tigi di Waghete, beberapa waktu lalu.

Selama ini, kata Uskup Saklil, OAP selalu menyanyi lagu “Tanah Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi”, itu benar.

“Tetapi, mana, kamu masih punya tanah kah?” ujarnya.

Uskup minta umat cinta tanah, dengan cara garap lahan yang ada, dan yang kedua adalah tidak mudah jual ke orang lain dengan harga murah.

ads
Baca Juga:  Pemerintah Dituding Aktor Perampas Tanah Adat Papua

“Bagaimana saya mau mewartakan tentang perubahan keselamatan di atas tanah ini, kalau saya sendiri tidak punya rumah, tidak punya kebun dan tanah. Harus ingat itu baik-baik,” tuturnya.

Ia menegaskan, “Tungku api mati dan rumah tidak berasap, lalu apa yang kamu mau wartakan di atas tanah Papua ini?”.

Uskup menyatakan hal tersebut merupakan tantangan paling berat masa sekarang, di tengah banyak kemudahan, bantuan dan peluang, tetapi banyak OAP tidak punya rumah, kebun, dan tanah, apalagi tidak tahu pelihara babi di kandang.

Baca Juga:  Hilangnya Keadilan di PTTUN, Suku Awyu Kasasi ke MA

“Banyak orang Papua yang sudah jual tanah habis, perusahaan kelapa sawit masuk lagi kasih habis tanah Papua, akhirnya mati semua.”

“Orang Papua bisa hidup tanpa uang, tetapi tidak bisa hidup tanpa tanah,” tegas Uskup Saklil.

Ia juga menceritakan fenomena dewasa ini, banyak pegawai OAP yang hanya tinggal di rumah kos milik om Bugis, tinggal pulang balik terus karena tidak punya tanah untuk bangun rumah sendiri.

Baca Juga:  PMKRI Kecam Tindakan Biadap Oknum Anggota TNI Siksa Warga Sipil di Papua

“Selama ini kitorang OAP sendiri bilang bahwa hidup ini harus berubah, tetapi kitorang sendiri tidak berubah. Contoh, di satu rumah bukan satu keluarga lagi, tetapi tiga keluarga yang tinggal.”

Uskup yang lahir dan besar di tengah Suku Kamoro ini mengingatkan orang Papua tidak lagi jual tanah. “Karena tanah inilah yang menjadi tungku api bagi kita,” pungkasnya.

Pewarta: Yance Agapa
Editor: Mary Monireng

Artikel sebelumnyaLMA Pegaf Dikukuhkan, Ini Pesan Bupati Saroy
Artikel berikutnyaPuskesmas Dekai Adakan Musyawarah dengan OPD dan Kakam