PANIAI, SUARAPAPUA.com — Sebagai bentuk kepedulian terhadap mahasiswa, Meki Nawipa memberikan bantuan biaya kontrakan bagi mahasiswa Paniai di Makasar, yang sebelumnya sempat diusir lantaran tidak membayarkan kontrakan.
Meki Nawipa adalah calon bupati yang memenangkan Pilkada Kabupaten Paniai 2018 pada beberapa waktu lalu.
Sebelumhya, hal serupa dilakukan Meki terhadap mahasiswa Paniai di Bogor yang diusir lantaran kontrakannya belum dibayar.
Paskalina Tenouye, Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Paniai (IPMAPAN) Makasar kepada suarapapua.com mengakui, pihaknya sudah menempati kontrakan baru yang dikontrakan bapak Meki Nawipa.
“Betul kami sudah masuk kontrakan baru. Tuhan berkati bapak Meki yang telah membantu kami membayarkan kontrakan,” kata Tenouye melalu pesan elektronik.
Sebelumya kata Tenouye, pihaknya sempat mengosongkan rumah kontrakan lantaran tidak membayar kontrakan. Sejak itu, mahasiswa tinggal menumpang di kos rekan-rekannya, sebagiannya numpang di kontrakan mahasiswa kabupaten lain.
“Sejak itu konsentrasi belajar kami sangat terganggu, tetapi sekarang sudah aman dan normal kembali. Tuhan luarbiasa yang bisa bekerja lewat bapak Meki.”
Bantuan yang berjumlah Rp30 juta itu diserahkan pada tanggal 7 September 2018 oleh Abeth, utusan Meki Nawipa dari Papua.
Abeth mengakui, bantuan itu langsung dari pak Meki Nawipa untuk membayar kontrakan mahasiswa Paniai di Makasar. Bantuan sendiri diserahkan langsung kepada pemilik kontrakan yang disaksikan oleh pengurus dan mahasiswa.
“Kasus mahasiswa Paniai di Makasar sama dengan mahasiswa Paniai di Bogor, tetapi akhirnya hari ini kami sudah serahkan bantuan yang langsung dari pak Meki Nawipa. Mahasiswa yang tinggal di kontrakan berjumlah 47 orang,” kata Abeth.
Kata Abeth, sesuai janji bapak Meki Nawipa, sebagian pembayarannya akan dilunasi ketika dilantik sebagai Bupati Paniai.
Ia juga mengatakan, bantuan yang diberikan Meki bukan sebagai bentuk mencari perhatian publik untuk dipuji melainkan karena peduli terhadap pengembangan SDM, khususnya Paniai.
“Bantuan Meki ini berangkat dari pengalaman hidupnya saat beliau mahasiswa tahun 90an di Jawa yang merasakan hal serupa.”
Pewarta: Stevanus Yogi
Editor : Elisa Sekenyap
