Seni & BudayaBudayaFestival Musik Reggae Tanah Papua akan Digelar di Jayapura

Festival Musik Reggae Tanah Papua akan Digelar di Jayapura

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Komunitas Rasta Kribo (KORK) akan mengelar festival musik Renggae di Kota Jayapura pada  16 Oktober 2018 guna mengembalikan jati diri generasi muda Papua untuk mencintai budayanya.

Markus Imbiri, Ketua Festival Reggae saat memberikan keterangan di Sekretariat Panitia, Lingkaran Abepura, Minggu (14/10/2018)  mengatakan ada beberapa Tim band Musik yang suda daftar pada hari ini untuk tampil.

“Jadi yang suda tercover di panitia ada 13 tim, selanjutnya dewan juri akan menyampaiakn Group Band yang lolos. Tujuan dari kegiata ini sendiri untuk membagkitkan semangat mudah anak Papua ,” katanya.

Selain itu, dari 500 lebih bahasa di Papua yang mulai hilang bisah ditampilkan melalui seni musik, untuk itu ada beberapa mekanisme yang akan dilakukan ole Panitia

Baca Juga:  Seorang Fotografer Asal Rusia Ditangkap Apkam di Paniai

Thedy Pekey, Ketua Kork Papua mengutarakan,  piaknya bersama panitia Papua Rege Musik, akan menggelar festival band reggae dimana kegiatan tersebut akan fokus untuk dinyanyikan lagu irama Reggae pake bahasa daerah.

“Saya beretrimah kasih kepada bapak Aten Rumbekwan dimana bapa bisah mensponsori Festifal mulai dari hadiah bagi yang juara hingga datangkan dewan juri dari Jakarta,” bebernya.

Dikatakan, tujuannya akan mengakat nilai – nilai budayah  orang Papua, untuk  bisa dengar dan dimainkan oleh anak Papua itu sendiri.

Salah satu seniman Papua, yang juga Penasihat Kork Papua, Marthen L Rumbekwan mengatakan setelah koordinasi dengan Ketua Komunitas Rasta Kribo (Kork) dan masukan dari beberapa seniman untuk adakan Festival terlebi dahulu sebelum gelar konser Papua Reggae festival ke -6

“Saya lihat grup-grup ini jalan saja nanti pas dapat job baru mereka tampil setelah itu tidur lagi. sehingga saya berpikir bagaimana musik – musik tradisional dan reggae yang ada di Papua harus berkembang. Masa kita harus kalah dengan luar Papua, maka saya meminta mereka untuk membuat kegiatan dan kita mendukung,” katanya.

Baca Juga:  Penyebutan Rumput Mei Dalam Festival di Wamena Mendapat Tanggapan Negatif

Seniman Musik Reggae, Gorby mengungkapkan, kebanyakan anak-anak muda saat ini telah melupakan bahasa daerahnya yang diwariskan oleh nenek moyangnya  yang bersumer dari hikmat Tuhan sehingga ini harus di terus dijaga bersama.

“Papua punya 500 lebih bahasa yang terkadang kita terlalu kaya dan sangat kaya dengan bahasa daerah kenapa kita tidak gunakan itu untuk itu kita berinisiatif untuk membuat festival musik dengan menyanyikan lagu bahasa daerah karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan berbicara bahasa daerah,” katanya.

Baca Juga:  Seorang Fotografer Asal Rusia Ditangkap Apkam di Paniai

Etho Ririmase, selaku Juri Nasional yang diundang oleh panitia  memerikan apresiasi kegiatan yang akan digelar ia mengungkapkan, ini saatnya anak – anak Papua harus kembali ke budahnya sebagai jatidirinya melalui musik

“Kita harus mempertahankan budayah kita terutama lagu – lagu papua denga. Bahasa daerah,” bebernya.

Ia mengaku dengan sering tampil di beberapa ivent nasional, pihaknya dan group band tidak merasa malu membawahkan lagu Papua, maka  dengan fertival ini harus ada tahapan selanjutnya.

“Kita mau main disini saja  atau tingkat nasional bahkan internasional, ini harus dipikirkan, setela ini kita kemana agar anak – anak papua tetap mengembangkan musiknya hingga keluar negeri,” sautnya.

Pewarta: Ardi Bayage

Editor: Arnold Belau

Terkini

Populer Minggu Ini:

Gereja Pasifik Desak MSG Keluarkan Indonesia Jika Tidak Memfasilitasi Komisi HAM...

0
“Dengan berakhirnya Pertemuan Pejabat Luar Negeri Melanesian Spearhead Group untuk mengantisipasi Pertemuan Para Pemimpin MSG yang akan datang, pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin MSG akan terus membiarkan Indonesia, yang memiliki kebijakan dan praktik yang merendahkan martabat, melemahkan, dan menghilangkan hak-hak perempuan, anak-anak, dan laki-laki Melanesia - sesama anggota MSG, tetap menjadi anggota?”

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.