Yenu: Masyarakat di Kabupaten Penghasil Migas Sedang Terusir dari Surganya

0
6231

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com—Imanuel Yenu, ketua Pansus Perdasus Dana Bagi Hasil (DBH) Migas Dewan Perwakilan Rakyat (DRP) Papua Barat mengatakan ada fakta yang terjadi hari ini di Papua, terutama di daerah penghasil migas di Papua Barat sedang terjadi tsunami manusia yang besar-besaran dari luar papua.

“Mereka punya hak-hak, ruang kerja semua mulai didominasi masyarakat dari luar papua sehingga hari ini mereka terusir dari mereka punya hak ulayat karena perusahaan gunakan lahan mereka untuk mendirikan tempat perusahaan,” ungkap Yenu kepada suarapapua.com dari Papua Barat, Senin (15/10/2018) kemarin dari Papua Barat.

Baca Juga:  Anggota DPRP Mendukung Upaya Banding Suku Awyu ke PTTUN Manado

Tsunami manusia dari luar Papua itu mengakibatkan masyarakat pemilik hak ulayat daerah penghasil migas terusir. Selain terusir, kata Yenu, yang paling parah adalah masyarakat tidak bisa mencari dan berburu sebebas dulu sebelum ada perusahaan.

“Mereka sudah tidak bisa lagi berburu dan menangkap sampai radius 10 mil, kan gila. Tidak hanya ini, banyak hal dan fakta yang kami dapatkan di lapangan. Bahwa ada pergerakan manusia dari luar papua yang datang ambil peluang kerja masayarakat. Tetapi masyarakat ada sedang terusir dari surganya,” ungkapnya lagi.

Baca Juga:  Festival Angkat Sampah di Lembah Emereuw, Bentuk Kritik Terhadap Pemerintah

Dikatakan, sebelum perusahaan masuk, masyarakat bisa menangkap dan mencari tidak jauh dari 10 atau 100 meter. Namun, saat ini perusahaan sudah mengambil lahan masayarakat dan dampak yang paling dirasakan adalah masyarakat terusir.

ads

“Tadinya dia (masyarakat) tangkap rusa di jarak 50 meter, sekarang dia harus pergi 10 mil karena itu areal perusahaan. Perusahaan itu datang seperti Tuhan Allah datang dan mengusir masyarakat pemilik hak ulaya,” katanya.

Baca Juga:  Hasil Temu Perempuan Pembela HAM dan Pejuang Lingkungan Bersama WALHI Nasional

Berita ini belum ada konfirmasi dan keterangan dari masyarakat di sekita lokasi perusahaan, terutama di Bintuni terkait dengan kesulitan masyarakat sebelum dan sesudah perusaan masuk di daerah mereka. Redaksi suarapapua.com masih terus berupaya untuk mendapatkan konfirmasi dan penjelasan dari masyarakat di Bintuni.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaImanuel Yenu: Pansus Raperdasus DBH Migas sedang Bekerja
Artikel berikutnyaKORK Minta Anjungan Waena Diaktifkan Kembali