JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Sehari setelah perayaan hari sumpah pemuda ke-90, pada 29 Oktober 2018, Universitas Cenderawasih telah menerima kunjungan dari Popy Rufaidah, SE, MBA, Ph.D, Ketua Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI) yang telah ditunjuk dan akan bertugas sebagai Attache Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington DC mulai Desember 2018 ini.
Kehadirannya di rektorat Uncen diterima Rektor Uncen Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST, MT dan jajarannya, diantaranya Pembantu Rektor II Prof. Dr. Arung Lamba, M.Si, Pembantu Rektor III Dr. Jonatan Wororomi, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Dr. Mesak Iek, M.Si, Kepala Humas dan Protokol Uncen Ir. Tina Handoko Wayeni, M.Si, serta perwakilan dari Fakultas Teknik Pembantu Dekan II Dr. John Jonatan Numberi, M.Eng dan Fakultas MIPA Pembantu Dekan I Dr. Tatang Sutarman, M.Si.
Dalam perbincangannya, berbagai rencana kerjasama strategis dibahas oleh keduanya dengan menitikberatkan pada prospek kerja sama Uncen dan Atdikbud KBRI Washington DC, USA dalam mempersiapkan para penerima beasiswa luar negeri dari Tanah Papua yang hendak bersekolah ke Amerika Serikat.
Keduanya sepakat agar segera ada komunikasi intensif antara Uncen, Pemerintah Provinsi Papua dan KBRI Washington DC agar Uncen segera dipercayakan untuk menyiapkan dan membekali pemuda-pemudi Papua yang menerima beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua/Papua Barat dan juga beasiswa dari lembaga-lembaga lainnya.
Hadir juga dalam pertemuan ini, George Saa, salah satu pemerhati pendidikan di Tanah Papua yang juga pernah masuk dalam program beasiswa pemerintah Provinsi Papua pada tahun tahun 2003 ke Surya Institute.
Dalam kesempatan tersebut, Saa mengatakan, saat ini persiapan pembekalan siswa-siswi yang akan bersekolah ke luar negeri khususnya Amerika Serikat hanya menitikberatkan penguasaan Bahasa Inggris, sedangkan aspek lain yang tidak kalah pentingnya seperti penguasaan ilmu-ilmu dasar sains, engineering, matematika maupun dasar-dasar ilmu sosial sains lainnya tidak diberikan.
“Sangat minim kalaupun diberikan. Aspek lain seperti evaluasi psikologis siswa-siswi ini perlu dilakukan karena siswa-siswi umurnya masih belia dan perlu diberikan pelatihan-pelatihan khusus untuk menguatkan mental mereka agar mampu menghadapi tantangan hidup yang dialami mereka saat berkuliah di Amerika Serikat,” ujar Saa sebagai salah satu anak Papua yang pernah bersekolah di Florida, Amerika Serikat dari 2005-2009 yang dibiayai oleh Yayasan Freedom Institute setelah menerima Ahmad Bakrie Scholarship Award pada 16 Agustus 2004.
Ia juga mengharapkan agar kedepan Pemerintah Provinsi Papua dan Kabupaten/Kota mempercayai institusi-institusi lokal di Papua terutama Uncen dan beberapa institusi lainnya seperti Papua Language Institute (PLI) untuk mengelola persiapan keberangkatan mereka yang dapat beasiswa ke luar negeri dibandingkan mempercayakan proses persiapan yang dilakukan agen third party yang selama ini dipercayakan.
Dalam kesempatan ini juga dosen muda sekaligus Pembantu Dekan II Fakultas Teknik Dr. John Numberi, M.Eng hadir dan memberikan masukan yang sangat penting.
“Selain siswa-siswi yang selama ini dikirimkan, saya juga mengharapkan agar para dosen dan calon dosen juga dapat difasilitasi untuk mendapatkan pendidikan cepat (short course) di Amerika Serikat yang difasilitiasi oleh Atdikbud KBRI Washington DC,” katanya.
Saat ini, kata John, pihaknya sedang merekrut dosen-dosen khususnya untuk Fakultas Teknik, namun saat ini masih minim sekali yang mendaftarkan. Itupun mereka yang mendaftarkan belum tentu dapat lolos seleksi.
“Saya mengharapkan adanya kerja sama lebih lanjut sama seperti yang selama ini sudah dilakukan Fakultas Teknik Uncen bersama pemerintah kerajaan Belanda di bidang renewable energy dimana dosen-dosen kami banyak yang dikirimkan untuk belajar di sana (Belanda) yang kemudian telah pulang dan berhasil membantu merancang kurikulum Energi Baru Terbarukan, Konsep Papua Terang, memberikan kontribusi pemikiran pendirian pembangkit listrik alami (renewable energy power generation) di beberap titik di Tanah Papua ini, termasuk industri sagu di Sorong Selatan Papua Barat,” ungkapnya.
Menutup pertemuan ini, Rektor Uncen menyampaikan terima kasihnya atas kunjungan ini.
“Kami sangat berterima kasih atas kunjungannya ke Uncen. Selama ini memang ada beberapa kunjungan beberapa Atdikbud dari beberapa KBRI ke kampus kami, namun kedatangan mereka lebih banyak dilakukan setelah beberapa tahun bertugas dan hampir sudah selesai dalam masa tugasnya, sehingga kami sulit untuk melanjutkan koordinasi kami dengan KBRI-KBRI di luar negeri ini,” kata Apolo Safanpo.
Apolo mengatakan, Uncen menyampaikan terima kasih kepada Ibu Popy Rufaidah dan rombongannya karena sebelum bertugas di Desember nanti, sudah kunjungi dan diajak untuk bekerja sama.
Ia berharap ada upaya bersama untuk mendorong kerja sama dan diharapkan ada koordinasi juga dari pemerintah pusat kepada pemerintah Provinsi Papua untuk mempercayakan Uncen untuk menjadi lembaga yang mendukung program pengiriman beasiswa siswa-siswi Papua ke luar negeri.
“Kami juga akan segera membentuk tim untuk berkoordinasi dengan pemerintah Provinsi Papua, namun kami juga mengharapkan dukungan dari pemerintah pusat yang dapat difasilitasi oleh KBRI Washington DC,” ujar Safanpo.
Rektor Uncen juga mengharapkan agar KBRI Washington DC lewat atase Dikbud dan Uncen kedepan dapat bekerja sama untuk mengumpulkan data informasi lewat survei dan diskusi/seminar berkala yang melibatkan siswa-siswi di Papua di Amerika Serikat agar semua kendala selama studi dapat diidentifikasi dan disajikan dalam laporan-laporan ilmiah berbasis data, sehingga Uncen juga dapat ikut mendorong proses peningkatan kualitas (quality improvement) dari program beasiswa luar negeri.
REDAKSI