Bergerilya 50 Tahun, Jenderal Bernard Mawen Tutup Usia

0
14442

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Setelah bergerilya selama 50 tahun, Panglima Komando Daerah Pertahanan V Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB) Wilayah Papua Selatan, Jenderal TPN-PB Bernard Mawen, tutup usia. Ia menghembuskan napas terakhir di Kiunga District Hospital, Kiunga, Western Province Papua New Guinea, hari Jumat (16/11/2018) pagi kemarin.

Menurut informasi dari di Kiunga, Jenderal Mawen meninggal setelah dirawat secara intensif di Kiunga District Hospital sejak Oktober 2018 untuk mengobati sakit paru-paru yang dideritanya selama beberapa tahun terakhir.

Dari catatan yang ada, Jenderal Mawen adalah gerilyawan tertua dan paling lama bertahan di rimba raya. Ia memulainya sejak tahun 1968. Ia tercatat sebagai salah satu Panglima Wilayah yang tidak suka mengejar nama besar dan selalu mengedepankan ide persatuan dalam konsolidasi internal TNP-PB untuk memperjuangkan kemerdekaan West Papua.

“Selamat jalan Jenderal! Alam negeri leluhur menyambutmu dalam damai. Yang sudah kau tanam, akan kami piara sampai maksud tercapai: Papua Merdeka,” demikian Victor Yeimo, juru bicara internasional KNPB, menulisnya di wall facebook, 16 November 2018 Pukul 10:40 WP.

Victor akui perjuangan tuan Mawen di rimba raya. Ratusan bukit, sungai, dilalui. Bertahan dalam segala situasi. Bukti kesetiaan dan komitmen sebagai kader keluaran dari Markas Victoria setelah Proklamasi 1971.

ads

“Dia pejuang yang pintar, bijaksana, tegas, bertanggungjawab, konsisten, dan tidak ambisius. Semua nilai dari sikap pejuang sejati baru saja ditinggalkan bagi generasi penerus perjuangan,” sambung mantan ketua umum KNPB ini.

Baca Juga:  Hujan di Sorong, Ruas Jalan dan Pemukiman Warga Tergenang Air

Perjuangan Jenderal Mawen bersama pasukannya pernah didokumentasikan filmmaker Claudio von Planta dan Damien Faure. Dari beberapa film dokumenter perjuangan gerilyawan TPN-PB pimpinan Jenderal Mawen, dua diantaranya dapat diakses melalui kanal Youtube adalah Forgotten Colonization dan Rebels of the Forgotten World.

Berjuang 50 Tahun

Jenderal Mawen bertahan dengan ideologi Papua Merdeka selama 50 tahun. Ia berpegang teguh pada komitmen: melawan penjajahan demi menuntut pengembalian Hak Politik West Papua.

Jenderal Bernard Mawen bersama pasukan. (IST – SP)

Bernard Mawen berasal dari pulau Kimaam (Frederich Hendrik), Kabupaten Merauke. Ia sekolah di pendidikan seminari di Merauke, namun pada tahun 1968 ia tinggalkan sekolah seminari dan masuk hutan bersama kawannya yakni Alex Tumbay (alm), Alex Derey (alm), David Timka (alm), Alberth Atanai (alm) dan Daniel Ita (alm), Bony Mote (alm), Roberth Pakage (alm), dan lain-lain.

Setelah selesai Pepera 1969, yang lain menyerah kembali ke Merauke dan yang lain ke PNG (Australia New Guinea sekarang PNG). Sedangkan beberapa orang bersama Bernard Mawen berjumlah 30 orang termasuk nama-nama tadi, membuat rakit bambu dengan layar selimut meminta suaka ke Australia dan setelah sekitar 2 minggu terapung di laut Arafura, mereka terdampar di pulau Queensland.

Di sana Polisi Australia ambil mereka dan kirim ke Melbourne Australia. Kemudian Presiden Soeharto minta Pemerintah Australia kembalikan warga negara RI asal Irian Barat itu. Akhirnya, Pemerintah Australia kirim mereka kembali ke Merauke dan Port Numbay lewat PNG. Mereka mendarat di Bandara Sentani dan dijemput oleh militer Indonesia. Selanjutnya mereka dibawa ke Bayangkara I. Di sana mereka ditahan selama satu tahun lebih.

Baca Juga:  Freeport Bersihkan Dampak Longsor, Gereja Banti Dua Kembali Aktif

Kemudian pada tahun 1971 tuan Mawen ditangkap oleh TNI dalam kebun di kepala kali Kotaraja Port Numbay karena secara terbuka melakukan perlawanan kepada Indonesia, dan ia dipenjarakan di Penjara TNI/AD di Ifar Gunung selama dua tahun lebih.

Bernard Mawen bersama pasukan TPN-PB. (IST – SP)

Pada tahun 1973, Gerardus Tomy bersama Obeth Bil Tabuni masuk di kota Abepura, dan bertemu dengan tuan Mawen, Pius Gemen/Katonggot, Danjel Ita dan mengajak mereka bergabung dengan kelompok perlawanan yang telah melatih diri melawan Indonesia, sehingga ikut bersama masuk ke Markas Victoria Waris Keerom.

Mulai tanggal 15 April 1974 tuan Mawen ikut sekolah pendidikan opsiren (SPO) di Markas Victoria.

Dalam bulan Juni 1976 tuan Bernard dilantik oleh Presiden S.J Rumkorem dengan pangkat Letnan II.

Pada tahun 1977 tuan Mawen ditugaskan ole J.H. Prai untuk pergi amankan perang rakyat melawan TNI yang mengakibatkan pemboman terhadap rakyat di Wamena.

Bernard Mawen bersama Alex Derey mundur bersama Mathias Wenda dan pasukannya bertahan di daerah Mamberamo selama satu tahun lebih.

Tanggal 23 April 1978, Bernard Mawen diangkat oleh J.H. Prai dengan pangkat Kapten dengan jabatan Wakil Pangkodap V Merauke.

Baca Juga:  Pengurus Baru LMA Malamoi Diminta Merangkul Semua Pihak

Pada tahun 1981 tuan Mawen tinggalkan Markas Victoria/Pemka berjalan kaki menuju Merauke dan bertemu Gerardus Tomy di Markas Kodap V Merauke yang sudah didirikan lebih duluan. Selanjutnya bersama Gerardus Tomy melakukan aktivitas seperti penerangan, meluaskan daerah kekuasaan, dan latihan.

Jenderal Bernard Mawen (bersenjata) dan stafnya John Koknak (berseragam loreng) berpose di depan bendera Bintang Kejora Fajar, tampak pula staf dan pasukannya. (IST – SP)

Bernard Mawen adalah Panglima Kodap V Merauke. Tahun 1984 tuan Mawen menolong orang Papua yang dikejar TNI dan Polisi untuk bisa aman tiba di PNG.

Pada Juni 1986 dari penjara Bomana PNG, ia diserahkan jabatan sebagai Pangkodap V Merauke.

Tanggal 4 Juni 1998 tuan Mawen mensosialisasikan logo nasional Papua Barat seperti bendera, burung Mambruk, poster lambang OPM. Ini dilakukan untuk membangkitkan semangat perjuangan mendukung OPM menuju kemerdekaan West Papua.

Tanggal 23 Juni 1998 tuan Mawen mengirim surat kepada TNI Kopassus dengan logo Dewan Komando Militer Tertinggi TPN Front Pembebasan West Papua Barat Nomor 006/A-1/IX/SMK/PANG-KODAP/TPN-P.B/98 tanggal 6 Maret 1998 ditujukan kepada Pangdam VIII/Cenderawasih tentang Permintaan Kemerdekaan Republik West Papua sebelum tahun 2000 yang ditandatangani Bernadus Mawen.

Tanggal 2 sampai 3 Februari 2002, 43 orang anggota Bernadus Mawen menyerah.

Tanggal 25 April 2005, 1 orang simpatisan TPN/OPM ditangkap oleh Kipan D Yonif 643/WNS di Bupul Distrik Elikobel Kabupaten Merauke.

Tanggal 27 April 2006 tuan Bernard Mawen laksanakan rapat bahas persiapan unjuk rasa pada bulan Mei 2006.

Pewarta: Redaksi

Artikel sebelumnyaIni Alasan Kadinsos Paniai Belum Salurkan Dana Pendidikan
Artikel berikutnyaPersipura Kehilangan Filosofinya, Mengapa?