Kepung LBH Jakarta, Polisi Bilang Pendemo “Monyet”

0
21724
Ratusan mahsiswa Papua dan solidaritas rakyat Indonesia saat dihadang aparat keamanan di kantor LBH Jakarta. (Meki Mulai for SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com—  Ratusan mahasiswa Papua di Jakarta ruang geraknya dibatasi polisi agar tidak melakukan aksi. Dalam aksi tersebut oknum anggota polisi menyebut pendemo yang mayoritas mahasiswa Papua dengan kata “monyet”.

Ambo Mulait, aktivis Alianasi Mahasiswa Pegunungan Tengan Papua (AMPTPI) yang ikut dalam aksi tersebut mengatakan, aparat tidak mengizinkan mahasiswa demo ke beberapa tempat yang menjadi tujuan demo.

“Kami mau pergi orasi di depan Kedubes Belanda,  PT. FI, UN (PBB) tapi aparat keamanan kepolisian RI tidak menginzinkan kami keluar dari lingkungan LBH. Aparat tutup pintu utama Pagar Utama LBH. Jadi kami tidak bisa keluar,” ungkap Ambo kepada suarapapua.com dari Jakarta, Sabtu (1/12/2018).

Baca Juga:  TNI-Polri dan TPNPB OPM Jangan Korbankan Masyarakat Sipil di Intan Jaya

Ambo mengungkapkan, saat demo berlangsung, polisi sempat mengeluarkan kata-kata kotor dan rasis kepada mahasiswa Papua dan solidaritas yang saat itu hendak pergi demo.

“Tadi aparat rasis juga terhadap kawan-kawan solidaritas indonesia yang dukung Papua merdeka dengan kata ‘anjing’. Dan bilang kami ‘monyet’. Ini menunjukkan sikap aparat dan Indonesia yang masih rasis terhadap kami orang Papua,” ungkapnya.

ads

Ia menjelaskan, polisi sempat melilingi gedung LBH jakarta. Lalu keluarkan kata-kata ancaman dengan  rasis oleh aparat berseragam dan intel berpakaian preman yang hadir di LBH. Aparat lainnya, kata dia, ambil tempat di depan pintu utama dan palang pintu dengan pipa supaya pagar tidak goyang.

Baca Juga:  Mahasiswa Nduga se-Indonesia Sikapi Konflik Pemilu di Distrik Geselema

“Aparat kembali orasi kami. Padahal kami hanya mau  peringanti tgl 1 Desember 1961 sebagai hari lahirnya embrio negara kami yang dibubarkan oleh Indonesia tetapi suara kami dibungkam. Ini terlihat jelas pola aparat yang  diskriminatif terhadap ruang aspirasi kemerdekaan orang papua,”katanya.

Ia mengungkapkan bahwa beberapa peserta massa aksi yang datang secara paksa ditarik dan disuruh pulang.

“Kawan-kami yang datang kedua kali juga dipaksa, didorong diancam supaya tidak gabung. Mereka bilang kalau kamu gabung,  kamu akan di ancam dan tarik secara paksa sebagainya. Maka jaminan supaya tidak diusir, kami sampaikan bahwa Koordinator DRI-WP jadi jaminan. Akhirnya mereka diizinkan bergabung,” ungkapnya.

Baca Juga:  Komisi HAM PBB Minta Indonesia Izinkan Akses Kemanusiaan Kepada Pengungsi Internal di Papua

Salah satu tim kuasa hukum FRI-WP yang dihubungi suarapapua.com dari Jakarta membenarkan bahwa polisi memang mengeluarkan kata-kata yang rasis kepada pendemo di kantor LBH Jakarta.

“Iya. Saat orasi-orasi salah satu polisi bilang monyet ke pendemo. Tapi polisi itu langsung diusir oleh Kapolres,” katanya.

Ia membeberkan kurang lebih 140-an massa yang hendak melakukan aksi ke beberapa titik demo untuk orasi dibatasi dan dihadang aparat kepolisian.

“Kondisi tidak memungkinkan untuk pergi ke beberapa tempat yang jadi tujuan aksi. Jadi terpaksa aksi dilakukan di halaman kantor LBH Jakarta dan sekarang sudah selesai aksi,” katanya.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaKolonialisme Primitif ala Indonesia
Artikel berikutnyaPentingnya Pangan Lokal, John Gobai Kunjungi Pabrik Petatas di Keerom