Panglima Kodap III Ndugama Bertanggungjawab atas Kasus Nduga

0
18959

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Kodap III Ndugama mengaku bertanggungjawab atas peristiwa penyerangan di pos TNI Mbua dan pembunuhan terhadap pekerja di distrik Yigi, Kab. Nduga, Papua.

“Kami siap bertanggungjawab terhadap penyerangan POS TNI Mbua. Kami TPNPB Makodap III Ndugama bukan warga sipil. Kami punya kode etik perang revolusi. Kami tidak akan beperang melawan warga sipil yang tidak memiliki senjata,” kata TPNPB melalui juru bicara TPNPB, Sebby Sambom saat dihubungi dari Jayapura, Rabu (5/12/2018).

Dijelaskan, TPNPB telah melakukan pemantauan dan patroli terhadap pekerja jembatan kali Aworak, kali Yigi dan Pos TNI di Mbua. Selama tiga bulan telah TPNPB memantau pekerja Jembatan Kali Aworak, Kali Yigi dan Pos Mbua.

“Kami sudah pelajari secara lengkap dan melihat bahwa pekerja jembatan kali Aworak, kali Yigi dan pos TNI Mbua adalah satu kesatuan. Pos Mbua adalah pos resmi sebagai pos kontrol. Pekerja yang kerjakan jembatan dua kali tadi adalah murni anggota TNI. Kami juga tahu bahwa yang kerjakan jalan dan jembatan sepanjang jalan Habema sampai batas batu adalah anggota TNI,” jelas TPNPB.

Baca Juga:  Menolong Perjuangan Hak Orang Papua, Pilot Philip Mehrtens Harus Dibebaskan!

TPNPB, kata Sebby, tahu mana yang warga sipil dan mana yang anggota TNI walaupun menggunakan pakaian sipil. TPNPB juga menolak disebut sebagai KKB, KKSB, separatis dan teroris.

ads

“Kami adalah pejuang untuk pembebasan republik West Papua. Kami bukan seperti yang aparat Indonesia tuduhkan. Kami adalah tentara West Papua. Kami tahu mana rakyat sipil dan aparat Indonesia,” tegasnya.

Kata Sebby, TPNPB sudah sampaikan secara terbuka kepada Indonesia untuk perang terbuka.

“Kami sudah pernah sampaikan pernyataan perang pada awal tahun 2018 ini. Kami tahu aturan perang. Bukan seperti tentara Indonesia,” ujar Sebby.

Baca Juga:  Empat Terdakwa Pembunuhan Bebari dan Wandik Dibebaskan, Wujud Impunitas

Sebby sebutkan bahwa di pihak TPNPB juga ada korban. Karena aparat Indonesia menyerang lewat darat dan udara, namun, ia mengaku belum diidentifikasi.

“Bebrapa rumah jadi korban serangan ini dan warga sipil dan anggota TPNPB juga menjadi korban serangan ini. Kami secara komando belum identifikasi karena wilayah Mbua ini besar dan luas,” katanya.

Kapolda Papua, Irjen Martuani Sormin Siregar saat dikonfirmasi di Jayapura, Rabu malam mengatakan sebanyak 15 jenazah sudah ditemukan, namun semuanya belum dievakuasi.

“Anggota gabungan kita (TNI dan Polri) sudah berhasil menemukan 15 jenazah dan akan dilanjutkan besok pagi. Untuk evakuasi akan dilaksanakan pada hari Kamis, 6 Desember 2018,” jelasnya.

Sementara itu, Wakapendam Kodam XVII Cenderawasih, Letkol Inf Dax Siburian kepada TJP menjelaskan, hasil penyisiran dan pengejaran aparat gabungan TNI dan Polri di Distrik Yigi telah ditemukan 15 orang meninggal dunia di area puncak Tabo dan satu orang ditemukan selamat dalam kondisi lemas atas nama Johny Arung dan saat ini berada di pos Mbua.

Baca Juga:  Perda MHA Diabaikan, Pemkab Sorong Dinilai Mengkhianati Suku Moi

“Identitas korban meninggal dunia belum teridentifikasi sehingga belum bisa dipastikan apakah keseluruhan 15 korban tsb adl karyawan PT Istaka Karya,” katanya kepada TJP.

Dax mendetailkan, dengan demikian data yang sudah dihimpun pihak TNI dan Polri, 13 orang ditemukan dalam kondisi selamat dan 15 orang meninggal dunia.

“12 orang sudah dievakuasi kemarin dan hari ini satu orang yaitu lima orang karyawan Istaka Karya, enam orang pekerja bangunan Puskesmas Mbua dan dua orang pekerja SMP Mbua,” katanya.

Satu orang anggota TNI yang tewas dalam penyerangan ke pos TNI Mbua, kata Dax, hari ini telah dievakuasi ke Timika.

 

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaPenembakan di Nduga, Mengapa Bisa Terjadi? 
Artikel berikutnyaSebanyak 16 Orang Dinyatakan Meninggal