Refleksi Pesan Natal dari Nduga, Papua

0
11148

Oleh: Samuel Tabuni)*

Sejauh ini keluarga saya warga Mbua 4 orang tewas ditembak oleh Aparat TNI/POLRI. Warga saya di Yigi, Yal dan Mugi belum ada informasi karena belum ada akses. Kami belum tahu sampai jam ini kondisi mereka seperti apa. Tuhan jaga masyarakat saya, keluarga saya. Tuhan jaga TNI/POLRI, dan Tuhan jaga TPN/OPM disana.

Semua yang kita pertahankan dan perjuangkan dari masing-masing posisi dan sudut pandang benar semua. TNI/POLRI sebagai alat negara berjuang tegakkan hukum, NKRI harga mati dan yang lebih penting lagi adalah selamatkan diri sendiri sambil membunuh atau dibunuh sesuai kodrat dan nafas prajurit dalam medan perang.

Roh TPN/OPM telah lahir dan berjuang sejak deklarasi Negara West Papua pada tanggal 1 Desember 1961. Sebagai pemilik dan pewaris Tanah Papua, mereka (OPM) berjuang untuk mendirikan sebuah Negara Papua yang merdeka berdaulat penuh untuk menjaga dan membangun masyarakatnya di atas Tanah Papua. Semangat dan roh perjuangan OPM ini telah memakan jutaan nyawa orang asli Papua. Perjuangan ini terus meluas ke semua tingkatan usia, dan semua aspek kehidupan manusia Papua baik tua, muda dan anak-anak di sekolah, kampus, kantor, gereja dan di jalanan.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Sementara itu, pernyataan Bapak Presiden, Wakil Presiden, Ketua DPR RI, Menko Polhukam semuanya menginginkan operasi militer tetap dijalankan dan harus membasmi OPM sampai ke akar-akarnya, bahkan OPM harus dijadikan sebagai organisasi teroris yang harus dilenyapkan dari atas Tanah Papua. Dan program pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan tetap jalan terus dan tidak boleh berhenti. Pernyataan pemimpin negara diatas didukung oleh semua warga nusantara dengan menghujat, mencaci maki perjuangan OPM dan masyarakat Papua dengan pernyataan-pernyataan yang rasis dan tidak ada etika sopan santun. Saya melihat kondisi ini kita sedang bangun permusuhan abadi dan perpecahaan besar di dunia netizen (pengguna medsos) dengan komentar yang penuh emosi, dengki dan dendam yang tiada henti sampai kapanpun. Kita menuju sebuah proses edukasi berbangsa dan bernegara yang salah atau degradasi rasa sesama bangsa Indonesia.

ads

Saya ingin menyampaikan beberapa pertanyaan berikut kepada Bapak Presiden agar semua warga negara Indonesia paham.

  1. Saya bertanya kepada Bapak Presiden Jokowi, pernahkah ada rekonsiliasi total di atas Tanah Papua atas semua perlakuan brutalisme aparat TNI/Polri dulu? Seraya meluruskan sejarah yang salah dan membangun kepercayaan diri orang Papua menjadi warga Indonesia secara 100%?
  2. Pernahkah Bapak Presiden menyesal atas ribuan orang asli Papua yang terbunuh akibat perjuangan mereka selama ini?
  3. Pernahkah pemerintah Indonesia pasca pembebasan sandera di Mapnduma 1996 melakukan rekonsiliasi, rekonstruksi dan integrasi yang beradab dan bertanggungjawab terhadap warga saya masyarakat Nduga dengan permohonan maaf waktu itu?
  4. Atau memang kata maafkan dan rekonsiliasi sulit bagi pemerintah Indonesia untuk masyarakat asli Papua dalam menyelesaikan persoalan internal sesama warga negara Indonesia?
Baca Juga:  Freeport dan Kejahatan Ekosida di Wilayah Suku Amungme dan Suku Mimikawee (Bagian 4)

Bangsa Papua dan Bangsa Indonesia kita sama-sama spesial dan besar di mata Tuhan. Bedanya adalah kebetulan kami terlahir sebagai hitam dan keriting di atas pulau yang besar dan kaya raya. Pulau ini Tuhan kasih kami kuasa sebagai penjaga dan pengaturnya. Masyarakat bangsa Indonesia harus tahu bahwa kami ras hitam dan keriting adalah bangsa tertua dan mayoritas di atas bumi ini.

Baca Juga:  Hak Politik Bangsa Papua Dihancurkan Sistem Kolonial

Sebenarnya, kalian sedang menggenggam berlian dan emas, tetapi kalian tidak tau diri, kalian sangat arogan, para pemimpin kalian sangat rakus dan sombong dalam berkata-kata, dalam kehidupan para pemimpin bangsa kalian penuh dengan keinginan akan kekayaan alam Papua. Mata hati rohani sudah diganti dengan hawa nafsu dan korupsi. Keluarkan balok di matamu lalu beranilah keluarkan jarum di mata warga bangsamu.

Sebagai bangsa yang besar dan terbesar ke 4 di dunia, belajarlah kepada Marthin Luther King di Amerika, belajarlah kepada Nelson Mandela di South Afrika, belajarlah kepada Ghandi di India.

Jalan perdamaian, saling memaafkan dan kasih persaudaraan tanpa perang, dan konflik adalah jalan Tuhan sesuai sila Pertama dan Sila kedua Pancasila dasar negara kita. Dasar negara Indonesia saya suka karena 100% tertulis benar.

Jayapura, 18 Desember 2018
Salam Damai Natal dan Tuhan Yesus memberkati kita semua.

)* Tokoh Muda Papua, Direktur Papua Language Institute

Artikel sebelumnyaGandarusa, Berpotensi sebagai Anti-HIV
Artikel berikutnyaHari Trikora, 64 Orang Massa Aksi AMP dan FRI WP Sempat Ditahan Polresta Malang