OKSIBIL, SUARAPAPUA.com — Pemerintah kabupaten Pegunungan Bintang mencanangkan program Koteka di tahun 2017. Koteka adalah kependekan dari Kopi, Ternak dan Kakao.
Saat dicanangkan, program ini direncanakan untuk penanaman bibit kopi di wilayah deretan pegunungan, budidaya ternak dan kakao di wilayah pesisir Pegunungan Bintang.
Namun dalam realisasi dari program Koteka sampai dengan tahun 2019 belum ada program yang dicanangkan itu berhasil.
Menurut Niko Bukega, petani kopi Pegunungan Bintang, selama ini kopi yang diproduksi dan dipasarkan mengatasnamakan kopi Koteka merupakan kopi Lopkop, Sabin distrik Okbab, kopi Andakan dari distrik Okbibab dan kopi Nangultil dari distrik Kiwirok.
“Bukan kopi Koteka yang dicanangkan dari Pemda, yakni biji kopi Jember,” ujar Niko Bukega, penggerak petani kopi Pegunungan Bintang, kepada suarapapua.com di Oksibil, Rabu (28/5/2019) lalu.
Menurut Bukega, program pembinaan, pendampingan, pengawasan kepada petani kopi dari dinas Pertanian dan Perkebunan Pegunungan Bintang belum dilakukan secara berkelanjutan, sehingga walaupun Pemda datangkan biji kopi dari Jember, tetapi tidak berhasil.
“Buktinya beberapa kebun kopi yang ditanam tidak tumbuh, malah setelah tanam bibit kopinya mati,” katanya.
“Kopi jember yang disemaikan di kampung Yapimakot, distrik Serambakon dan kampung Kotyobakon distrik Kiwirok tidak tumbuh, malah bibit kopinya ditanam mati dengan sendirinya,” jelas Bukega.
Selain itu, petani kopi, Simon Uropmabin mengaku tidak menanam bibit kopi Jember. Menurutnya, ada petani kopi lain yang menanamnya, tetapi tidak tumbuh baik.
“Saya tidak tanam bibit kopi itu (Kopi Jember). Kalau teman (petani kopi) lain mereka menanam kopi Jember, tetapi mati. Bahkan biji kopi Jember yang disemaikan tidak tumbuh,” katanya.
Pewarta: Fransiskus Kasipmabin
Editor: Arnold Belau