Buku ‘Konflik Nduga, Tragedi Kemanusiaan Papua’ Dilaunching

0
3204

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Buku berjudul “Konflik Nduga, Tragedi Kemanusiaan Papua” karya Markus Haluk dilaunching, Selasa (30/7/2019) di aula kampus Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ).

Markus Haluk mengatakan, buku setebal 141 halaman itu pada pekan lalu telah dilaunching di Jakarta.

“Ini peluncuran yang kedua, sebelumnya kami lakukan di Jakarta beberapa hari lalu. Hari ini kami memilih untuk lakukan di kampus, supaya bisa dipertanggungjawabkan, dan tentu bisa diketahui bersama. Karena itu, bersama-sama kita jadikan buku ini sebagai jendela atas persoalan Nduga,” tuturnya.

Hadir dalam peluncuran dan diskusi buku ini, beberapa narasumber, Pdt. Benny Giay, ketua Sinode Kingmi di Tanah Papua, Pdt. Dorman Wandikbo, presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI), Yohanes Wob, anggota MPR, Emus Gwijangge, anggota DPRP, Victor Mambor, jurnalis Jubi, dan Isak Rumbarar, akademisi USTJ.

Baca Juga:  Hilangnya Keadilan di PTTUN, Suku Awyu Kasasi ke MA

Markus Haluk yang juga aktivis United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mengungkapkan, persoalan yang terjadi di Tanah Papua banyak pandangan dan data yang berbeda sesuai fakta dan penelitiannya. Untuk itu, ia menghendaki agar dapat membuktikan secara terbuka.

ads

“Buku ini sebagai acuan untuk melihat bersama, apakah ini benar dengan persoalan yang selama ini terjadi atau tidak. Itu masing-masing bisa buktikan. Kemudian diskusi dan kajian seperti ini harus terus kita lakukan. Tentu untuk mendidik semua yang ada,” ujarnya.

Menurut Haluk, dengan penelitian dan diskusi serta kajian mendalam, data-data faktual terkait inti persoalan yang dibeberkan tentu bisa dipertanggungjawabkan.

“Buku ini sesuai judul, saya tulis tentang konflik Nduga. Saya sadar ternyata apa yang terjadi pada bulan Desember 2018 itu bertolak dari peristiwa panjang, dari tahun 1977, 1981, 1996, 2000, 2003, 2015, kasus kematian anak-anak, kemudian tahun 2017 sampai 2018 dan hingga sekarang, itu terus terjadi. Jadi, dari pengamatan saya, di suku ini (Nduga) ternyata suku yang kenyang dengan penderitaan panjang,” beber Haluk.

Baca Juga:  Media Sangat Penting, Beginilah Tembakan Pertama Asosiasi Wartawan Papua
Markus Haluk, penulis buku ‘Konflik Nduga, Tragedi Kemanusiaan Papua’ saat diwawancarai wartawan usai launching buku dan diskusi publik di aula USTJ, Selasa (30/7/2019) kemarin. (Ardi Bayage – SP)

Dari data dan berbagai sumber yang dihimpun, katanya, Egianus Kogoya yang disebut-sebut pemimpin TPN-PB lahir di tengah konflik tersebut. Egianus terlibat langsung untuk membela dirinya dari trauma dan konflik berkepanjangan yang dialami masyarakat Nduga.

“Dengan situasi itu, memungkinkan untuk dia harus angkat senjata. Jadi, konflik yang terjadi ini bagian dari rentetan perjalanan panjang. Situasi seperti ini bukan saja ada di Nduga, namun semua hampir di Papua ada. Dan saya sudah mengulas dalam buku ini untuk menjadi bahan diskusi,” katanya.

Baca Juga:  ULMWP Desak Dewan HAM PBB Membentuk Tim Investigasi HAM Ke Tanah Papua

Penulisan buku ini menurut akademisi Isak Rumbarar, perlu diapresiasi karena tak mudah dalam mendapatkan data-data akurat yang kemudian bisa dipertanggungjawabkan kajiannya.

“Buku baru yang ada di tangan kita ini barangkali bisa dijadikan sebagai acuan dalam rangka mengadvokasi kasus-kasus kemanusiaan di Tanah Papua, termasuk kasus Nduga,” ucap Isak Rumbarar, Pembantu Rektor III USTJ.

Rumbarar menilai, isi dari buku karya Markus Haluk bisa dipertanggungjawabkan.

“Dua minggu yang lalu saya ada di Nduga. Saya di sana lihat langsung dan itu benar, jadi isi buku ini tidak karang-karang.”

Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaDua Pelajar Yahukimo Juarai Pemilihan Putra Putri Pariwisata Papua
Artikel berikutnyaMasyarakat Adat Nabire Tagih Janji Enembe Saat Kampanye Pilgub