Nasional & DuniaKabid Humas Jatim: Kami Temukan Bom Molotov di Asrama Papua Surabaya

Kabid Humas Jatim: Kami Temukan Bom Molotov di Asrama Papua Surabaya

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Kepolisian Daerah Jawa Timur melalui Kabid Humas, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan pihaknya menemukan Bom Molotov saat melakukan penggrebekan di Asrama Kamasan Papua di Surabaya pada tanggal 17 Agustus 2019.

Hal itu disampaikan Kombes Pol Barung melalui sambungan telepon menjawab pertanyaan Najwa Shihab terkait pendobrakan dan gas air mata di Asrama Papua di Surabaya, dalam acara televisi Trans7 program Mata Najwa tanggal 21 Agustus 2019 yang dihadiri di studio Trans7; Gubernur Papua Lukas Enembe, Lenis Kogoya, Staf Khusus Kepresidenan, Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik, Sekjen Federasi Kontras yang mendampingi mahasiswa Papua di Surabaya, Andy Irfan Junaedi serta Yusuf Sawaki, Akademisi Universitas Papua.

Baca Juga:  Berlakukan Operasi Habema, ULMWP: Militerisme di Papua Barat Bukan Solusi

“Dan tahukah yang di studio bahwa apa yang kita temukan ada bom molotov dan lain sebagainya. Artinya kalau kita tidak melakukan sesuatu akan terjadi konflik sosial,” kata Kombes Pol Frans Barung merespon tudingan Kontras malam itu.

Sekjen Federasi Kontras yang mendampingi mahasiswa Papua di Surabaya, Andy Irfan Junaedi mengakui, waktu kejadian terjadi mahasiswa Papua terjebak di dalam asrama Papua di Surabaya.

Bahkan katanya, orang yang mengantar makanan bagi kawan-kawannya di dalam asrama juga ditahan.

Baca Juga:  Meski Dibubarkan, Struktur Kerja ULMWP Resmi Dikukuhkan dari Tempat Lain

Menurutnya, dengan kejadian seperti ini akan membuat anak-anak muda Papua yang niatnya belajar ke Surabaya tinggal di asrama itu tidak akan lupa. Mereka ini adalah bagian dari bangsa Indonesia, tetapi terus dilecehkan dan dihinakan berkali-kali.

“Tidak ada yang tahu siapa yang mematahkan tiang benderah itu dan buang ke selokan. Ia itu tudingan awal yang beredar di facebook dan orang rame-rame datang. Disitulah peran kunci aparat kepolisian hilang.

Seharusnya polisi bisa ambil tindakan untuk mengendalikan ormas yang kerapkali melakukan hal yang serupa,” kata Irfan.

Ia juga mengakui bahwa ungkapan “monyet” bukanlah ungkapan lasim warga Surabaya. “Orang Surabaya kalau maki tidak memakai kata Monyet. Pakai kata yang lain. Monyet itu ungkapan khas yang lain,” pungkasnya.

Baca Juga:  TETAP BERLAWAN: Catatan Akhir Tahun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat 2023

Irfan menyatakan, “berdasarkan kesaksian relawan Kontras di lapangan, juga terekam dalam video yang beredar di banyak media sosial, disitu ada orang yang berbaju tentara, TNI. ada juga disebelanya orang berbaju Satuan Polisi Pamong Praja, ada juga polisi disitu.

Mereka berkali-kali melontarkan kata-kata itu. Maka kemarin Kontras menuntut agar Kapolrestabes itu dicopot dari jabatannya. Buat kami dia (Kapolrestabes) tidak bisa atur pengamanan yang fair di Surabaya.”

Pewarta: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.