JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Benyamin Murib dari tim solidaritas Nduga yang menangani kasus pengungsian warga sipil di Wamena, mempertanyakan kinerja dari berbagai tim dan organisasi yang turun untuk mengambil data.
“Lembaga yang datang adalah LSM Gereja, Palang Merah Indonesia, Kedutaan Belanda, Kedutaan Inggris, Kontras, LBH dan beberapa lainnya. Namun selama ini saya ikuti media semua data itu kurang jelas,” ucap Benny (23/8/2019) di lapangan Trikora.
Katanya, dalam kesempatan “Pray For Nduga” ini kami orang Nduga membutuhkan data sementara dari semua lembaga yang turun sejak kejadian 2 Desember 2018 hingga sekarang 2019. Karena dinilai banyak data berbeda.
“Saya belum lihat beberapa organisasi atau lembaga macam Gereja, LSM, Komnas, bahkan gereja sedunia pun datang melihat langsung kepada warga Nduga. Tapi yang menjadi pertanyaan saya adalah, hasil pendataan itu dimana…? Harus perjelas,” kata Murib.
Untuk diketahui situasi sekarang ada 184 orang yang meninggal Dunia dan warga sipil masih belum pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Baca Juga: Grup Relawan: Setidaknya 182 Orang Meninggal Dunia di Kamp-Kamp Pengungsian di Papua
“Baru-baru ini kami Tim Solidaritas punya data ada 184 orang meninggal dunia. Jadi saya mau sampaikan bawa semua pemerhati kemanusiaan yang datang ambil data harus menyampaikan kepada Publik segera,” harapnya.
Sementara itu, Samuel Tabuni Direktur LIPI Provinsi Papua mengatakan,masyarakat Nduga adalah orang Indonesia. Negara haru mendengar apa yang orang Nduga minta.
“Kita juga bagian dari Indonesia sehingga beberapa kali kami ketemu dengan orang Pusat, untuk menarik semua pasukan TNI dan Polri. maka harus serius tangani kasus ini,” singkat Tabuni.
Dikatakan, permintaan penarikan pasukan TNI dan Militer itu disampaikan kepada pemerintah, karena Nduga adalah bagian dari NKRI.
“Kami mau militer di tarik agar warga masyarakat kami melakukan Ibadah dengan baik di sana,” terang Tabuni
Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Arnold Belau