Oleh: Yosef Rumaseb)*
Kisah ini kisah dari suatu negeri gugusan pulau. Negeri kepulauan bernama Nusantara di mana hidup seekor Garuda imajiner. Umurnya sudah 74 tahun.
Garuda Tua itu menjadi ilham tentang lambang kelembagaan dan pandangan hidup komunitas manusia penghuni gugusan pulau yang indah permai itu. Itu sudah berlangsung selama 74 tahun.
Di dada garuda tua itu terpasang lima nilai yang menjadi pandangan hidup komunitas penghuni gugusan pulau itu. Pandangan hidup yang mendamaikan dan mempersatukan.
Namun jelang usia ke-74, muncul ulah jahil. Mereka menambah coretan baru pada tiap pandangan hidup itu
Pandangan hidup pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Tapi si jahil menambah coretan baru. Bunyinya “hanya kami yang percaya TUHAN, kalau mereka menyembah patung yang ada jin-nya bernama Jin Kafir”. Komunitas yang dituding menyembah jin marah.
Pandangan hidup kedua berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab.” Tapi si jahil menambah coretan baru, bunyinya “kami manusia, kamu monyet”. Komunitas yang dicap sebagai monyet marah dan mulai mengamuk.
Pandangan hidup ketiga berbunyi “Persatuan”. Tapi si jahil bikin visi lain yang rasialis, “usir yang itu!” Jumlah yang diusir dari pulau mereka ada beberapa ratus, sementara yang menghuni pulau milik orang yang diusir sudah ribuan atau mungkin jutaan.
Pandangan hidup keempat berbunyi “kerakyatan yang dipimpin hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
Pandangan hidup kelima berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat”. Tapi selama puluhan tahun keadilan menumpuk di sana, ketidak-adilan sosial menggunung di sini. Kekayaan SDA dikeruk dari sini, hasilnya diolah dan memperkaya penduduk wilyayah sana sambil membiarkan penduduk wilayah kaya kekayaan alam itu miskin, sakit, …
Sepertinya garuda itu terlalu tua dan tidak cukup gaul lagi sebagai pandangan hidup dari komunitas gugusan pulau itu. Dan sepertinya tangan-tangan jahil itu memang hendak membunuh si Garuda Tua dan mencari simbol baru.
Anehnya, para pemimpin komunitas itu seperti sedang membiarkan penderitaan si Garuda Tua. Rupanya mereka terlalu percaya diri … atau tidak peka.
Selamat ulang tahun ke-74 wahai Garuda Tua.
)* Penulis adalah anak Kampung. Tinggal di Biak.