ULMWP Desak Intervensi PBB Sikapi Kondisi Terkini di West Papua

5
1483
Benny Wenda, pemimpin pembebasan Papua Barat. (IST - SP)
adv
loading...

JAYAPURA, JUBI/SUARAPAPUA.comIntervensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diperlukan sebelum pembantaian seperti peristiwa Santa Cruz di Timor Leste terjadi di West Papua. Demikian disampaikan Benny Wenda, Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) melalui rilisnya yang diterima Jubi, Jumat (30/8/2019).

“Orang-orang West Papua membutuhkan perhatian internasional yang mendesak. Saya meminta kepada semua pemerintah dunia, anggota parlemen dan media untuk memantau West Papua agar tidak terjadi pertumpahan darah,” tulis Benny Wenda.

Menurut Wenda, saat ini, orang-orang West Papua menempati gedung Parlemen dan Gubernur di Jayapura, ibukota West Papua. Listrik dan layanan internet telah terputus dan 300 tambahan polisi Brimob telah dikerahkan. Rekaman video yang beredar di media social menunjukkan gas air mata digunakan pada demonstran. Informasi terbaru mengindikasikan adanya kemungkinan konflik horizontal antar warga di West Papua.

Baca Juga:  ULMWP Mengutuk Tindakan TNI Tak Berperikemanusiaan di Puncak Papua

Di Deiyai, enam orang West Papua ditembak pada hari Rabu dan setidaknya 15 orang West Papua ditembak dengan peluru karet di Jayapura. Akan ada lebih banyak pertumpahan darah kecuali dunia memperhatikan apa yang sedang terjadi di West Papua.

Baca Juga: Bayi Pengungsi Nduga di Wamena Meninggal Dunia Karena Sakit

ads

“Orang-orang West Papua tidak lagi takut. Mereka berbaris mengibarkan bendera Bintang Kejora. Semua peristiwa dalam dua minggu terakhir saling terkait: rasisme, demonstrasi dan pembunuhan, keinginan untuk menentukan nasib sendiri,” lanjut Benny Wenda.

Baca Juga:  Pacific Network on Globalisation Desak Indonesia Izinkan Misi HAM PBB ke West Papua

Lanjut Wenda, sementara orang-orang dan para pemimpin Pasifik mengutuk pelanggaran hak asasi manusia di West Papua dan menyerukan Komisaris Tinggi PBB untuk mengunjungi Papua, di Surabaya, siswa Papua mengalami tindakan rasisme ekstrem yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari orang Papua di bawah pemerintahan kolonial, yang disebut ‘monyet’ dan ‘babi’ oleh militer Indonesia dan milisi yang didukung negara.

“Ini adalah situasi darurat di West Papua hari ini dan semuanya menjadi semakin buruk. Kami sangat membutuhkan PBB untuk campur tangan. Kami menghimbau Melanesian Spearhead Group (MSG), Forum Kepulauan Pasifik (PIF), Uni Afrika (AU), Uni Eropa (UE) dan semua komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan mencegah pembantaian lebih lanjut,” ujar Wenda.

Baca Juga:  Empat Terdakwa Pembunuhan Bebari dan Wandik Dibebaskan, Wujud Impunitas

Ditambahkannya, dengan terputusnya jalur internet dan telepon dan puluhan ribu posting media sosial, dunia harus melakukan apa saja untuk mengungkapkan situasi West Papua saat ini. Jika dunia berhenti memandang, kemungkinan pemerintah Indonesia akan melakukan tindakan keras, seperti yang terjadi di Timor Timur dan di West Papua pada tahun 1969, 1977-8, 1998, 2001, 2014.

Sumber: Jubi.co.id

Artikel sebelumnyaBayi Pengungsi Nduga di Wamena Meninggal Dunia Karena Sakit
Artikel berikutnyaKantor SMAN1 Dekai Dilahap Si Jago Merah