Edison Waromi: ULMWP Tidak Berjuang dengan Kekerasan

0
1859

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Edison Waromi, ketua Komite Legislatif United Liberation Movement for West Papua (ULMPW) menegaskan bahwa ULMWP tidak berjuang dengan cara kekerasan, melainkan dengan cara damai.

Waromi mengatakan, Indonesia tidak boleh lihat ULMWP dengan pandangan yang negatif. Sebab, ULMWP hadir dan berjuang untuk rakyat Papua dengan cara-cara yang damai.

Ia berharap agar pandangan tidak benar yang dibangun negara agar tidak terjadi, karena perjuangan sedang dikerjakan dengan damai dan bermartabat.

“Pandangan Indonesia terhadap ULMWP jangan diidentikkan dengan kekerasan. Karena ULMWP dideklarasikan 6 Desember 2014 dengan visinya memperjuangkan hak penentuan nasib sendiri secara damai. Jadi, ULMWP juga lahir sebagai solusi bagi bangsa Papua Barat dimana 56 tahun faksi-faksi perjuangan,” katanya.

Baca Juga:  Atasi Konflik Papua, JDP Desak Pemerintah Buka Ruang Dialog

Katanya, ULMWP lahir sehingga negara Indonesia tidak menganggap dengan kekerasan yang menghadirkan rasa ketakutan yang luar biasa, tetapi kemerdekaan Papua Barat jelas akan membawa kesejahteraan bagi dunia dan juga Indonesia.

ads

“Sehingga ULMWP siap bertanggungjawab secara politik. Untuk selesaikan semua akar persoalan baik melalui MSG, PIF hingga sampai dengan PPB. Rakyat bangsa West Papua harus mendukung perjuangan yang diperjuangkan oleh ULMWP,” ujar Waromi.

Sementara itu, Markus Haluk, direktur eksekutif ULMPW menanggapi aksi demonstrasi di Tanah Papua melawan rasisme terhadap orang Papua, diakui sudah lama orang Papua mengalaminya. Hanya saja, aksi tahun ini adalah puncaknya.

Baca Juga:  Pelaku Penyiksaan Harus Diadili, Desakan Copot Pangdam Cenderawasih Terus Disuarakan

“Bukan baru kali ini orang Papua dapat tindakan rasis. Ini kejadian sudah lama dialami orang Papua. Aksi spontan lawan rasisme sekarang luar biasa,” kata Haluk.

Sebab itu dia mengatakan, negara Indonesia seharusnya memilah mana persoalan kriminalitas dan politik. Sehingga ULMWP mengharapkan agar harus ada komisi independen Internasional.

“Harus ada PPB atau badan internasional lainnya yang melakukan penyelidikan dan investigasi terhadap kasus 29 Agustus. Karena kalau semuanya Indonesia yang melakukan, pasti sangat tidak adil.”

Menurutnya, keterlibatan Internasional sangat diharapkan karena perjuangan bangsa West Papua sejak dianeksasi Indonesia hingga sekarang sudah sangat lama 56 tahun, maka organisasi luar dibutuhkan untuk menyelesaikan proses ini.

Baca Juga:  Konflik Horizontal di Keneyam Masih Berlanjut, Begini Tuntutan IPMNI

“Kami tidak percaya dengan Indonesia. Contohnya Theys Eluay yang dibunuh aparat Indonesia. Sekarang pelakunya diberikan jabatan yang layak.  Banyak kasus yang belum diselesaikan secara tuntas dan benar. Itu sebabnya ULMW berjuang dengan jalur damai, menuju Referendum,” ujarnya.

Akumulasi dari perjuangan yang panjang bersama Indonesia itu, kata Haluk, telah terbukti pada 29 Agustus, dari akar rumput sampai yang besar turun jalan untuk menolak rasisme.

“Sehingga jangan mengkriminalisasikan dengan pendekatan kekerasan,” tuturnya.

Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaBuchtar Tabuni Ditangkap Aparat Militer Indonesia?
Artikel berikutnyaVanuatu: West Papua Harus Merdeka