Lawan Rasisme, Ribuan Masyarakat Yahukimo Kembali Turun Jalan

1
1651
Masyarakat Yahukimo saat demo lawan rasisme di Dekai, Yahukimo, Papua, 16 September 2019. (Ruland Kabak - SP)
adv
loading...

DEKAI, SUARAPAPUA.com— Ribuan Masyarakat Yahukimo kembali turun aksi demo damai di Dekai Kabupaten Yahukimo pada hari Senin, (16/9/2019). Aksi turun jalan pertama dilakukan pada 22 Agustus 2019 lalu. 

Otniel Sobolim, penanggung jawab aksi menjelaskan, aksi yang yang dilakukan adalah aksi damai dan bertujuan untuk mendorong aspirasi rasisme dari masyarakat Yahukimo yang didorong ke posko pusat.

Selain itu Sobolim juga katakan, demo tersebut bertujuan agar publik tau bahwa aspirasi yang di ajukan oleh masyarakat Yahukimo ke posko pusat benar-benar dikawal.

“Aksi ini kami lakukan untuk mendorong aspirasi rasisme masyarakat Yahukimo melalui posko rasisme di Yahukimo yang kami ajukan ke posko pusat,” jelas Sobolim.

Baca Juga: Sikap ULMWP Terhadap Rasisme dan Perjuangan Bangsa West Papua

ads
Baca Juga:  Forum Peduli Demokrasi Kabupaten Yahukimo Desak Pemilu di Dekai Diulang

Sobolim juga katakan, setelah aspirasi diajukan, untuk selanjutnya, posko di Yahukimo sebagai posko cabang menunggu instruksi dari posko pusat. Intinya kata Sobolim Yahukimo siap mengawal isu rasisme.

Sobolim juga menambahkan, posko cabang yang dibangun di Yahukimo untuk sementara akan diamankan. Sebab, menurutnya keberadaan posko berada di titik sentral masyarakat.

“Posko ini berada di tengah-tengah masyarakat, jadi karena ada pasang tenda dan orang banyak yang kumpul akhirnya aktifitas sedikit terganggu. Jadi kami akan amankan tenda-tenda yang kami pasang. Tapi tim tetap jalan sampai isu ini diselesaikan,” katanya.

Sobolim berharap pemerintah dan keamanan selaku penegak demokrasi bisa membantu masyarakat Yahukimo. Sebab apa yang dilakukan masyarakat adalah dengan dasar hukum demokrasi.

Baca Juga: Di PNG, Dua Gubernur Pimpin Ribuan Massa Aksi Protes Rasisme

Baca Juga:  Warga Tiom Ollo Duduki Kantor Bupati Lanny Jaya Minta Atasi Bencana Longsor

Sementara itu, Napi Pahabol salah satu alumni mahasiswa Se-Jawa Bali mengatakan, mewakili alumni menolak rasisme. Sebab, menurutnya dengan adanya rasisme ada banyak hal yang terjadi. Pahabol juga katakan, secara logika ras Melanesia tidak bisa sekolah bersama ras melayu.

“Kami alumni se-jawa bali tidak izinkan untuk adik-adik mahasiswa yang kuliah di pulau jawa kembali ke pulau jawa. Tetapi kami minta untuk pemerintah provinsi papua dan papua barat untuk buka akses pendidikan di pasifik . Agar adik-adik kami mengenyam pendidikan di pasifik,” klta Pahabol.

Pahabol juga menambahkan, atas nama alumni papua dan khususnya yang di Yahukimo dengan bersih keras untuk mahasiswa papua tidak kembali ke pulau jawa.

Baca Juga:  Mahasiswa Nduga se-Indonesia Sikapi Konflik Pemilu di Distrik Geselema

Pahabol juga katakan, ada oknum-oknum yang sedang bermain agar papua ini kembalikan dengan pernyataan surat perdamaian lalu kembalikan mahasiswa papua ke kota studi masing-masing itu pihak alumni tidak terima.

Baca Juga: PBB Desak Indonesia Lindungi Pembela HAM

Tuntutan Masyarakat Yahukimo kepada pemerintah papua dan pusat :

1. Pemerintah tidak boleh kembalikan mahasiswa papua yang dipulangkan ke papua

2. Pemerintah Provinsi agar memfasilitasi pendidikan mahasiswa papua dan pelajar di pasifik

3. Referendum bagi rakyat Papua

4. Aktifitas pendidikan dihentikan selama rasisme masih ada

5. Sahkan Tanggal 16 Agustus 2019 sebagai hari pelecehan ras Melanesia agar diperingati sebagai hari duka rumpun ras Melanesia.

Pewarta : Ruland Kabak

Editor     : Arnold Belau

Artikel sebelumnyaMengapa Mahasiswa Menolak Gubernur Papua?
Artikel berikutnyaTBM Mabin Gubin Turun Gunung Dukung GLS di Oksibil