Anak Muda Lembah Grime Nawa Latih Menulis Berita dan Film Pendek

0
1704

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Dewan Adat Suku (DAS) Namblong memfasilitasi dua kegiatan pelatihan sekaligus untuk menyiapkan anak-anak muda dari Lembah Grime Nawa, kabupaten Jayapura, Papua, menggeluti profesi jurnalis dan video maker agar berbagai potensi yang ada di sana dapat diekspos ke publik.

Harapan ini diungkapkan Mathius Sawa, ketua DAS Namblong, saat membuka pelatihan jurnalistik dan pembuatan film dokumenter, Kamis (12/9/2019) pekan lalu di kampung Benyom, distrik Nimboran, kabupaten Jayapura.

“Suatu kelak anak-anak dari Grime Nawa bisa berkarya baik sebagai wartawan maupun pembuat film, maka pelatihan ini sangat penting untuk kami selenggarakan di sini,” katanya, dikutip dari press release yang dikirim ke suarapapua.com.

Hadir pada pelatihan ini empat orang mentor: Alfonsa Jumkon Wayap (jurnalis Suara Perempuan Papua), Asrida Elisabeth, Naomi Wenda, Dessy Manggaprow, dan Nelius Wenda (video maker Papuan Voice).

Pelatihan diadakan selama tiga hari, 12-14 September 2019.

ads

Dua kegiatan pelatihan yang dihelat kolaboratif itu digagas Mathius Sawa untuk menjawab kerinduannya selama ini.

“Saya punya kerinduan, suatu kelak, hasil dari pelatihan ini ada yang tertarik menjadi wartawan atau sebagai pembuat film, sehingga anak-anak Grime dan Nawa sendiri dapat menceritakan tentang negeri mereka,” tuturnya.

DAS Namblong, membawahi Distrik Namblong, Nimboran, Nimbokrang, Gresi Selatan dan sebagian distrik Demta.

Mathius berharap, dari sekian anak muda yang berkesempatan mengikuti pelatihan ini, diteruskan ke kampung-kampung lainnya di lembang Grime dan Nawa.

Baca Juga:  Seruan dan Himbauan ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

Dengan begitu anak muda lain pun tertarik dengan dunia jurnalistik dan film dokumenter supaya nantinya berkarya untuk mengangkat potensi daerah. Sebab, kata dia, Lembah Grime memiliki banyak potensi cerita budaya, alam, lingkungan, pariwisata dan lainnya yang belum banyak diketahui.

Pelatihan ini menurutnya baru pertama kali di adakan di wilayah ini. Peserta berasal dari Kemtuk, Nimboran dan Nawa.

“Pelatihan seperti ini, kerinduan dan harapan kami di sini. Banyak potensi anak-anak muda yang harus dibangunkan dari berbagai pengaruh penyakit sosial. Dengan pelatihan ini bisa menumbuhkan rasa percaya diri mereka, juga menggali keterampilan yang mungkin sudah ada, sehingga mereka lebih giat lagi setelah mengikuti kegiatan ini,” kata Mathius.

Pelatihan ini didukung Organisasi Perempuan Adat (OrPa) Nimboran-Namblong. Mereka menyediakan makan dan minum selama pelatihan berlangsung.

Dari apa yang sudah dilatih para pemateri, selanjutnya banyak cerita dapat digali melalui tulisan dan film dari lembah Grime Nawa. Anak-anak negeri mampu mendokumentasikan dan menginformasikan ke khalayak tentang kampung maupun distrik dengan segala potensinya. Hal ini mengingat akses dan jarak tempuh yang jauh dari kota Sentani maupun kota Jayapura, tentu menyulitkan jurnalis meliput langsung informasi di lembah Grime.

“Untuk itulah kita belajar bersama bagaimana cara mendokumentasikan video pendek dan menulis berita. Ini bekal penting untuk bisa berkarya mengangkat daerah dan semua potensi yang ada di sini,” kata Alfonsa.

Baca Juga:  Akomodir Aspirasi OAP Melalui John NR Gobai, Jokowi Revisi PP 96/2021

Amboh, salah satu peserta pelatihan sepakat dengan hal ini. Kata dia, dari kegiatan ini, para peserta nantinya bisa menjadi penyambung aspirasi masyarakat kampung.

Alfonsa menilai para peserta punya semangat dan kemauan tinggi walau dengan peralatan seadanya. Ia memberikan apresiasi sembari berharap agar tetap semangat dan terus berlatih.

“Menulis dan membuat film harus dilatih terus-menerus untuk bisa menghasilkan karya terbaik,” katanya.

Dengan giat berlatih, harap Alfonsa, anak-anak Grime Nawa akan semakin terampil dalam menyajikan karya jurnalistik dan film pendek berisikan pesan informatif dan edukatif ke publik.

Hari kedua,peserta dibagi menjadi 8 kelompok. Mereka melakukan pengambilan gambar sesuai tema cerita yang mau diangkat. Sebagian besar menggunakan fasilitas telepon pintar.

Delapan karya film pendek dan tulisan dihasilkan oleh tiap kelompok secara kolaborasi. Hasilnya, ditonton bersama warga kampung setempat. Video tentang cerita syafu (ubi jalar), swamening (sayur gedi gulung), budidaya ikan lele, sambung pucuk pohon coklat, pembanguan gereja GKI Benyom, budidaya sayur lilin; bisnis ikan mujair, dan Mama pembuat noken.

Hasil hunting peserta pelatihan mengejutkan tim pemateri. Asrida dan Naomi akui adanya kreativitas dari anak-anak muda di sana.

Menurut kedua pemateri film, Asrida dan Naomi, “Kami lihat anak-anak cukup kreatif, walaupun hanya sehari turun lapangan dan rekam gambar. Hasilnya cukup untuk pemula,” kata Asrida.

Baca Juga:  Pencaker Palang Kantor Gubernur Papua Barat Daya

“Buat film pendek itu gampang, yang penting kita mau dan berani. Jangan takut salah, kita sama-sama belajar,” lanjutnya.

Naomi juga senada. “Apalagi kalian sudah punya modal handphone bagus, sudah bisa jadi satu film pendek.”

Kreativitas mereka menurut Alfonsa, bukti adanya semangat dan kemauan yang tinggi dalam diri anak-anak muda Grime Nawa.

“Walaupun banyak kendala, juga peralatan seadanya, mereka cukup kreatif. Kami sangat apresiasi kepada peserta pelatihan,” imbuhnya.

Rosita Tecuari, ketua OrPA Nimboran-Namblong, mengakui pentingnya pelatihan ini karena sukses memberi inspirasi kepada peserta yang rata-rata anak muda laki-laki dan perempuan.

“Buktinya kita bisa lihat dari delapan hasil karya mereka. Itu artinya ada potensi dalam diri mereka yang perlu dikembangkan.”

Untuk itu, ia berharap agar perlu didukung dengan peralatan pendukung seperti komputer editing dan perangkat pendukung lainnya. Juga, tempat untuk mereka berkumpul dan dapat menyalurkan ide-ide kreatif.

“Pemerintah harus perhatikan hal ini,” ucap Rosita.

Harapan sama diaminkan Alfonsa. Baginya, fasilitas penunjang berupa komputer editing dan perlengkapan lainnya amat perlu dalam rangka mendukung tingginya semangat anak-anak muda dari lembah Grime Nawa berkembang.

Baik pemerintahan distrik maupun pemerintah kampung dari setiap perwakilan peserta perlu memikirkan hal ini, sebab generasi muda sebagai asset masa depan punya hak untuk mendapat akses pemberdayaan di berbagai bidang yang mesti mendapat dukungan nyata.

Pewarta: Markus You

Artikel sebelumnyaPosko Mahasiswa Eksodus Dibuka di Yalimo
Artikel berikutnyaMahasiswa Papua di Jogja Galang Dana untuk Kalimantan dan Sumatera