PasifikKerusuhan Kembali Pecah di Papua Barat

Kerusuhan Kembali Pecah di Papua Barat

AUCKLAND, SUARAPAPUA.com — Kerusuhan mematikan telah pecah lagi di Papua Barat, ketika pasukan keamanan Indonesia menindak mobilisasi mahasiswa.

Hari ini di ibukota provinsi Papua, Jayapura, sebanyak empat orang tewas, termasuk setidaknya seorang mahasiswa Papua Barat yang ditembak mati dan seorang tentara Indonesia ditikam secara fatal.

Kekerasan itu dipicu setelah polisi mengerumuni massa mahasiswa Papua yang baru-baru ini kembali ke Papua dari kota-kota di bagian lain dari Indonesia, dan telah berkumpul di Universitas Cenderawasih Jayapura untuk aksi solidaritas.

Sekitar 2000 siswa telah pulang lebih awal dari kota studi di kota-kota besar di Jawa di mana serangan rasis terhadap orang Papua bulan lalu memicu protes meluas di provinsi Papua dan Papua Barat dan juga menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan siswa.

Namun polisi melarang pertemuan hari ini dilakukan di Universitas Cenderawasih di Jayapura dan akhirnya mahasiswa di arahkan ke Expo Waena dan aparat melakukan penangkapan sejumlah mahasiswa.

Baca Juga:  PNG Rentan Terhadap Peningkatan Pesat Kejahatan Transnasional

Seorang juru bicara polisi telah menyalahkan kelompok pelajar atas kekerasan yang terjadi.

Meskipun juru bicara itu hanya mengkonfirmasi bahwa seorang anggota militer Indonesia telah ditikam dalam kekacauan itu, para mahasiswa dan seorang pejabat kesehatan setempat melaporkan bahwa di samping itu, tiga pelajar Papua tewas oleh tembakan dari pasukan keamanan.

Sementara itu, hari ini di kota Wamena, pegunungan tengah Papua, sejumlah polisi dalam jumlah besar dilaporkan menggunakan senjata api membubarkan ratusan warga Papua yang melakukan aksi setelah siswa SMA PGRI Wamena turun ke jalan-jalan sebagai protes atas dugaan cercaan rasis.

Baca juga: KNPB: Kapolres Jayawijaya Stop Memfitnah dan Menyudutkan KNPB

Baca Juga:  Masalah Politik Mendominasi Kunjungan Menteri Prancis Gérald Darmanin di Kaledonia Baru

Para siswa merespons dengan membakar seluruh kota dan beberapa bangunan, termasuk fasilitas pemerintah dan fasilitas umum lainnya, ketika polisi dan militer berusaha untuk mengatasi kerusuhan sepanjang hari.

Para mahasiswa disaat di jemur di halaman taman budaya Expo Waena, Jayapura. (ist)

Aktivis hak asasi manusia di Papua mengatakan bahwa 12 orang terluka karena luka tembak di Wamena, termasuk siswa.

Juru bicara kepolisian mengatakan tuduhan yang memicu protes – mengenai penghinaan rasis terhadap orang Papua di sekolah setempat sesunguhnya tidak benar.

Bahkan sebelum hari ini, ketegangan sudah tinggi di Wamena dan Jayapura, di mana mobilisasi masa secara besar terjadi pada bulan Agustus sebagai bagian dari gelombang protes Papua terhadap rasisme dan dalam mendukung kemerdekaan.

Protes meluas ke kerusuhan di berbagai kota di Papua, dimana puluhan orang ditangkap dan setidaknya sepuluh orang tewas di tengah penempatan pasukan keamanan bersama dengan penutupan internet yang dilaksanakan oleh pemerintah Jakarta untuk Papua dan Papua Barat.

Baca Juga:  Kunjungan Paus ke PNG Ditunda Hingga September 2024

Tambahan 6.000 personel polisi dan militer Indonesia dikerahkan ke wilayah yang sangat terbatas itu pada awal September.

Sejak tahun lalu pasukan keamanan juga disibukkan di wilayah pegunungan tengah Papua karena konflik bersenjata yang berkepanjangan dengan unit gerilya pro-kemerdekaan yang bernama Tentara Pembebasan Papua Barat atau TPNPB.

Kerusuhan yang sedang berlangsung, serta masalah pelanggaran hak asasi manusia dan penentuan nasib sendiri di Papua, diperkirakan akan dimunculkan oleh beberapa pemimpin Kepulauan Pasifik di Majelis Umum PBB minggu ini.

Komisaris HAM PBB Michelle Bachelet bulan ini kembali berbicara tentang harapannya bahwa Indonesia bisa mengizinkan tim dari kantornya untuk mengunjungi Papua untuk menyelidiki pelanggaran HAM yang sedang berlangsung.

Sumber: radionz.co.nz

Editor: Elisa Sekenyap

1 KOMENTAR

Terkini

Populer Minggu Ini:

Kepala Suku Abun Menyampaikan Maaf Atas Pernyataannya yang Menyinggung Intelektual Abun

0
“Kepala suku jangan membunuh karakter orang Abun yang akan maju bertarung di Pilkada 2024. Kepala suku harus minta maaf,” kata Lewi dalam acara Rapat Dengar Pendapat itu.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.