PasifikSetidaknya 20 Orang Tewas Dalam Kekerasan di Papua Barat

Setidaknya 20 Orang Tewas Dalam Kekerasan di Papua Barat

AUCKLAND, SUARAPAPUA.com — Setidaknya 20 orang telah tewas dalam ledakan baru kerusuhan di Papua Barat yang dikuasai Pemerintah Indonesia. 

Kekerasan meletus di ibukota provinsi, Jayapura dan kota Wamena, di daerah pegunungan tengah Papua.

Militer Indonesia mengatakan setidaknya 16 orang tewas di Wamena setelah siswa-siswa sekolah menengah Papua turun ke jalan sebagai protes atas tuduhan rasisme.

Para siswa berkumpul di kantor bupati setempat untuk menyuarakan protes mereka ketika tembakan peringatan ditembakkan oleh pasukan keamanan.

Baca juga: LBH Papua: Segera Terbitkan SP3 dan Bebaskan 23 Aktivis Papua

Pekerja hak asasi di Papua mengatakan para siswa panik dan melarikan diri ke kota. Beberapa demonstran dipahami telah membakar berbagai bangunan di kota, termasuk fasilitas pemerintah dan swasta.

Baca Juga:  Menteri Perempuan Fiji Lynda Tabuya Menyerukan Undang-Undang Online yang Lebih Kuat
Militer Indonesia ketika hadir dalam protes kemarin di Wamena. (ist)

Sejumlah orang terjebak dan meninggal, menurut militer. Seorang juru bicara militer, Chandra Diyanto, mengatakan kepada media lokal bahwa 16 warga sipil yang tewas kebanyakan dari bagian lain Indonesia. Lebih dari 60 orang juga dirawat di rumah sakit Wamena karena cedera.

Namun dalam menanggapi kerusuhan baru, pemerintah Indonesia kembali memblokir akses internet di Wamena, seperti yang terjadi di Papua bulan lalu ketika gelombang protes besar dan kerusuhan menyebar melalui kota-kota di wilayah itu, menewaskan sedikitnya sepuluh orang.

Mengutip risiko penyebaran “informasi bohong”, Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Komunikasi dan Informasi, Ferdinandus Setu, mengatakan pembatasan sementara pada layanan internet akan tetap diberlakukan sampai situasi keamanan menjadi normal.

Baca Juga:  Prancis Mendukung Aturan Pemilihan Umum Baru Untuk Kaledonia Baru

Baca juga: Kerusuhan Kembali Pecah di Papua Barat

Selain itu, bandara Wamena telah ditutup karena pasukan keamanan berusaha untuk menjaga kota itu aman. Sementara itu, seorang juru bicara militer, Eko Daryanto, mengatakan bahwa empat orang tewas dalam protes di Jayapura kemarin.

Kekerasan itu dipicu setelah polisi mengerumuni massa mahasiswa Papua yang baru-baru ini kembali dari kota-kota di luar Papua dan telah berkumpul di Universitas Cenderawasih Jayapura untuk aksi solidaritas guna membangun posko mahasiswa exodus.

Sebelumnya, sekitar 2000 siswa telah pulang dari kota kota studi di pulau Jawa, di mana serangan rasis terhadap orang Papua bulan lalu di Surabaya yang memicu protes meluas di provinsi Papua dan juga menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan siswa.

Baca Juga:  PNG dan Indonesia Meratifikasi Perjanjian Pertahanan Untuk Memperluas Kerja Sama Keamanan
Aksi mahasiswa di depan kampus Universitas Cenderawasih Jayapura, Senin (23/9/2019). (ist)

Polisi melarang pertemuan kemarin di Uncen Jayapura dan polisis mengarahkan mahasiswa ke Expo Waena dan akhirnya menangkap sejumlah mahasiswa lalu di tahan. Seorang juru bicara polisi menyalahkan kelompok mahasiswa atas kekerasan yang terjadi.

Baca juga: Saksi: Aksi Ricuh Wamena Dipicu Tembakan Peringatan Aparat

Seorang tentara Indonesia ditikam secara fatal. Sebagaimana New York Times melaporkan Daryanto mengatakan bahwa pasukan keamanan menanggapi dugaan serangan terhadap pasukan keamanan dengan tembakan, menewaskan tiga warga sipil.

Sejumlah orang, termasuk petugas kepolisian, dipahami berada dalam kondisi kritis di rumah sakit. Sementara itu, polisi menangkap ratusan siswa di ibu kota Papua.

Sumber: radionz.co.nz

Editor: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

Dukcapil Intan Jaya akan Lanjutkan Perekaman Data Penduduk di Tiga Distrik

0
“Untuk distrik Tomosiga, perekaman akan dipusatkan di Kampung Bigasiga. Sedangkan untuk Ugimba akan dilakukan di Ugimba jika memungkinkan. Lalu distrik Homeyo perekaman data penduduk akan dilakukan di Kampung Jombandoga dan Kampung Maya,” kata Nambagani.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.