Seorang Pelajar SMA di Paniai Ditemukan Tewas

1
2306

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Seorang pemuda Paniai, pelajar SMA kelas dua, berusia 17 tahun, Rabu (25/9/2019), sekitar pukul 06.00 WIT, ditemukan tergeletak tak bernyawa di Ugabado, kampung Ekeitadi, Enarotali. Korban diketahui berinisial AM.

Dari keterangan masyarakat yang temukan pertama kali, yang tak mau namanya disebutkan, kepada suarapapua.com mengaku ketika korban ditemukan celana panjang dan baju yang dikenakan sudah sobek dan ada bercak darah.

Kondisi tubuhnya, lanjutnya, belakang kepala korban terdapat satu lubang dalam. Telinga keluar darah dan muka bengkak.

Sambungnya lagi, tak lama setelah itu, Polisi dari Polres Paniai, Madi, datang lalu membawa jasad korban ke RSUD Madi untuk di otopsi.

Baca Juga:  MRP Sepakat Dorong Perda Masyarakat Adat di Papua Barat Daya
Kondisi korban ketika pertama ditemukan

Kasat Intelkam Polres Paniai, Jhon Itlay, ketika dikonfirmasi suarapapua.com, menjelaskan, berdasarkan hasil otopsi pihaknya menduga ada dua kemungkinan yang mengakibatkan korban tewas. Pertama, kecelakaan tunggal dan kedua, karena disenggol sengaja orang tak dikenal (OTK).

ads

“Dari hasil otopsi dokter, kami (polisi) duga kayaknya korban meninggal sendiri setelah tabrak sesuatu pakai motor. Terus yang kedua, bisa jadi dia disenggol orang pakai mobil. Itu yang ada, yang lain tidak,” jawab dia melalui telepon selulernya, Kamis (26/9/2019).

Baca Juga:  Sebelum Dibawa ke Polres Yahukimo, 4 Aktivis KNPB Disiksa Marinir dalam Drum Berisi Air

Ketika ditanya apakah korban tewas dalam keadaan konsumsi minuman keras, Jhon katakan, tidak.

“Mayat korban tidak bau miras. Jadi kami pastikan dia tewas dalam keadaan sangat sadar,” tuturnya.

Namun keterangan kepolisian korban tewas dibantah oleh keluarga korban. Petrus Mote, ayah korban, mengatakan anaknya meninggal bukan karena tertabrak atau ditabrak melainkan dibunuh.

“Apa yang polisi bilang sangat tidak benar. Itu omong kosong. Anak saya murni dibunuh. Masa ditabrak baru di kepala ada lubang [sambil menunjukkan], itu bagaimana. Di tempat anak saya ditemukan tidak ada pecahan dan besi, juga darah. Polisi jangan bicara sembarangan. Dia dibunuh tempat lain terus buangnya tempat lain. Itu yang ada dan benar,” bantahnya ketika ditemui suarapapua.com, pagi tadi, Jumat (27/9/2019), di Enarotali.

Baca Juga:  Ancam Warga Sipil, LBH Papua Desak Kapolda PBD Tindak Tegas Oknum Brimob

Kejadian itu, kata dia, dia bersama keluarganya pasrahkan kepada Tuhan.

“Polisi bilang kayak begitu, karena tidak mau tangani kasus ini. Jadi kami pasrah saja kepada Tuhan, biar Tuhan yang membalas hukum sesuai perbuatan orang yang bunuh,” jawabnya, ketika ditanya harapannya kepada polisi menangani kasus tersebut.

Pewarta: Stevanus Yogi

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaPerlakuan Rasisme dari Kolonialisme, Indonesia di Masa Lalu dan Papua di Masa Sekarang
Artikel berikutnyaVanuatu dan Solomon Islands Angkat Soal Pelanggaran HAM Papua Barat