PANIAI, SUARAPAPUA.com — Mahasiswa eksodus asal kabupaten Paniai yang sebulan terakhir meninggalkan kota studi di seluruh Indonesia, menuntut dana tugas akhir (TA) tahun 2019 harus dibayarkan dari Papua.
Deki Degei, koordinator umum solidaritas mahasiswa Paniai se-Indonesia, menyatakan, pemerintah daerah Paniai menyalurkan dana studi TA harus dilakukan dari tanah air, yakni Paniai atau Nabire.
“Kalau tidak dari dua daerah ini, kami sepakat tolak dana studi akhir tahun 2019,” ujarnya kepada suarapapua.com di Enarotali, Sabtu (26/10/2019) kemarin.
Permintaan itu, lanjut dia, sesuai kesepakatan bersama karena para mahasiswa belum tahu kapan akan ke kota studi.
“Pemda kalau bersikeras bagikan dari kota studi, siapa yang akan terima? Semua mahasiswa sudah pulang. Sekarang semua ada di Nabire dan Paniai. Terus, untuk ke kota studi, kami tidak tahu kapan,” ungkapnya.
Jika pembagiannya dipaksakan dari kota studi, pihaknya menduga pemerintah daerah hendak meloloskan isu yang belum lama ini dibangun bersama sekelompok mahasiswa yang mengatasnamakan seluruh mahasiswa Paniai se-Indonesia bahwa akan memulangkan kembali mahasiswa Paniai ke setiap kota studi untuk menerima dana studi akhir.
“Dengan tegas kami menolak segala bentuk penawaran, bujukan apapun dari Pemkab Paniai. Karena kami tahu ini cara pejabat mau kelabui dana studi akhir,” ujar Deki.
Ia menyatakan, pemerintah daerah tidak usah adu domba mahasiswa dengan cara pendekatan kepada oknum pengurus ikatan tanpa diketahui anggotanya.
Jekson Degei, sekertaris solidaritas, menegaskan, apabila tuntutan yang disampaikan tidak direspons, pihaknya akan koordinir semua mahasiswa Paniai untuk bangun tenda di halaman kantor Bupati Paniai.
“Itu solusi terakhir kami nanti. Pasti kami lakukan,” ujarnya sembari menuntut Pemkab Paniai cepat salurkan dana tersebut ke mahasiswa dari setiap kota studi.
Pewarta: Stevanus Yogi
Editor: Markus You