Korban Banjir Bandang Sentani Pertanyakan Bantuan Pemerintah

0
1187

SENTANI, SUARAPAPUA.com— Korban banjir bandang Sentani yang terjadi pada Maret lalu mempertanyakan bantuan Pemerintah Kabupaten maupun Provinsi.

Hingga kini mereka masih menumpang dan tinggal bersama keluarga terdekat lantaran rumah mereka hancur saat banjir dan belum mendapat perhatian dari Pemerintah.

“Kami sudah buat proposal dari Kepala Desa, Kepala Distrik dan bawah ke Kantor Bupati tetapi sampai sekarang belum ada jawaban. Kami masih tunggu, mungkin bantuan belum datang ka?,” ungkap Yafet Kreutha, salah satu korban banjir bandang mempertanyakan perhatian pemerintah kepada suarapapua.com pada Rabu (6/11/2019) di Doyo Baru, Sentani.

Baca Juga:  Festival Angkat Sampah di Lembah Emereuw, Bentuk Kritik Terhadap Pemerintah

Ia menjelaskan, tempat paling parah kena banjir adalah rumahnya karena berada di jalur kali Dobukurung (jalur banjir) Perumahan Nauli. Namun sampai sekarang proposal bantuannya belum dijawab, lokasi rumahnya juga belum dibersihkan dari batu-batuan besar yang menimpa rumahnya.

“Dengar-dengar di bagian pinggiran danau sudah dapat bantuan, cuma kita disini yang belum jadi masih tunggu-tunggu,” ungkapnya.

ads
Baca Juga:  Hindari Jatuhnya Korban, JDP Minta Jokowi Keluarkan Perpres Penyelesaian Konflik di Tanah Papua
Perumahan Nauli, rumah-rumah yang hancur dan rusak saat banjir bandang pada Mare lalu, 7/11/2019 (SP-CR02 – SP)

Sementara itu, Uche Marweri yang juga korban banjir mengatakan, ia dan keluarganya hanya mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi dalam bentuk pengobatan gratis, tidak ada bantuan perbaikan rumah.

“Saya mendapat bantuan dari provinsi yaitu berobat gratis kurang lebih selama satu bulan di Rumah Sakit Dian Harapan, Namun setelah pulang, untuk kontrol kembali ,kami gunakan biaya sendiri,” ungkap Uche.

Baca Juga:  Media Sangat Penting, Beginilah Tembakan Pertama Asosiasi Wartawan Papua

Menurutnya, bantuan kesehatan sudah cukup.Tapi biaya pengobatan di rumah sakit swasta sedikit mahal.

“Orang tua saya bekerja sebagai nelayan. Sekarang usaha tidak berjalan lagi karena ada korban yang ditemukan di danau. Sehingga keinginan pelanggan untuk membeli ikan dari danau berkurang. Tapi kami rasa bantuan kesehatan ini sudah sangat cukup,” tuturnya.

Pewarta : SP-CR02 – SP

Editor: Arnold Belau 

Artikel sebelumnyaNioluen: Bupati Stop Bicara Pemekaran, Perhatikan Mahasiswa Eksodus
Artikel berikutnyaMahasiswa: Penyerapan Tenaga Kerja Lokal di Papua Barat Minim