Harga Sirih di Pasar Pharaa Sentani Melambung Tinggi

0
1180

SENTANI,  SUARAPAPUA.com—  Harga Sirih di pasar Pharaa Sentani melonjak tinggi. Kenaikan harga Sirih membuat banyak warga, tidak hanya di sekitar Sentani saja, tetapi di Doyo, Depapre bahkan sampai ke Demta  yang mengeluh.

Santy, salah seorang pedagang di pasar baru Sentani mengungkapkan, harga sirih saat ini sedang mahal karena sudah musimnya.

“Sudah empat tahun sirih banjir di pasar karena musimnya. Sekarang tanaman Sirih mati jadi baru mau bertumbuh makanya Sirih susah skali dan kalau pun ada, sekarang mahal. Tapi ini sudah usaha kita jadi mau mahal atau tidak kami tetap berjualan,” ungkapnya kepada suarapapua.com, Kamis (7/11/2019) kemarin.

Baca Juga:  Akomodir Aspirasi OAP Melalui John NR Gobai, Jokowi Revisi PP 96/2021

Ketika ditanya mengenai harga Sirih sebelumnya dengan harga sekarang, ia mengatakan, harga Sirih naik sangat signifikan.

“Sebelumnya harga sirih 1 kilo hanya 15-20 ribu, sekarang sudah naik menjadi 100-150 ribu, mau tidak mau kita tetap beli untuk melanjutkan usaha kita,” tegasnya.

ads

Baca Juga: Harga Sirih di Pasar Youtefa Naik 

Sementara itu, Ribka Kabey, seorang ibu yang sering berjualan pinang di pasar baru harus menunda untuk tidak jualan karena harga sirih yang mahal.

Baca Juga:  57 Tahun Freeport Indonesia Berkarya

“Sirih mahal sekali tadi tanya di pasar harganya 150 ribu 1 kilo, saya tidak jadi beli makanya tidak jualan hari ini, padahal sebelumnya sirih 15 ribu perkilo,” jelasnya.

Seorang penjual pinang sedang jualan pinang di pasar baru Sentani, 7/11/2019. (SP-CR02)

Ia mengaku, pinang dan Sirih yang biasa dijualnya bukan dari pohon sendiri melainkan beli di pasar sehingga harga di pasar sangat berpengaruh dengan usahanya.

Baca Juga:  Kemenparekraf Ajak Seluruh Pelaku Usaha Kreatif di Indonesia Ikut AKI 2024

“Sirih dengan pinang kami beli dari pasar, bukan pohon sendiri, jadi kalau harga di Pasar lagi mahal kami juga butuh pertimbangan untuk membeli, karena kebutuhan pokok yang lain,” ungkapnya.

Pewarta : SP-CR02

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaHarga Mati yang Rasis
Artikel berikutnyaHaris Azhar: Ide Pemekaran DOB di Papua Muncul Bersamaan Kabinet Baru