NABIRE, SUARAPAPUA.com — Poliklinik Santo Rafael Nabire mencatat lebih banyak remaja dan ibu rumah tangga (IRT) asli Papua yang terjangkit HIV di Nabire.
dr. Pinky Pancawardhani, kepala Poliklinik St. Rafael Nabire, mengatakan, pada tahun 2018 pasien yang memeriksakan diri sebanyak 1.237 dan tahun 2019 sebanyak 802 pasien.
“Data tahun 2018, yang dinyatakan positif sebanyak 135 orang. Dan, dalam tahun 2019 per bulan Oktober ini ada 84 orang,” jelasnya saat ditanya suarapapua.com, Rabu (13/11/2019).
Merujuk angka dan cara penularan yang berisiko tinggi, ia menyarankan agar bersedia untuk segera memeriksa diri.
“Periksa dari sekarang lebih baik, untuk mencegah penyebarannya,” ajak dokter Pinky.
Berdasarkan data tersebut, seorang staf di Poliklinik St. Rafael Nabire, Anastasia, menjelaskan, kasus penularan HIV di Nabire yang paling banyak adalah remaja, serta istri tertular dari suami.
“Remaja paling banyak, ada juga IRT yang tertular dari suaminya,” kata Anas.
Dari data selama ini, ia akui penderita HIV di Nabire yang biasa memeriksakan dirinya paling banyak adalah orang asli Papua. Meskipun ada pasien non Papua.
“Bukan berarti OAP yang lebih banyak mengidap HIV, tetapi karena OAP rajin periksa di sini,” jelasnya.
Anas menuturkan, sangat bangga melihat setiap hari orang datang dalam jumlah yang banyak.
“Kalau begini terus kan bisa mencegah virus dan menguranginya. Berbeda kalau pemalas periksa,” kata Anas.
Dokter Pinky mengaku tak bosan melayani para pasien. Bagi dia, pelayanan sudah merupakan tugas sehari-harinya.
“Kita menjadi bagian dari setiap usaha untuk menyelamatkan masyarakat di sini. Maka, ajaklah teman-teman dan orang lain agar segera periksa diri,” pintanya.
Ia berharap, banyaknya orang dengan HIV/Aids (Odha) tak perlu dikucilkan. Sebaliknya, perlakukan mereka sebagai sesama ciptaan Tuhan dan baik jika ajak untuk periksa darah karena mereka masih memiliki hidup di muka bumi ini.
“Kadang orang bilang HIV/AIDS itu penyakit kutukan, ada juga yang bahkan katakan bahwa itu penyakit dari iblis, dan banyak stigma lagi. Pokoknya tidak usah percaya omongan itu, karena HIV dan AIDS bukan akhir dari kita punya hidup,” ujar dokter Pinky.
Pewarta: Yance Agapa
Editor: Markus You