Harga Sagu di Pasar Pharaa Sentani Mulai Naik

0
2280

SENTANI, SUARAPAPUA.com — Harga sagu, salah satu jenis makanan pokok sebagian orang asli Papua, di pasar Pharaa Sentani, kabupaten Jayapura, mulai melonjak naik lantaran makin berkurangnya pasokan sagu dari kampung.

Mama Oktovina, salah seorang pedagang sagu di pasar Pharaa, mengaku pasokan sagu untuk dijual berkurang karena belakangan susah mendapat sagu bahkan jikapun ada, harus dibeli dengan harga yang lumayan mahal.

“Harga sagu saat ini mulai naik pelan-pelan karena sagu mulai susah. Mama beli dari penjual yang bawa dari Genyem baru mama jual lagi eceran di sini,” katanya kepada suarapapua.com, Sabtu (16/11/2019) siang.

Baca Juga:  Generasi Penerus Masa Depan Papua Wajib Membekali Diri

Menurutnya, hasil jualan sagu belum pasti apakah dapat mengembalikan modal atau tidak karena walau harga sagu naik, tetapi ada persaingan dengan keladi dan umbi-umbian lainnya yang mulai banyak dijual dengan harga yang sedikit murah.

“Hasil jualan sagu tidak menentu, tergantung pembelinya juga,” kata Oktovina.

ads

Ia menjelaskan harga sagu per karung biasanya dibeli dengan 300 ribu rupiah.

Baca Juga:  Pembangunan RS UPT Vertikal Papua Wajib Perhatikan Dampak Lingkungan

“Satu karung biasa mama beli 250 sampai 300 ribu rupiah. Sebelumnya memang biasa 200 ribu. Kita beli terus jual eceran biasa ada potongan 10 atau 20 ribu rupiah,” tuturnya.

Pengakuan sama diungkapkan bapak Oktovianus Nari saat dijumpai di tempat terpisah. Menurutnya, pasokan sagu mulai berkurang, sehingga harganya pun melonjak naik dari sebelumnya.

“Bapak biasanya beli sagu ini dari mama dong di Sabron dan Yahim baru jual di sini. Harganya berbeda-beda, kalau sagu putih biasanya satu karung harganya 300 ribu rupiah. Kalau sagu merah biasa 250 ribu rupiah,” jelasnya.

Baca Juga:  Pembangunan RS UPT Vertikal Papua Korbankan Hak Warga Konya Selamat dari Bahaya Banjir, Sampah dan Penggusuran Paksa

Bapak Nari juga mengaku belakangan sulit dapat pasokan sagu karena hutan sagu sudah berkurang akibat ditebang developer untuk kepentingan pembangunan rumah, jalan, tempat usaha dan lain-lain.

“Makanan pokok ini susah dapat karena pohon sagu ditebang sembarang. Ada sedikit pohon sagu, orang dari kampung jual dan kita beli juga dengan harga yang mahal,” tandasnya.

Pewarta: SP-CR02
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaKepala Distrik Maima Dampingi Pendamping Salurkan Dana Kampung
Artikel berikutnyaTim Advokat OAP Desak Bebaskan Para Terdakwa