Mama Elisabeth Ireeuw Kuliahkan 50-an Anak Papua Gratis di UOG Papua

0
2065
Mama Elisabeth Ireeuw saat bertandang ke kantor Redaksi Suara Papua. (Arnold Belau - SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Elisabeth Ireeuw, seorang mama di Kota Jayapura yang berhasil kuliahkan 50-an anak Asli Papua gratis dari awal masuk hingga selesai di Universitas Ottouw dan Geissler (UOG) yang berada di Kota Jayapura, Papua.

Mama Ireeuw mengaku memiliki beberapa aset tanah di Kota Jayapura. Selama ini, ia mengaku menyewakan aset tanah dan tidak menjual aset tanah tersebut kepada orang.

Pada tahun 2012 Mama Ireeuw mengambil keputusan yang luar biasa. Ia bertemu dengan Ketua STIE Port Numbay, saat ini UOG Papua, Ir. Abraham Werimon yang menjabat sebagai Ketua STIE OG.

Ia mengungkapkan, dirinya adalah anak bungsu dari Ondoafi Ireeuw. Dengan menyandang status sebagai anak Ondoafi, asetnya berlimpah. Satu teladan bapak Ondoafi Ireeuw (alm bapaknya) adalah perhatian yang besar untuk pendidikan.

“Sebagai anak Ondo, kami punya aset banyak. Dengan banyak aset itu, saya bercita-cita untuk bawa nama baik orang tua saya. Karena perhatian orang tua saya terhadap pendidikan tinggi. Untuk tanah, kalau bapak dengar untuk pendidikan, bapak sambut dengan baik dan biasanya lepaskan untuk bangun fasilitas pendidikan,” ungkapnya kepada media ini akhir pekan lalu saat bertandang ke Redaksi Suara Papua, Padang Bulan, Abepura.

ads
Baca Juga:  Festival Angkat Sampah di Lembah Emereuw, Bentuk Kritik Terhadap Pemerintah

Dari teladan bapak terhadap pendidikan, ia bercita-cita untuk kuliahkan anak-anak asli Papua dari keluarga yang tidak mampu untuk tetap kuliah dan biaya kuliah ditanggung sepenuhnya sejak masuk hingga selesai.

“Saya juga bercita-cita untuk perhatian pada pendidikan. Jadi waktu itu saya ketemu Bapak Werimon. Lalu saya tawarkan untuk masukan beberapa anak-anak Papua untuk dikuliahkan gratis. Itu juga karena ada petunjuk dari bapak berupa surat yang saya baca-baca. Jadi saya mulai untuk kuliahkan anak-anak yang tidak mampu di tahun 2012,” ungkapnya menceritakan.

Dari awal, menurut Mama Ireeuw, bantuan biaya kuliah tersebut dikhususkan untuk anak-anak dari keluarga dekatnya yang membutuhkan biaya kuliah.

“Saya ingin berdiri untuk semua manusia agar mendapatkan kesempatan yang sama dalam dunia pendidikan. Yayasan saya berdiri untuk membantu orang lain. Saya sampaikan ini saat pimpinan STIE OG tanya saya saat itu,” katanya.

Lalu, mama Ireeuw mengatakan bahwa ia bersedia dan mampu untuk memberikan biaya kuliah pada anak-anak asli Papua. Sebagai orang Papua, ia mengaku wajib memberikan perhatian terhadap pendidikan, sepertinya almarhum ayahnya.

Baca Juga:  Jawaban Anggota DPRP Saat Terima Aspirasi FMRPAM di Gapura Uncen

“Saya mempertahankan manusia Papua yang lemah, yang dari segi ekonominya tidak memadai untuk sekolah tinggi susah biaya. Jadi dengan dasar ini  2012 saya menghadap rektor untuk kasih masuk anak-anak yang mau kuliah bisa diambil,” ungkapnya lagi.

Di awal, ia mengatakan, mencoba dengan kuliahkan tiga orang anak. Tapi, pihak kampus tawarkan untuk kuliahkan lebih banyak lagi.

“Saya kasih masuk yang pertama itu tiga orang di tahun 2012, mereka tawar saya ibu bisa ambil lebih bisa 10 orang, karena mereka juga ingin nama UOGP naik. Jadi saya pikir bisa lebih dari 10, mereka bilang bisa. Jadi saya kasih masuk sekitar 13 orang sampai sekitar 20 orang setiap tahun. Kalau mama biayai anak-anak sekolah itu sudah sekitar 50-an dari 2012 sampai sekarang 2019,” bebernya.

Selain anak-anak Papua dari Port Numbay, mama Ireeuw juga membantu beberapa anak-anak Papua dari luar Port Numbay.

“Memang dari awal untuk keluarga saja. Tetapi beberapa tahun ini saya juga masukan anak-anak di luar dari Port Numbay,” katanya.

Baca Juga:  ULMWP Desak Dewan HAM PBB Membentuk Tim Investigasi HAM Ke Tanah Papua

Dari 2012 hingga 2019, Mama Elisabeth Ireeuw telah kuliahkan lebih dari 50 anak Asli Papua secara gratis dengan semua biaya tanggungan kuliah ditanggung mama Ireeuw.

Eldona Vallenzie Sokoy, anak dari mama Ireeuw,  menambahkan, keluarga tidak memungut biaya sama sekali. Kecuali untuk tugas akhir (TA) saat menyusun skripsi dimana mahasiswa membiayai sendiri.

“Tempatnya itu milik tete saya, dan itu dipotong (sebagai biaya kuliah anak-anak yang mama masukan) untuk yang tidak membayar. Kita minta masukan saja anak-anak sekolah. Kita hanya bantu mereka punya uang sekolah persemester tapi pada saat mereka TA susun skripsi itu kita tidak bantu,” jelasnya.

Saat dikonfirmasi Suara Papua, Seorang staf Lembaga UOG Papua yang ditemui Suara Papua dn tidak ingin namanya dimedikan di kampus membenarkan hal tersbut.

“Iya memang ada, sudah dari STIE sampai UOGP dikasih sekolah gratis sampai selesai tanpa dipungut biaya apapun. Untuk prosedur belajar mengajar yang kita tau. Tapi lebih dari itu pimpinan yang tau,” katanya.

Pewarta: SP-CR05

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaBintang Kejora Dalam Kebinekaan (Perspektif  Estetika)
Artikel berikutnyaWawancara: Eldona Vallenzie Sokoy Memajukan Ekonomi Lokal dan Kampanye Sosial