Mama Worabay Memilih Jualan Kapur dan Fornok untuk Penuhi Kebutuhan Rumah

0
1329

SERUI, SUARAPAPUA.com — Ardona Worabay, seorang ibu rumah tangga yang berjuang menjual kapur dan Fornok (tempat bakar sagu) untuk memenuhi kebetuhan rumah tangga dan juga anak-anak.

Mama worabay saat disambangi media ini, pada Jumat (22/11/2019) menceritakan kesehariannya berjualan di pasar Aroro Iroro, Serui.

“Mama sudah jualan lebih dari lima tahun. Jadi kalau untuk kapur dan fornok itu mama kami buat sendiri, kalau kapur kami bikin dari karang dan untuk fornok itu bikin dari tanah liat,” katanya.

Baca Juga:  Upaya Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Jaga Pasokan BBM Saat Lebaran

Menjual dari pagi sampai siang dengan harga yang sangat terjangkau dan penghasilan yang tidak menentu tiap hari, tidak membuat mama Ardona menyerah untuk tetap berjualan.

“Mama jualan dari pagi jam 07.00 – 12.00 WIT. Tidak biasanya jualan sampai malam, jadi kalau sudah siang itu langsung pulang. Biasanya penghasilan dari jualan kapur itu 200 ribu rupiah, sedangkan kalau untuk fornok 500 ribu rupiah bahkan bisa lebih dari itu. Untuk harga kapur di botol 10 ribu rupiah tapi kalau di plastik harganya lima ribu rupiah. Terus untuk fornoknya sendiri itu harganya dari 150 ribu rupiah sampai 300 ribu rupiah,” ungkapnya.

ads
Baca Juga:  KKB Minta Komisi Tinggi HAM Investigasi Kasus Penyiksaan OAP

Memiliki anak yang sudah bekerja, tidak membuat mama ardona berhenti berjualan. Namun tetap terus berjuang untuk memenuhi kehidupan rumah tangga dan juga membantu ekononomi keluarga.

“Saya punya anak ada tiga tapi dua sudah meninggal jadi tinggal satu orang saja, kebetulan anak saya juga sudah menyelesaikan kuliahnya dan masih pegawai honor. Saya mau tetap berjualan karena sudah terbiasa dan juga menambah uang buat keluarga dan anak,” katanya.

Baca Juga:  Kemenparekraf Ajak Seluruh Pelaku Usaha Kreatif di Indonesia Ikut AKI 2024

Selain itu, Diana Wayoi seorang pemebeli kapur yang menanggapi para penjual kapur agar dapat melihat ekosistem laut agar tetap dijaga dan tidak merusak alam yang ada.

“Menurut saya bagus untuk membantu kebutuhan dalam rumah tangga. Tapi kalau bisa jaga karang juga, jangan terus diambil untuk dijadikan kapur karena dapat merusak laut dan biota lainnya,” tuturnya.

Pewarta: SP-CR05

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaMarshall Suebu: Sagu Itu Pohon Istimewa
Artikel berikutnya“Terlampau Banyak untuk Dihitung”: Penganiayaan Global atas Umat Kristen